O8

2.1K 466 27
                                    

-

Ricky memarkirkan motornya setelah sampai di lapangan futsal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ricky memarkirkan motornya setelah sampai di lapangan futsal. Firasatnya sudah tak enak ketika melihat semua orang yang datang untuk menonton latihannya hari ini menatapnya sinis. Ia terlambat sepuluh menit hanya karena memikirkan apa yang dikatakan Sean soal Nai yang tak pernah ia ketahui bagaimana perasaannya.

“Lo pikir main-main, Ki? Terlambat kok sampai sepuluh menit,” sindir Hesa. Laki-laki yang mahir bermusik ini salah satu teman main Ricky sekaligus tetangga Nai. Hesa itu vokalis terkenal band indie kampusnya, si cowok bumi yang kelihatan dingin, tapi humble.

“Sorry, gue harus pup dulu. Kalo gue nekat berangkat, kan, bisa aja nanti gak tahan terus pup di celana,” jelas Ricky sambil cengengesan. Ia duduk di bawah sementara yang lain sudah duduk di bangku bertingkat yang tak terlalu tinggi, tapi lebar.

“Jorok lo!” Jey melempar Ricky dengan botol plastik bekas minuman isotonik. Jey memang mirip dengan Saga, sama-sama gampang emosi. Cowok rich yang satu ini sangatlah merakyat hanya memakai sendal jepit sepuluh ribuan, tapi soal outfit harus keluaran merk branded dari Prancis semua. Bukan soal gengsi tapi harga diri, katanya.

Semua orang seolah menyerbunya, padahal niatnya kesini untuk latihan bukan ribut. Ricky menoleh ke arah mereka dengan tatapan malas, sudah ngambek. “Pada sirik banget, anjir. Itu juga, pelatih, malah sibuk pacaran sendiri. Lagian ngapain sebanyak ini yang nonton?” sungut Ricky yang sebal membuat orang-orang yang menontonnya cengengesan.

“Salah sendiri kenapa telat,” ucap Saga, lalu melemparkan bola ke arah lapangan, segera saja ia turun untuk melatih Ricky.

Gadis manis yang duduk di salah satu bangku panjang menggelengkan kepalanya heran. Nai bingung mengapa selalu ribut seperti ini jika bertemu, apalagi jika ada Juan. Bocah klimis bermulut lemis itu pasti akan memicu pertingkaian mulut yang tidak ada habisnya. Kenapa juga Ricky protes kepada mereka yang ingin menontonnya padahal teman lama.
Beberapa orang yang menonton latihan Ricky adalah. Hesa si cowok bersuara merdu yang duduk paling pinggir, lalu, Jey si rich yang duduk bersebelahan dengan Satya si penyuka gratisan  Sean yang duduk satu tingkat di atas mereka dengan Azka. Yeva, Yidan, Lia, dan Saga yang duduk agak terpisah dari mereka yaitu di bangku paling bawah sedangkan posisi yang lain berada di bangku tengah. Lalu Nai yang duduk di samping Sora dan bersebelahan juga dengan Jey.

Tak lama datang tamu tak diundang, menurut mereka. Sosok perempuan yang berjalan dengan anggun memasuki lapangan. Tersenyum manis sembari menggaruk jarinya yang tiba-tiba gatal. Sora gugup di tatap banyak orang. Seluruh penonton dibuat bingung dengan kedatangannya. Sebagian dari mereka mengerutkan keningnya, berpikir, siapa perempuan ini dan mengapa tiba-tiba datang?

Hal itu membuat Nai bingung. Matanya memelotot tak percaya apa yang sedang dilihatnya sekarang. Gadis itu memejamkan matanya, lalu menghembuskan napasnya perlahan untuk menetralisir segala perasaan tak suka, benci, cemburu, dan juga khawatir dengan kedatangan Sora. Mengapa Sora yang baru Ricky kenal diajak olehnya langsung, aneh dan Nai cemburu.

Tak hanya Nai yang menganggapnya aneh tapi seluruh penonton yang duduk di tribun. Mereka sama-sama tahu jika Ricky tak pernah mengajak perempuan lain selain Nai, kecuali perempuan itu sudah resmi jadi pacarnya atau gebetan. Menurut mereka, Sora memang manis sih. Namun, mereka tak mau percaya jika Sora ini akan menyukai Nai. Mana mungkin ada perempuan yang dekat dengan Ricky tanpa membenci Nai terlebih dahulu.

“Gak usah dilihat sampai segitunya, gue yang ajak dia.” Ricky menjelaskan sembari tersenyum pada Sora.
Menatapi perempuan dengan tampilan berpakaian bumi itu dengan sinis. Yeva langsung melirik ke arah Nai.  “Dia kelihatan gak suka, Dan.” Yeva berbisik pada Yidan setelah melihat Nai yang enggan menatap Sora.

“Biarin aja, salah sendiri kenapa gak bilang kalo ada rasa. Gue cuma mau bantuin kalau hubungan Nai sama Ricky berantakan. Kalo soal perasaan terserah mereka sendiri,” ucap Yidan, lalu membenarkan posisi duduknya.

“Adek lo yang bego, cari yang baru padahal Nai yang nemenin dia selama ini. Gue, sih, tim Nai jadian sama adek lo. Liat dia keinget Lia.” Saga menoleh ke arah sang kekasih ketika mengatakannya. Alhasil perempuan penyuka warna merah muda itu salah tingkah karena ucapan Saga.
Kedatangan  Sora masih menjadi sebuah sorotan.

“Kalo kata gue sih, harusnya Ricky hati-hati pilih cewek. Apa dia gak belajar dari masa lalu? Kalo dia sendiri yang kena batunya, mah, it’s okay. The real sahabat tapi gak pernah tahu perasaannya sahabatnya sendiri,” sindir Satya pelan.  Namun dapat didengar oleh Sean dan Azka yang duduk tak jauh darinya. Laki-laki penyuka gratisan yang always soft-able dan agak menyebalkan ini hanya mengedikkan bahu saat mendapat lirikan dari Jey dan Hesa di depannya. Sebagai duta crush-nya para kaum hawa yang kalau kasih satu eye contact langsung jatuh cinta, Satya sudah mahir kalau soal baca-membaca perasaan orang.

“Gue akui sih, Ricky gak banyak mikir dulu,” ucap Azka sembari menggaruk pipinya yang terasa gatal. Hari ini Azka memilih denim sebagai atasan. Sekalian pakai yang rapi karena sehabis menonton sang adik latihan futsal, ia akan langsung ke kampus.

“Gue tandain ceweknya, gue botakin kalo sampai Nai kenapa-napa.” Sean bermonolog sembari menatap Sora tajam. Cowok yang biasa bertingkah manis ini pun sekalinya mendengar sang adik dalam bahaya maka kemarahannya akan melebihi sang papa, tak peduli jika itu laki-laki atau perempuan. Jangankan hanya botak, mungkin gigi Sora akan dirontokkan olehnya bila sewaktu-waktu membuat Nai terluka.

Kedua sudut bibir Ricky terangkat mengetahui Sora meluangkan waktu untuk datang, dan setelahnya duduk di samping Nai. Ini adalah tujuan Ricky. Ia sengaja mengajak Sora, agar gadis itu bisa dekat dengan Nai dan membuat Nai kembali ke sikapnya seperti dulu. Ketika mendengar kata 'sakit hati’ dari papa Nai, entah, yang ia pikirkan hannyalah seputar Nai yang belum bisa melupakan Adimas. Semenjak putus dengan Adimas sifat Nai jadi berubah. Itulah yang membuatnya makin percaya bahwa Nai gamon pada Adimas.

Berbeda dengan Nai, ia kesal dan marah dengan Ricky yang mengajak Sora. Memang enggak boncengan bareng, sih, tapi Nai tetap saja enggak terima. Ia merasa dikhianati, toh biasanya Ricky jika mengajak seseorang pasti memberitahunya meskipun itu laki-laki. Paling sebal lagi karena Sora justru duduk di sampingnya. Ingin menggerutu tapi ia tahan. Bisa saja jika tak menerima kedatangan Sora ia dianggap baperan atau hal buruk lainnya oleh Ricky. Nai ingat dia sahabatnya. Ada waktunya ia tak bisa ikut campur dengan hubungan percintaan Ricky.




Saga sudah berlari ke lapangan lebih dulu. Dahinya berkerut mengartikan dia sangat marah. Bagaimana tidak? Ricky yang ditunggu sedari tadi justru menaruh barangnya berlama-lama. “Lo, niat latihan, gak, sih? Lemot banget! Gak usah segitunya liatin, tu, cewek. Gak bakal ilang juga.” Saga memutar bola matanya malas.
Yidan yang tadinya asyik memperbincangan Sora dengan Yeva kini menatap Ricky. Ia ikutan kesal lalu melemparkan botol minumnya ke arah Ricky yang masih mematung menatap Nai. Yidan jadi sebal sekali karena adiknya tak segera memulai latihan. “Ki, gue susah payah, loh, buat minta Saga ngelatih lo. For your information gak gratis juga.” Yidan berbicara sembari menyangga wajahnya.

𝐫𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭 𐀔 ni-ki. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang