"Gila lu, lu mau gue dipanggil om om pedo" ia menjentikkan jarinya kewajah temannya
"Dia tampang bocah tapi ia sudah dua puluh tahun...hmm manis juga buat gue aja kalo gitu" Lee merampas foto itu dari temannya dan memandangnya
"Jadi gimana?"
"Baiklah aku rasa beda sepuluh tahun bukan masalah"
"Kita temui dia di studio besok"
"Studio?"
"Studio tari, ia penari kawan dan ia tinggal disana sejak....ah sudahlah sampai besok"
"Woy sejak apa?"
"Dah bro" temannya ngacir.
Lee dan temannya mencari sosok seperti difoto, seorang gadis asia mendekati mereka
"Tuan tuan ini siapa dan mau apa kemari?"
"Dimana Adam?"
"Oh di sebentar lagi turun, silakan duduk" keduanya duduk disofa memperhatikan beberapa orang sedang berlatih hingga terlihat sosok yang dicari
"Itu Adam bukan?" Wanita Asia itu bicara dengannya dan Adam memandang mereka
"Ya itu dia, aku tidak mengerti kenapa ibumu memilihnya" keduanya bangkit membuat Adam menelan ludah kasar ia terkejut ini diluar dari akalnya itu raksasa bukan manusia pikirnya
"A-adam" ia menjulurkan tangan
"Lee" Adam membayangkan tidak tidak ia membayangkan ia tidak bisa berjalan setelah menikah
"Kemasi barang barangmu mulai hari ini kau akan tinggal bersamaku" Adam bengong sesaat namun kemudian mengangguk.
Ia memandang kesekeliling rumah Lee besar dan mewah dengan beberapa pelayan dan security ia akan sekamar dengan Lee
"Uh kita sekamar?"
"Ya kenapa?" Ia menggeleng cepat
"Tidak tidak kenapa napa"
"Bagus, aku tidak suka orang yang banyak mengeluh istirahatlah" Lee mencium bibirnya pelan kemudian pergi kembali kekantor dan Adam masih mematung.
Setelah menikah ibunya menempel seperti Lem dengan Adam katanya Adam pernah menyelamatkannya dari pencopet serta ia tahu hidup Adam seperti apa, setelah mengantar ibu dan ayahnya ke bandara mereka segera kembali kerumah
"Kau cukup dekat dengan ibuku" Adam duduk ditempat tidur ia sangat lelah
"Ya"
"Kau tidak mau mandi dulu dan berganti pakaian"
"Aku lelah"
"Mandi baru istirahat" Adam bangkit dengan gontai menuju kamar mandi.
Lee benar benar melakukannya perlahan perbedaan ukuran tubuh mereka sangat kentara sehingga Adam bisa bersembunyi di lengannya, desahan dan suara derit pelan terdengar sepanjang malam hingga menjelang pagi.
Adam masih tertidur hingga hampir siang ia benar benar tidak bisa bergerak jadi seharian ia hanya ditempat tidur
"Maaf" Lee duduk dipinggir tempat tidur dan membelai pipinya dengan jarinya membuat Adam nyaman.
Hari ini Adam pulang lebih cepat dari biasanya Lee membolehkannya melakukan apa yang dia suka selama itu hal baik, sesampai dirumah ia langsung berbaring di tempat tidur dan memejamkan matanya.
Lee pulang menjelang malam ia melihat Adam tidur, ia membangunkan
"Adam, ayo makan malam" Adam hanya bergerak sedikit dan memeluk tangan Lee
"Adam" ia memeriksa dahinya
"Tidak panas"
"Aku lemas" Adam membuka matanya sayu
"Kita kerumah sakit" Adam menggeleng kembali memejamkan matanya
"Kita makan malam ditempat tidur saja" Adam mengangguk pelan.
Lee semakin panik melihat Adam memuntahkan makanannya ia sangat lemas Lee menggendongnya Adam setengah sadar iamemandang wajah Lee yang panik ia membaringkan kepalanya ke dada Lee.
"Dok jangan bercanda itu tidak mungkin"
"Adam bukan kasus pertama dirumah sakit ini, tuan Lee dan diagnosa saya dibuktikan dengan hasil USG" Lee mengambil amplop coklat itu dan membukanya
"Gumpalan hitam dua itu adalah calon anak anda dan Adam, kembar" Lee terdiam mendengar penjelasan dokter.
"Jadi ini alasan ibu, ibu sudah tahu semuanya" Lee berbicara diluar kamar mereka diam diam Adam mendengarnyania pikir Lee tahu mengenai hal ini.
"Kau kenapa, beberapa hari tidak kemari dan kau tampak kacau apa kalian bertengkar?" Adam menggeleng
"Kami baik baik saja hampir tidak pernah bertengkar"
"Jadi kenapa, Adam"
"Camile aku orang aneh ya?"
"Eh menurutku tidak kita kan teman sejak kecil"
"Aku hamil Camile" Camile tersedak namun kemudian memeluk Adam
"Kenapa kau rahasiakan hal besar itu dariku dan teman teman?"
"Aku malu" Camile mengumumkannya membuat Adam mendelik kesal reaksi teman temannya diluar dugaan mereka memeluknya bergantian.
Adam masuk langkahnya gontai sebisa mungkin menghindari pertemuan dengan Lee ia takut akhir akhir ini Lee juga tampak sibuk pulang saat Adam sudah tidur. Adam terbangun ia memeluk perutnya rintihan kecil keluar membuat Lee terbangun
"Adam" Lee duduk
"Adam lihat aku"
"Sakit" Lee bangkit dan mengenakan pakaian sekenanya
"Kita kerumah sakit, seharusnya kau katakan padaku saat terasa sakit
"Maaf" Lee menggendongnya dan segera membawanya kerumah sakit.
"Apa kalian sedang ada masalah?"
"Seingatku tidak, kami baik baik saja hanya aku sangat sibuk dengan beberapa proyek"
"Sepertinya Adam sedang ada masalah, bicarakan hal ini ia sangat membutuhkan anda"
"Baiklah dok, aku akan menemuinya" Lee masuk melihat Adam berbaring memunggunginya
"Adam" Adam berbalik, Lee duduk ditepi tempat tidur jarinya membelai wajah Adam ia tahu Adam menyukainya
"Ada apa?"
"Aku aneh ya?" Lee memandang wajahnya dekat membuat wajah Adam memerah sempurna
"Tidak tetap manis dan enak dipandang"
"Aku serius"
"Aku juga serius, Adam" keduanya terdiam
"Aku mencintaimu Adam dan anak kita" mata Adam membulat apalagi saat Lee menciumnya, dugaannya ternyata selama ini salah ia membalas ciuman Lee hingga keduannya terhenti mendengar deheman
"Jangan mesum dirumah sakitku" keduanya tertawa salah tingkah.
End