12

1.7K 376 22
                                    

Ketika sehabis mengantar Sora pulang sampai rumahnya, Ricky terpikirkan akan Nai yang saat di tempat pelatihan cuek padanya. Sebegitunya kah rasa kesal Nai kepada Ricky? Artinya apa yang dikatakan Adimas ada benarnya, dirinya hannyalah dinding bagi perasaan Nai pada laki-laki lain.

Sesudah memarkirkan motornya dengan benar Ricky langsung memasuki rumahnya. Namun, urung ketika satpam rumahnya mendekat ke arah ia berdiri, depan pintu rumah.

"Tuan, nyonya, sama yang lain, gak ada di rumah, tadi bapak dapat pesan dari nyonya. Kalo Mas Ricky mau kemana-mana di suruh kirim pesan ke nyonya dulu." Satpam rumahnya berpesan sembari membukakan pintu rumah.

"Iya, pak." Ricky mengangguk sembari memasuki rumah. Namun, tak selang berapa lama Ricky kembali ke posisinya awal. "Pak saya mau tanya, kalo cewek ngambek biar enggak ngambek lagi dikasih, apa, ya?" Ricky bertanya, siapa tahu dapat saran bagus  untuk dirinya yang bingung, agar tak membuat Nai kesal padanya lagi.

"Kalo istri saya, sih, dikasih uang, mas. Emang siapa yang ngambek? Nai, ya, mas?" Satpam berbasa-basi.

Merengut kala jawaban dari satpam kurang berguna untuknya, Ricky menghela napasnya panjang. "Bukan karena ngambek juga sih, pak. Tapi kaya sengaja mau ngejauh dari saya," jawab Ricky atas pertanyaan dari satpam rumahnya.

"Oalah gitu, toh? Kalo gak mau Nai-nya menjauh. Pacarin, aja, mas. Jangan sahabatan, saya liat liat loh, cocok." Saran dari satpam rumah lagi, tapi sekali lagi tak membuat Ricky terbantu.

Mana mungkin Nai mau menerimanya. Jika Ricky menyatakan perasaannya yang ada Nai akan semakin menjauhinya. "Gak deh, pak, saya gak suka sama Nai. Jutek gitu mana betah kalo saya jadiin pacar," ucap Ricky, entah mengapa saat mengucapkan kalimat barusan terasa gatal di lidah Ricky.

Ricky lalu memasuki Rumahnya, benar-benar sepi. Pergi ke kamarnya yang berada paling pojokkan, kamar Ricky lebih besar daripada kamar kedua kakaknya. Kamar yang ia isi dengan banyak hal-hal tentang bola dan futsal, foto masa kecilnya, foto keluarga, dan yang paling mencolok adalah fotonya dengan Nai yang ditaruh di bingkai paling besar.

"Harusnya kita gak sahabatan sih, Nai. Gue mau bilang sayang sama lo aja berat banget." Sembari menyilangkan tangan di depan dada, Ricky bermonolog menghadap fotonya bersama Nai. "Lo kalo suka sama gue bilang aja, jangan suka sama Adimas. Fix kalo lo suka Adimas, kan, lo tolol. Mendingan juga gue." Menidurkan dirinya di kasur dengan masih berseragam. Ricky malah galau, hatinya tak enak sejak membentak Nai tadi.

Berdecak, lalu memberantaki selimutnya karena kesal pada dirinya sendiri. Tak berhenti di situ, seolah anak kecil yang tak dibelikan mainan, Ricky tengkurap sembari beberapa kali menghentakkan kakinya ke kasur, menyesali apa yang ia lakukan pada Nai.

Sedetik kemudian ponselnya berdering dering menandakan banyak pesan masuk, mungkin itu balasan pesan dari Nai setelah ia mengirimkan pesan berjibun pada sahabatnya itu.

Raut wajahnya yang sebelumnya senang langsung berubah cemberut ketika melihat nomor Adimas yang mengirimkan pesan, menyebalkan.

Setelah membaca pesan yang dikirimkan laki-laki yang kini dijuluki kampret oleh Ricky, rupa-rupanya mengirimkan pesan mengajaknya bertemu perihal Nai. Malas sebenarnya tapi kalau menyangkut Nai, Ricky langsung bersemangat.

Keluar dari rumah dengan jaketnya, Ricky segera melajukan motornya cepat agar segera  tiba di tempat yang dijanjikan. Entah, mengapa Adimas mengajaknya ke taman pinggir kota, tempat yang biasa di datangi Ricky dan Nai.

𝐫𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭 𐀔 ni-ki. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang