16

1.7K 339 21
                                    




Senin pagi dengan cuaca yang hangat dan sinar mentari yang menyorot cerah. Meskipun penampilannya terlihat begitu kacau dengan mata pandanya, tapi Nai tak berhenti mengomel di sepanjang lorong menuju kelasnya. Walau ditatap murid lain Nai tak merasa malu atau keberatan. Hal yang sedang ia marahkan pada Yui dan Serin begitu penting, masalah mereka dengan Haina lusa.

"Kok bisa pada bilang begitu? Haina kan juga temen kita. Dia bilang gitu juga buat menghibur gue," sungut Nai. Ia memijat pelipisnya, berjalan dengan menghentakkan kakinya dan wajah yang cemberut.

"Dia emang keliatan baik, tapi ada kemungkinan kalo dia pura-pura baik ke lo kan, Nai," bantah Serin yang tak terima bahwa Nai terus membela Haina.

"Kalo emang Haina bener cuma  pura-pura baik ke gue, untung dia apa coba?" Nai berbalik badan menghadap dua temannya yang sedari tadi berjalan di belakangnya.

"Dia makin populer," ketus Yui sembari menyimpan handphone-nya di saku jaket yang ia kenakan.

Sebal sedari tadi dimarahi oleh Nai, baik Yui ataupun Serin mereka langsung berbelok menuju kantin untuk meninggalkan gadis yang sedang marah-marah itu.

Nai tak menyahut apa yang Yui katakan. Ia membiarkan saja gadis itu mau pergi ke mana, sebab ia melihat Ricky yang mengharuskannya untuk berbalik. Langkahnya sengaja ia percepat demi menghindari lelaki itu.

Ricky mengikuti Nai begitu melihat gadis itu menghindarinya. Langkahnya ia buat sedikit cepat agar bisa mengikutinya. Pada akhirnya Ricky bisa menahan tangan Nai. "Kok chat gue sama sekali gak dibalas? Bahkan dibaca pun enggak. Kenapa? Padahal minggu lalu gue bisa tuh temenin lo ke taman pinggir kota," ujar Ricky sembari menatap Nai yang sedang tertunduk.

"Ricky!" panggil Sora. Ia tampak ceria dengan senyuman di wajahnya. Tanpa memikirkan situasi Sora langsung menghampiri Ricky. "Eh? Nai! Kenapa sedih begini?" tanyanya dengan lagak peduli.

"Ricky sabtu sore kemarin latihannya gimana? Sori ya, gue gak bisa nonton. Kemarin gue karaokean dan habisin waktu sama temen-temen," ucap Nai. Ia hanya mencoba menyembunyikan segala kecemburuan dan kekecewaannya.

"Latihan? Bukanya sabtu sore kemarin kamu jalan sama aku?" tanya Sora, lalu menatap ke arah Ricky yang sedang kebingungan sekarang.

Nai memiringkan kepalanya lalu melirik ke arah Ricky. Tak ada senyum sedikit pun di wajahnya. Hanya ekspresi datar seolah meminta segala penjelasan dari Ricky.

"Kalo gue jujur, lo kecewa," ucap Ricky pada Nai dengan nada penyesalan. Karena terlalu kecewanya pada diri sendiri, Ricky tak berani menatap Nai.

"Iya, memang. Mau gue tahu sekarang atau kemarin gue tetap kecewa. Bisa-bisanya sahabat gue ingkar janji sekaligus bohong dan itu pun cuma buat perempuan yang baru dia kenal." Nai menyilangkan tangannya di depan dada. Keberaniannya mengatakan hal itu mencuat ketika melihat tatapan Sora yang seolah mengatakan bahwa gadis itu pemilik Ricky.

"Lo bilang kalo kita masing-masing punya pasangan kita bakal dukung satu sama lain, tapi kenapa, Nai? Lo bertindak seolah cemburu kalo gue sama yang lain." Ricky melontarkan pertanyaan yang membuat setiap murid yang lewat menatapnya juga Nai.

"Asal jangan sama dia! Gue paling gak suka sikapnya. Ingat, lo sendiri pernah bilang lo gak akan pernah suka sama cewek yang sikapnya begitu," ucap Nai, lalu berbalik membelakangi Ricky dan Sora. "Saat gue bersikap ceria kaya dulu lo bilang lo gak akan pernah suka sama cewek dengan sikap begitu, tapi lo cepat berubah cuma buat Sora." Nai mengatakannya tanpa menoleh ke belakang. Tangannya mengepal lalu pergi secepat mungkin dari tempat itu sembari menahan tangisnya.

Nai menutup wajah dengan kedua tangannya. Saat ini ia menjadi pusat perhatian di kelas. Datang-datang langsung duduk dan menangis, sempat membuat teman sekelas heran. Ternyata gadis jutek itu bisa juga merasa sedih.

Tak ada satu pun yang mendekat untuk menenangkannya atau sekedar bertanya Nai menangis karena hal apa.

"Mau kemana?" tanya Dio sembari menahan tangan Haina. Selepas Sabtu kemarin dituding oleh Serin dan Yui soal mendekati Nai hanya untuk kepopulerannya saja, lelaki ini tak membiarkan Haina berurusan lagi dengan Nai. Mana boleh perempuan yang ia cintai disebut begitu.

Haina yang hampir beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri Nai memilih kembali duduk. Biar bagaimanapun, sesekali ia harus menghargai apa yang Dio katakan. Namun, Haina merasa Nai lebih membutuhkannya. "Dio, kan yang bilang Yui sama Serin, bukan Nai. Aku bantuin dia, ya?" bujuk Haina. Berlagak sok imut agar Dio mengiyakan permintaannya.

Menghela napasnya dengan jantung yang berdegup kencang, Dio mana tahan jika Haina bersikap begini padanya. "Kenapa sih, ngeyel banget," ucap Dio. Ingin sekali lelaki itu mencubit pipi Haina karena terlalu kesal sarannya tak pernah didengarkan oleh gadis yang disukainya itu.

Beberapa waktu kemudian Ricky datang, berdiri di ambang pintu kelas XII-3 dengan raut wajah yang cemas. Ketika datang pun yang dituju adalah Nai. Namun, tak lama kemudian datanglah Sora. Hal tersebut menyita perhatian seluruh murid kelas XII-3 yang berada di dalam kelas, karena Ricky dan Nai yang jarang bertengkar sampai salah satunya menangis.

Melihat Nai yang menutupi wajahnya karena menangis, Ricky menghampirinya, lalu duduk di sebelah sahabatnya itu. "Andai gue bisa ceritain kenapa gue sama Sora, mungkin lo gak bakal begini. Menyangkut privasi Sora gue belum bisa ceritain semua, gue cuma mau ngingetin. Jangan pernah benci orang lain gara-gara gue, ya," jelas Ricky dengan nada lirih agar tak terlalu banyak yang mendengar masalahnya dengan Nai.

Sora mendekat. Ia berdiri di samping Nai. "Ricky sayang lo, sayang gue juga. Gak perlu nangis, Nai. Kan kita sama-sama disayang," ucap Sora yang seolah membeberkan bahwa dirinya juga disayang Ricky seperti yang laki-laki itu lakukan pada Nai.

Ucapan Sora membuatnya terkena lirikan sinis. Tak sedikit murid yang sudah membicarakannya. Pada dasarnya tak tahu malu. Bukannya jika dia mengatakan hal itu semakin terlihat niatnya untuk merebut Ricky dari Nai.

Haina beranjak dari tempat duduknya. Rasanya lidahnya gatal melihat orang di sekitarnya sedih. "Dio, maaf. Lain kali aku dengerin ucapan kamu, Tapi enggak buat sekarang," ucap Haina. Gadis itu lalu berjalan ke arah Nai duduk.

Setelah menghela napas karena terlanjur hapal pada Haina yang begitu keras kepala, Dio pergi mengikutinya. "Njir ribet amat, padahal tinggal Ricky sama Nai saling ngungkapin rasa aja. Buat urusan orang ketiga ya kalo gak cinta ya udah diputusin aja." Dio bermonolog sembari memandang tak suka ke arah Sora.

"Selain kecewa sama lo, mungkin Nai punya masalah lain. Suasana hatinya benar-benar buruk. Apa pun yang coba lo jelasin juga gak bakal di dengerin, lebih baik kalian balik ke kelas kalian aja deh," ucap Haina setibanya di samping Nai dengan nada bicara seolah mengusir.

Ricky belum mau meninggalkan Nai sampai gadis ini berhenti menangis, sedangkan Sora tak mau meninggalkan Ricky berdua dengan Nai. Sora tak mau kehilangan orang baik yang selama ini ia dambakan.

Merasa lengannya di genggam erat, Haina kini menunduk menatap Nai yang mengelap air matanya hanya dengan tangan. Dilihat dari tatapan serta genggaman yang begitu erat ini, Haina yakin jika Nai ingin mengatakan sesuatu yang tak boleh dirinya tahan. Justru ini adalah masalah Nai maka harus Nai coba selesaikan sendiri bagaimanapun caranya.

Nai menatap ke arah Sora dengan tatapan penuh kebenciannya. "Sora, dari sekian banyaknya cowok kenapa lo suka sama Ricky?" tanya Nai. Hal itu membuat para murid lain mendekat untuk mendengar dan menyaksikan masalah yang mungkin akan segera terjadi.

Bingung dengan ucapan Nai, Sora kini terkekeh karena merasa menang dari Nai. "Memang gak boleh ya, gue suka sama Ricky? Faktanya Ricky yang ajak gue pacaran," ucapnya dengan nada lembut. Masih ada Ricky di sini jadi ia harus benar-benar terlihat baik dahulu.

"Enggak," ketus Nai sembari menatap Sora dengan tatapan melawan.

Melihat Nai yang begitu marah pada Sora justru membuat Ricky agak kebingungan dengan sahabatnya itu. Sahabat yang biasanya baik pada siapapun meskipun terkadang jutek, kenapa bisa terlihat benci pada Sora?

"Eh? Nai gak boleh gitu. Ricky udah suka sama gue, kita berdua udah pacaran. Lo gak berhak buat suka sama Ricky. Kalian kan sahabat dan selamanya akan begitu," ucap Sora yang kini terlihat hampir menangis.

Makin pusing sendiri pada keputusannya, Ricky tak tahu harus membela yang mana. Jika ia membela Sora pasti Nai benar-benar meninggalkannya kali ini. Dan jika ia membela Nai maka Sora akan makin tersakiti padahal gadis itu sudah terlanjur terlalu mempercayainya.

"Siapa yang bilang kalo gue suka sama Ricky? Gue paling benci sama orang yang mencampakkan orang lama demi orang baru!" pekik Nai sedikit memberi penekanan di setiap kata. Sekarang ia terlanjur kecewa pada Ricky terlebih lelaki itu sama sekali tak membelanya.

"Ricky gak gitu. Dia mencoba yang terbaik buat jagain gue dan lo juga. Lo itu terlalu serakah, Nai. Mengharapkan lebih disayang Ricky daripada siapa pun, lagi pula bukan masalah kan kalo dia bohong atau ingkar janji sekali aja ke lo." Sora mengucapkannya sembari menangis.

Setiap mata yang melihat hanya terdiam, baik Nai ataupun Sora keduanya sama-sama sangat menyukai Ricky. Bagaimanapun mereka juga perempuan, apa pun itu pasti diributkan apalagi mengenai laki-laki.

Melihat kelas mereka yang dipenuhi murid-murid dari kelas lain membuat Yui dan Serin yang baru kembali dari kantin bingung dengan apa yang terjadi. Selaku ketua kelas Yui menerobos masuk melewati kerumunan murid yang memenuhi pintu masuk kelasnya.

“MINGGIR LO PADA!” bentak Serin yang membuat murid yang ada di depan pintu itu bubar dalam hitungan detik.

Begitu memasuki kelas, mereka tambah dibuat bingung dengan Nai yang menangis dan ekspresi dari setiap orang yang berada di sini semuanya tegang. Sepertinya baru saja terjadi hal yang serius antara Ricky dan Nai, ditambah adanya Sora yang juga menangis.

"Pacarin aja dua-duanya, dih. Buat cowok, setia itu bisa lebih dari satu. Daripada lihat cewek perang kan," ucap Dio yang akhirnya lega karena sudah gatal untuk menahannya dari tadi.

"Dio ...," lirih Haina. Ia mengisyaratkan agar Dio diam saja terlebih dahulu. Ucapannya itu mana bisa diterima baik sama perempuan jaman sekarang.

Lagi dan lagi, Yui dan Serin making bingung dengan situasinya. Jangan-jangan mereka bertengkar hebat barusan. Mereka menyesal pergi ke kantin dan meninggalkan Nai sendirian tadi.

Setelah berpikir panjang Ricky tahu harus memihak siapa. Seseorang yang paling merasa sakit di antara keduanya, Sora. Lama kelamaan ia percaya bahwa Nai tak akan marah seperti ini lagi, apalagi gadis ini sahabatnya. Seperti apa yang sebelumnya Ricky ucapkan bahwa ia akan mencintai Nai di kehidupan selanjutnya.

"Nai, ucapan Sora ada benarnya. Gak usah deh, baperan gitu, kan kita emang sahabat selamanya," ucap Ricky dengan nada santai untuk menyembunyikan rasa sakitnya juga ketika tahu apa sebab ia mengatakan hal ini pada Nai.

"Enggak! Semua baik-baik aja selama belum ada Sora. Sora pembawa sial! Asal ...," ucap Nai. Ia belum menyelesaikan apa yang ingin ia bicarakan, tapi Ricky memotong ucapannya.

"Udah cukup? Lo boleh hina gue asalkan jangan hina Sora. Harusnya dari awal kita gak pernah kenal, kita gak pernah sahabatan. Gue kira lo udah dewasa ternyata sama aja, kekanak-kanakan dan masih suka nyalahin orang lain atas masalah lo sendiri," ucap Ricky dengan nada yang kasar.

“RICKY! Jaga omongan lo, ya! Setidaknya lihat dong apa yang Nai lakuin ke lo selama ini. Dia udah relain waktunya demi nemenin lo latihan dan bahkan kebaikan yang Nai lakuin ke lo gak cuma itu doang, Ky. Bisa-bisanya lo bilang hal sejahat itu,” bentak Yui. Emosinya mencuat setelah mendengar ucapan kasar Ricky pada Nai hanya untuk membela Sora.

“Gue gak bisa toleran sama orang yang udah ngerendahin orang yang gue sayang,” ucap Ricky yang membuat semua orang yang mendengarnya tercengang.

Seketika kepercayaan dan perasaan Nai pada Ricky hancur setelah mendengar apa yang diucapkan oleh lelaki itu. Ucapan yang sebelumnya tak ingin Nai dengarkan dari mulut Ricky kini terlontar dengan ringan dari sahabatnya itu.

Yakin jika Nai sedang hancur setelah mendengar ucapan dari Ricky, Serin ikut memeluk Nai seperti yang Haina lakukan. Ricky keterlaluan, bisa-bisanya berucap begitu di depan Nai yang jelas-jelas selama ini terus mendukungnya. Begitu kah balasannya pada Nai yang selama ini baik padanya?

Merasa begitu dihargai oleh Ricky, Sora makin percaya bahwa ia adalah satu-satunya yang paling di sayang Ricky. Ricky memang seseorang yang sudah ditakdirkan untuknya, seorang yang membawa kebahagiaan dalam hidupnya adalah miliknya.

"Gue juga nyesel pernah kenal dan sahabatan sama lo. Dipikir-pikir gue cuma buang waktu gue buat bantuin segala urusan lo, sedangkan lo sendiri cuma ngasih masalah buat gue. Baguslah kalo lo merasa gue buruk. Mulai sekarang gak usah anggap gue sahabat lo! Gue juga udah ogah anggap lo sahabat," ucap Nai dengan nada bicara yang tinggi. Ia sudah terbawa emosi dan terlanjur kecewa. Tanpa berpikir pun ia yakin dengan ini tak akan ada membuat hatinya terasa sakit lagi. Lagi pula Nai bisa tanpa Ricky.

Baiklah jika Ricky tak lagi bersahabat dengan Nai artinya ia tak akan membuat Nai kerepotan lagi untuk membantunya. Ricky tak akan membuat masalah lagi untuk Nai. Karenanya Ricky tak terlalu keberatan untuk melepaskan Nai.

Seisi kelas yang mendengarnya kini terkejut dan bertanya-tanya, persahabatan yang sebelumnya lekat pada Ricky dan Nai kini berakhir begitu saja. Persahabatan antara laki-laki dan perempuan memang hanya akan memiliki dua akhir yaitu saling menyukai atau berpisah begini, tak ada istilah sahabat selamanya untuk keduanya.

Begitu Nai menangis kembali Haina langsung memeluknya. Mengelus-elus kepala temannya itu untuk menenangkannya.

"Balik ke kelas lo!" usir Dio sembari mendorong pelan tubuh Ricky dan Sora untuk keluar dari kelasnya.

𝐫𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭 𐀔 ni-ki. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang