11. Penjaga Makhluk

3 0 0
                                    

Prang!

Benda-benda nyaring itu jatuh mengempas lantai. Seorang gadis terlihat ketakutan di pojok ruangan. Badannya gemetar melihat makhluk-makhluk yang ada di hadapannya. Dia memejamkan mata sembari mengambil panci dan mengayunkannya secara sembarang.

Seorang wanita dengan gaun putih panjang terbang mendekat padanya. Jari-jarinya yang panjang dan tajam mengelus pelan pipi si gadis.

"Takdirmu si sini, Alana."

Satu kalimat itu diulangnya berulang kali hingga gadis bernama Alana itu bosan mendengarnya. Dia memberanikan diri membuka mata. Netra hitam miliknya beradu dengan bola mata putih milik si wanita.

"Aku gak mau," ucapnya gemetar.

"Takdirmu di sini, Alana, bersama denganku dan yang lainnya."

Di belakang wanita itu, berbagai jenis makhluk berbaris rapi. Alana mengamatinya satu persatu. Ada hantu anak kecil, raksasa, makhluk berlendir di lantai, perempuan tanpa bola mata, seorang lelaki tua tanpa kepala, seekor kucing hitam raksasa, makhluk cangkul dan lain sebagainya. Alana mendadak mual melihat mereka yang bentuknya tidak lazim.

"Alana, terima takdirmu." Wanita itu kembali berucap.

Alana menarik napas dalam lalu mengembuskan perlahan. "Oke, aku akan terima kehadiran kalian di sini, tapi aku mohon, tolong pergi dariku. Jangan muncul sampai aku panggil besok," ucap Alana.

Makhluk-makhluk menatap Alana dengan bingung. Mereka seakan meminta penjelasan.

"Besok, kembali lagi besok saat aku panggil," ucap Alana lagi.

Wanita bergaun panjang itu mengangguk pelan kemudian menghilang dari pandangan Alana beserta makhluk lainnya.

Sebuah helaan napas terdengar keras. Alana menyapu keringat dengan punggung tangan. Dia meletakkan panci yang sejak tadi dipegangnya kemudian berlalu dari dapur itu.

Malam ini, Alana mengemasi barang-barang seperlunya dalam ransel. Dia keluar dari rumah dengan perlahan dan hati-hati. Memang tidak ada siapa pun di rumahnya, tetapi mereka ada. Makhluk-makhluk itu menjaga dan mengawasi Alana. Kali ini, dua anjing penjaga gaib ditempatkan di depan rumahnya. Dengan hati-hati dia melewati sambil menahan napas. Usaha melelahkan itu berakhir juga, Alana keluar dari pekarangan rumah lalu berlari menjauhinya.

Alana terus berlari tanpa tujuan, melewati semak belukar sebelum berakhir memasuki jalan raya. Menghela napas lega, Alana berjalan sedikit lebih santai melewati rumah-rumah dan bangunan tinggi menjulang. Lelah, Alana mendudukkan diri di pinggir trotoar dengan kaki yang diluruskan. Di seberang tempatnya duduk, sebuah kedai teh terlihat. Dia bangkit dari posisi duduknya kemudian berjalan mendekat pada kedai teh itu.

Bel kecil di atas pintu berdenting saat Alana membukanya. Terlihat seorang wanita memberi perintah pada pekerjanya untuk menutup toko.

"Maaf, tapi toko akan segera tutup," ucapnya.

"Bisakah saya mendapatkan segelas teh? Saya sangat haus sekarang," ucap Alana.

Senja mengamati Alana dari atas sampai bawah. "Baiklah, silakan duduk," ucap Senja sebelum berlalu ke belakang.

Tidak berapa lama kemudian, Senja kembali dengan nampan berisi gelas dan teko teh di atasnya. Dia meletakkan nampan itu di atas meja kemudian menuangkan teh dan menyodorkannya pada Alana.

"Dapatkah kamu bercerita? Kamu terlihat kelelahan," ucap Senja lagi.

Alana mengangguk. Dia menghirup aroma teh itu selama beberapa detik sebelum menyesapnya.

"Keluarga saya sudah lama menjadi penjaga makhluk-makhluk. Saya lari dari takdir saya yang menjadi penjaga mereka," jelas Alana.

"Makhluk?"

"Iya. Mereka sangat banyak. Saya bahkan ngeri dan mual melihatnya. Namun, ada satu makhluk yang terlihat sedikit lebih baik dari yang lainnya. Dia juga yang meminta saya untuk menerima takdir saja."

"Apakah kamu tahu awal mula sehingga keluargamu menjadi penjaga makhluk-makhluk itu?" tanya Senja penasaran.

"Tidak," jawab Alana disertai gelengan. "Saya tidak tahu. Kata makhkuk itu, dia akan menceritakannya setelah saya siap dan menerima takdir saya."

Senja mengangguk mengerti. "Sepertinya saya tahu dengan keluargamu. Ada penjaga makhluk yang memang bertugas untuk menjaga mereka. Mereka adalah makhluk-makhluk liar yang dapat membahayakan manusia. Tugas seorang penjaga makhluk adalah menjaga dan mengarahkan mereka agar tidak menyakiti manusia. Saran saya, kamu jangan lari. Saya yakin kamu bisa menghadapi dan menjaga mereka. Kamu hanya takut dengan mereka. Bicara baik-baik, mereka akan mendengarkan penjaga makhluk," ujar Senja memasang wajah serius.

"Ya, saya hanya takut dan tidak tahu harus berbuat apa."

"Kembalilah, temui dan beri penjelasan pada mereka. Kamu dapat melakukannya pelan-pelan. Semua ini demi dirimu sendiri juga orang lain, karena jika sudah tidak terkendali, mereka sangat berbahaya dan merepotkan. Pulanglah, Alana, mereka pasti mengerti dengan ketakutan dan ketidaksiapanmu."

Alana lega setelah bercerita pada Senja. Dia mengangguk pelan kemudian beranjak meninggalkan Kedai Teh Senja. Di depan pintu, dia disambut makhluk-makhluk yang datang menjemputnya.

"Aku siap," ucapnya yakin. Wanita bergaun panjang itu tersenyum sumringah lalu menuntun Alana menjauh dari Kedai Teh Senja.

🍃Selesai🍃

Kedai Teh Senja [KumCer] ✓Where stories live. Discover now