"Lily sungguh minta maaf. Karena Lily, Devi menjadi seperti ini."
Kurangnya, perempuan cantik di depanku ini tidak tegas. Sayang banget deh kalau dia lemah. Pasti nanti mudah ditindas. Tapi tenang saja, berhubung sudah bertemu, akan aku buat dia menjadi kuat dan tidak mudah ditindas hoho.
"Bukan salah kakak cantik tapi salah paman sangar itu." Tunjukku pada pria yang kuketahui bernama Arthur.
Pria itu melotot tidak terima ke arahku karena ku katai sangar. Sama saja dengan om. Gak terima kenyataan!
"Paman, biasa aja dong matanya. Nanti menggelinding keluar loh."
"Heh! Kau tidak takut denganku? Aku bisa saja menghancurkan kaum werewolf mu karena tingkah tidak sopanmu."
Aku beringsut mendekat ke arahnya dan memegang lengannya. "Benarkah? Paman tidak main-main kan?" Kalau dia tidak main-main untung besar dong aku. Bisa membunuh semua makhluk menjijikkan itu tanpa susah payah.
"Gadis kecil! Jangan mencoba menggodaku karena aku tidak akan tergoda sama sekali." Tanpa segan dia mendorongku kuat hingga punggungku kembali berdenyut nyeri akibat menabrak tempat tidur.
"Kakak cantik, punggung Devi sakit lagi hikss." Dramaku.
"Arthur tidak boleh jahat ke Devi!! Dia baik!!" Kak Lily melototi Arthur sehingga pria itu mendengus kesal.
"Dia jahat, honey. Dia berniat merebutku darimu."
"Ya ampun, paman. Paman pede banget deh. Devi yang cantik bin imut ini tidak tertarik sama sekali dengan paman meskipun paman cogan. Apalagi paman sudah punya istri. Gak ada istilahnya seorang Devi menjadi pelakor. Lagian Devi gak doyan bekas orang muehehe."
"Tapi paman, kalau paman membutuhkan selir, kayaknya Devi siap deh hehe." Candaku tapi siapa sangka mendapat cekikan di leherku. Cekikannya sangat kuat hingga membuatku kesulitan bernafas.
"Ampun, paman. Depi hanya bercanda. Mana mungkin Depi mau menjadi selir, lebih baik menjadi anak paman aja ya? Mau 'kan mengangkat Depi menjadi anak paman? Gak ada ruginya loh paman mengangkat Depi menjadi anak. Depi ini cantik, manis, imut, banyak fans, bisa masak, bisa dandan, ratunya para cogan, dan sempurna pokoknya! Dijamin paman gak akan menyesal mengangkat ku menjadi anak." Untung saja aku punya sihir agar bisa bernafas lancar meski pun dalam keadaan dicekik.
Aku sok-sok an terbatuk hebat ketika dia melepaskan cekikannya padahal aslinya aku b aja.
"Bicara sekali lagi, maka aku akan merobek mulutmu tanpa ampun."
"Mau dong paman, robek aja mulut Depi. Depi pengen mencoba suasana baru soalnya."
Tanpa berkata apa pun, paman berwajah sangar nan tampan itu balik badan dan pergi entah kemana.
"Kenapa paman tiba-tiba pergi, kak cantik? Apa itu artinya paman sedang mempertimbangkan Devi sebagai seorang anak?" Tanyaku pada Kak Lily yang tertawa geli.
"Lily tidak tahu." Perempuan polos dihadapan ku menggaruk kepalanya yang kuyakini tidak gatal.
"Kakak mau 'kan mengangkat ku menjadi anak? Kasihani lah aku, kak. Aku tidak punya keluarga karena sedari kecil aku sudah tidak dianggap. Tumbuh besar sampai sekarang pun berkat diri sendiri bukan karena mereka. Jahat banget 'kan mereka kak?" Kekehku.
"Iya. Mereka jahat! Untung saja orangtua Lily tidak seperti itu. Mereka menyayangi dan mencintai Lily sepenuh hati. Mereka juga begitu memanjakan Lily."
Irinyaa.
Kenapa sih aku gak terlahir dari kaum lain saja. Siapa tahu nasibku akan berbeda.
"Kak, aku haus."
Aku mengerutkankan kening kesal melihat tatapan tidak mengertinya. Polos banget dah!
"Masa kakak gak peka sih? Aku lagi ngode kakak supaya ambilin aku minum." Setelah terdiam cukup lama akhirnya dia mengambilkan ku minuman.
"Btw, siapa nama kakak?"
"Lily."
"Umur kakak berapa?"
"18 tahun."
What?!!
Aku tidak salah dengar 'kan?!
"Kenapa Devi diam? Lily melakukan kesalahan?"
"Gak. Aku cuma kaget."
"Kaget kenapa?"
"Karena kita seumuran kakak cantik!! Ya ampun, gak nyangka kita seumuran. Tapi kenapa tubuh kakak seperti orang umur 20 tahunan lebih ya? Atau apakah aku yang terlalu kecil?"
"Masa sih kita seumuran?"
Ternyata dia sama halnya denganku. Tidak percaya!
"Iya. Kita seumuran. Tapi, aku panggil kakak aja ya? Hehe."
Kak Lily tersenyum ceria. "Iya, aku suka dipanggil kakak."
"Kakak berasal dari kaum apa?"
"Manusia."
"Hah? Manusia? Kenapa kakak bisa ada di sini?" Heran ku.
"Karena terseret ke dalam segitiga Bermuda." Ringisnya
"OMO!!! SEGITIGA BERMUDA?!!" Jeritku histeris.
"Iya. Devi tahu tempat itu?"
"TAHU!! ITU ADALAH TEMPAT PENUH MISTERI YANG INGIN DEVI KUNJUNGI!! OMAYGATT!!! GAK NYANGKA BAKAL KETEMU LANGSUNG DENGAN ORANG YANG TAHU RAHASIA SEGITIGA BERMUDA. YUHUUU!! SEKARANG AKU BISA TIDUR DENGAN TENANG KARENA SUDAH TAHU ALASAN BANYAK PESAWAT HILANG SECARA MISTERIUS DI SANA."
Aku melongo melihat paman tiba-tiba muncul dan membawa Kak Lily begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun padaku.
"PAMAN! KOK KAKAK CANTIKNYA DI BAWA SIH?!"
Protesku tidak terima karena masih ingin mewawancarai orang yang berhasil menguak rahasia segitiga Bermuda.
Aku ingin bertanya bagaimana rasanya diseret ke dalamnya? Menyenangkan atau menegangkan?
Sial sekali paman itu membawa Kak Lily bersamanya. Huh, dasar bucin memang.
Tapi syukur lah Paman bucin ke Kak Lily. Setidaknya makhluk polos dan cantik kayak Kak Lily punya pelindung sebelum otaknya kuracuni haha.
Ah, lebih baik aku berjalan-jalan di sekitar istana megah ini. Terlalu sayang untuk dilewatkan. Dan siapa tahu ada cogan.
"Tangkap dia!!" Seru seseorang sambil menunjukku. Cukup membuatku terkejut.
"Aku bukan penyusup! Aku keluarga Kak Lily yang datang berkunjung." Sahutku santai.
Mereka semua saling bertatapan, seolah ragu dengan kebenaran yang ku katakan.
"Kalau gak percaya, tanya saja ke Kak Lily langsung."
Mereka semua tiba-tiba menunduk hormat padaku. "Maafkan kami, nona. Kami tidak akan bersikap lancang lagi."
"Oke. Apa boleh aku bertanya sesuatu?"
"Boleh, nona. Anda ingin bertanya apa?"
"Siapa Paman Arthur sebenarnya? Kenapa auranya begitu kuat dan mengintimidasi?" Tanyaku kepo.
Sebagai manusia, aku pun bisa merasakan auranya yang tak biasa. Ada semacam energi yang membuat perasaan ngeriku tiba-tiba muncul ketika berada di dekatnya tapi tentu saja aku tidak menunjukkan rasa ngeriku padanya. Tidak ada istilahnya seorang Devi menunjukkan ketakutan dengan makhluk lain, apalagi itu makhluk dunia immortal.
"Yang Mulia Arthur adalah raja dunia immortal. Semua penghuni dunia immortal tunduk dan patuh padanya karena kekuatannya yang tidak dapat dikalahkan selama ratusan tahun. Semua penghuni dunia immortal juga takut pada kekejamannya yang tidak main-main."
Anjir, yang kubercandain tadi raja dari segala raja?!
Aww, hebat banget dong aku haha.
"Kami permisi dulu, nona. Jika yang mulia melihat kami tidak bekerja kamu takut akan kena hukuman."
"Oke."
Bagaimana mungkin paman hebatku melihat kalian tidak bekerja jika dia saja sedang bersama Kak Lily.
Aku yakin kini mereka tengah bersenang-senang~
Jadi, kepo ah.
Intip gak ya?~
-Tbc-
Wkwk, part 10 selesai juga.
Thnk you buat kalian yang selalu vote dan komen cerita ini. Lop youu💋
BTW CERITA LILY JUDULNYA "THE DEMON'S MATE"
Kalau kepo bisa cek langsung ya, sayang :v