The Regressor (Solo Leveling...

By Reika_Rikuto

218K 41.4K 4.4K

Gelap, dingin, dan sunyi.. Itulah yang selalu (Name) rasakan dalam hidupnya. Sampai ketika ia selesai membaca... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
🎊10K Readers!🎉 Mini Event?👀
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Mini Collection(?)

Chapter 3

5.5K 1K 96
By Reika_Rikuto

#Jin-Woo POV

"Boleh aku gandeng tanganmu saat masuk Gate nanti?" Permintaan (Name) berhasil membuatku bingung. Aneh sekali. Selama ini saat masuk ke dalam Gate, dia tidak pernah menggandeng tanganku. Baru kali ini dia meminta hal seperti itu.

Yah, bukan berarti aku tidak mau sih. Justru aku senang karena bisa menggandeng tangan pac-maksudku sahabatku. Aduh, aku tadi mikir apa!?

Lupakan. Aku pun menjawab pertanyaannya. "Tentu." Sambil menggandeng tangan (Name). Tangannya hangat dan halus ya.. Oke Jin-Woo, hentikan pikiranmu yang tidak-tidak ini. Fokus dengan Gate saat ini, Sung Jin-Woo. Kami berdua pun memasuki Gate bersama.

#Jin-Woo POV End

Beberapa jam kemudian..

Jin-Woo sedang di heal oleh Ju-Hee, sementara yang lainnya sedang sibuk bertarung dengan monster. "Jin-Woo, kenapa kamu bersikeras bekerja sebagai pemburu? Pertarungan seperti ini hanya akan memperbesar resiko kematianmu." Tanya Ju-Hee.

"Maaf.." Gumam pemuda bersurai hitam itu.

"Aku tidak ingin kamu minta maaf! Aku hanya khawatir.." Balas Ju-Hee.

Wanita berambut oranye itu melirik ke arah pertarungan. Terlihat semuanya sibuk membunuh monster, terutama (Name) yang sedang membelah 3 monster dengan katana miliknya dalam sekali tebasan.

'Setidaknya Raid ini akan berakhir..' Batin Ju-Hee lega.

Jn-Woo menoleh ke arah lain, menatap sang sahabat yang sedang membersihkan katananya. Merasa dirinya diperhatikan, (Name) menoleh kemudian menghampiri mereka berdua. Ia berjongkok disebelah Jin-Woo. "Jin-Woo, bagaimana lukamu?"

"Sudah lebih baik. Berhentilah khawatir, (Name). Kamu bukan ibuku." Jawab Jin-Woo setengah bercanda.

"Jin-Woo, apa kau punya alasan untuk tidak berhenti jadi pemburu?" Tanya Ju-Hee masih menyembuhkan luka Jin-Woo.

"Aku hanya berburu untuk bersenang-senang. Kalau tidak, mungkin aku akan mati kebosanan." Balas si pemuda sambil tersenyum palsu. 

"Sepertinya dengan 'bersenang-senang' dua kali akan membuatmu masuk isekai."

A/N : Sebentar, kenapa jadi jepang sih? Haduh kebiasaan ●︿● oke kembali ke cerita~

"Prfft-Ack!"

"Jangan tertawa! Luka mu akan terbuka lagi!"

"Baiklah, baiklah, aduh.."

Ju-Hee pun menoleh pada gadis bermanik (E/c).

"Bagaimana denganmu (Name)? Apa alasanmu untuk jadi pemburu?" Ju-Hee kembali bertanya.

"Alasan ya.. Tidak ada alasan yang benar-benar khusus sih, tapi aku menikmati waktuku menjadi hunter. Juga menghabiskan waktu bersama Jin-Woo dan Ju-Hee Eonnie bukan merupakan ide yang buruk." Jawaban si gadis bersurai (H/c) membuat keduanya tercengang.

"Hm? Kenapa?" Tanya (Name) heran.

"Tidak apa." Balas Jin-Woo lalu menoleh ke arah ketua Raid.

"Inilah yang kalian dapatkan setelah membunuh monster--inti magis." Jelasnya.

Harga sebuah inti magis dari monster rank C bernilai ribuan won. Namun karena Jin-Woo hanya Hunter rank E, mustahil ia bisa mendapatkan inti magis rank C. Akhirnya Jin-Woo hanya mendapat satu inti magis dari monster rank E. Jelas tidak cukup setelah ia mempertaruhkan nyawa tadi.

"Jin-Woo, ini untukmu." (Name) memberikan inti magis rank D pada si pemuda. Jin-Woo pun terkejut, ia berusaha menolak pemberian (Name).

"Tidak (Name)! Aku tidak bisa menerima ini, lagipula kamu yang mendapatkan nya." Seakan tidak mendengar alasan sang sahabat, gadis yang (lebih tinggi/lebih rendah) darinya itu tersenyum.

"Tidak apa, Jin-Woo. Kamu bisa menggunakan ini untuk traktir aku nanti, ya?" Ia menghela napas, mengerti jika si gadis berambut (H/c) itu mulai keras kepala. Jin-Woo pun memutuskan untuk menerimanya.

"Oke.."

"Hei semuanya!! Ada pintu masuk lain disini!"

Mereka semua pun berkumpul di depan pintu masuk. "Double-Dungeon kah..? Sepertinya sungguhan." Pak Song melempar fire ball untuk mengecek ke dalam.

Kemudian Pak Song menjelaskan tentang boss monster dan semacamnya. Intinya sih, voting mau memilih antara masuk ke sana atau tidak. 8 masing-masing memilih untuk masuk dan tidak. Hingga tersisa Jin-Woo dan (Name).

"Jadi bagaimana menurut kalian, Hunter Sung dan Hunter (Last Name)?" Tanya Pak Song. Kedua sahabat itu menoleh satu sama lain, lalu mengangguk bersamaan.

"Aku/Kami pergi!" Balas mereka serempak. Dengan suara lebih unggul, mereka memutuskan untuk memasuki dungeon itu.

"Bukankah kita sudah berjalan terlalu jauh?"

"Berapa lama kita berjalan?"

"Sekitar 40 menit.."

"Gerbangnya akan menutup dalam satu jam setelah kita mengalahkan bosnya. Jadi sekitar 20 menit lagi."

Ju-Hee dan Jin-Woo berjalan beriringan, sementara (Name) masih tetap mengekori sang sahabat di belakangnya.

Jin-Woo memulai pembicaraan. "Hei.. Maaf.."

Ju-Hee menyahut. "Tentang apa?"

"Memaksamu ikut karena pilihanku.."

"Tidak masalah, jangan khawatirkan aku."

"Apa kau.. Baik-baik saja?"

"Kalau boleh jujur.. Aku sekarang sedang ada dalam masalah, tahu!" Ju-Hee pun menunjukkan aura kemarahannya, yang berhasil membuat Jin-Woo merinding dan (Name) terkejut.

'Makanya itu aku gak mau macam-macam sama Ju-Hee Eonnie..' Batin (Name) sambil memasukan permen coklat ke mulutnya, melihat Jin-Woo yang sedang diomeli dengan tatapan iba.

"Oke, oke, oke.. Jangan ribut-ribut di sini. Nih permen, untuk Ju-Hee Eonnie dan Jin-Woo." (Name) menawarkan permen untuk mereka berdua, sambil menenangkan si wanita bermanik biru tentunya.

Pemilik surai oranye itu menerima permen pemberian (Name). "... Bahkan (Name) masih lebih peka darimu." Gumaman Ju-Hee mampu menusuk Jin-Woo. Gadis bermanik (E/c) itu tertawa canggung.

"Iya.." Mood Jin-Woo seketika turun. Ju-Hee menghela napas kecil.

"Kalau kamu beneran mau minta maaf.. Kenapa kamu tidak traktir aku makan?"

"Ah.." 'Benar juga.. Kenapa aku gak kepikiran ya?' Batin Jin-Woo.

"Apa? Kamu gak mau makan bersamaku?"

"Tidak! Bukan begitu maksudku.."

Suara lain menginterupsi mereka. "Ini dia!! Ruangan Bossnya!!"

"Aku belum pernah lihat ruangan bos yang ada pintunya.."

"Aneh..."

"Hei, bukankah tempat ini berbahaya?"

"Iya.."

"Apa kau mau kembali dengan tangan kosong? Bisa jadi kita yang pertama masuk ke Dungeon ini. Kalau tidak mau masuk, pergilah. Aku akan masuk meski sendirian."

(Name) langsung menggenggam tangan Jin-Woo dengan erat. "Jin-Woo.. Hati-hati." Peringat si gadis ketika pintu ruangan itu akan terbuka.

Terdengar beberapa pujian untuk Pak Song, namun (Name) tidak peduli. Sekarang yang lebih penting adalah mendapatkan title 'The Regressor' dan menyelamatkan Jin-Woo.

Begitu ruangan itu terbuka, obor biru di sekitarnya pun menyala. (Name) mulai mencari patung 'itu'. Dan.. Ketemu.

Gadis dengan katana itu mendekati patung yang dimaksud, lalu menatap tajam si patung. "'Patung sialan.. Kamu pencipta sistem yang kejam.'" (Name)  bergumam dengan bahasa Indonesia sehingga tidak ada yang akan mengerti artinya kecuali dirinya.

A/N : tanda "'_'" itu artinya (Name) bicara dengan bahasa Indonesia.

"Apa yang kamu bicarakan?" Jin-Woo muncul dari belakang (Name) sehingga membuat sang gadis terkejut.

"Tidak, bukan apa-apa."

Jin-Woo pun ikut mendekati patung itu. "Ini tulisan kuno kah?"

"Coba kulihat.. Firman Kuil Carthenon."

(Name) pun melanjutkan. "Pertama, sembah yang mulia. Kedua, puji yang mulia. Ketiga, buktikan kesetiaan mu."

Ju-Hee menarik lengan pakaian Jin-Woo. "Patung di tengah.. Tadi bola matanya melirik kita.."

"Benarkah? Kamu pasti salah lihat.."

"Tidak." Potong (Name). 'Dia memang bergerak..' Gadis itu menatap Patung Malaikat dengan sangat tajam.

Jin-Woo pun merasakan hal yang sama, dingin, sunyi, dan takut.

"Siapapun yang tidak mengikuti Firman, tidak akan kembali hidup-hidup."

Suara pintu yang menutup keras mengagetkan mereka semua, dan membuat mereka panik.

(Name) memelototi Patung Malaikat. Ia menggeram tidak suka. "'Patung Sialan.'"

Hingga seorang pria bilang tidak akan ikut lagi dengan raid ini, ia berjalan ke arah pintu sambil mengomel. "'Kalau aku jadi dia, aku gak akan memilih untuk menyentuh pintu.'" Tepat setelah (Name)  berkata begitu.

Slash!

Kepalanya pun putus dari badan, dan lehernya menyemburkan darah. Darah mengotori pintu dan kesatria yang memegang kapakmu kembali ke posisi awalnya, itu juga memperparah rasa paniknya mereka.

'Tunggu, kalau itu benar..' Jin-Woo nekat melirik patung raksasa itu, dan manik gelapnya bertemu dengan manik kuning menyala si patung. 'Ah!'

"'Pemilihan Raja, Dimulai..'" Gumam (Name) dengan nada marah.

1205 kata

Bersambung..

A/N : Makin gaje yah chapter ini.. :'( Ehem, oke. Chapter ini berisi bahasa non baku, banyak typo, dan bahasa kasar. Jangan lupa vote dan ramaikan comment. Nantikan chapter selanjutnya~

Continue Reading

You'll Also Like

98.3K 2.9K 31
"she does not remind me of anything, everything reminds me of her." lando norris x femoc! social media x real life 2023 racing season
438K 10.9K 60
𝐋𝐚𝐝𝐲 𝐅𝐥𝐨𝐫𝐞𝐧𝐜𝐞 𝐇𝐮𝐧𝐭𝐢𝐧𝐠𝐝𝐨𝐧, 𝐝𝐚𝐮𝐠𝐡𝐭𝐞𝐫 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐰𝐞𝐥𝐥-𝐤𝐧𝐨𝐰𝐧 𝐚𝐧𝐝, 𝐦𝐨𝐫𝐞 𝐢𝐦𝐩𝐨𝐫𝐭𝐚𝐧𝐭𝐥𝐲, 𝐰𝐞𝐥𝐥-𝐫...
1.1M 19.3K 132
requests (open) walker scobell imagines AND preferences :) -- #1 - riordan (04.30.24) #1 - leenascobell (05.29.24) #2 - adamreed (04.30.24) #2 - momo...
1.3M 56.8K 103
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC