12. Pemburu Makhluk

2 1 0
                                    

Seorang remaja laki-laki menyusuri jalanan bebatuan dan menghiraukan rintik air yang membasahinya. Langkahnya terhenti di depan rumah tua yang keseluruhannya berbahan dasar kayu. Dia mengetuk pintu. Tidak berapa lama, pintu tua itu berderit saat seseorang membukanya. Derit yang masuk ke indera pendengaran itu menggangunya.

"Silakan masuk, Gema," ucap seorang wanita.

Gema mengangguk kemudian mengikuti langkah wanita itu memasuki rumah lebih dalam. Dia mengajak Gema berkeliling melihat rumahnya. Tatapan tajam Gema menerawang seluruh penjuru rumah. 

Suara kikikan tiba-tiba saja muncul, membuat wanita itu beringsut mundur dan bersembunyi di balik Gema yang berdiri di tempatnya tanpa rasa takut.

Tawa keras itu menggema ke seluruh penjuru rumah. Wanita itu menutup telinga dengan ketakutan. Namun, suara itu masih terdengar jelas meski telinganya telah ditutup.

Gema berdiri di tempatnya tanpa gentar. Suara itu tidak membuatnya terganggu. Aneh memang, suara sekeras itu tidak mengganggunya sama sekali, tetapi derit pintu tadi membuatnya terganggu. Padahal, jelas kikikan itu jauh lebih keras dibandingkan derit pintu.

Gema merapalkan mantra yang terdengar asing di telinga si wanita. Sebuah lingkaran tercipta di lantai. Gema menggores tangannya sendiri kemudian meneteskan darah pada lingkaran yang kini mengeluarkan cahaya putih.

Suara wanita yang terkikik nyaring itu hilang, memunculkan wanita yang mengambang di udara dengan bercak tanah yang memenuhi pakaiannya.

Gema mengambil kertas hitam dari dalam tas kecil yang dibawanya. Dibacanya mantra yang membuat kertas itu bersinar sebelum melemparkannya pada wanita yang mengambang itu. Sejak tadi, dia tidak bisa bergerak karena Gema berhasil menjeratnya.

Wanita itu berteriak keras, membuat barang-barang yang ada di sana bergetar. Sebuah vas berukir di atas meja kecil jatuh lalu pecah. Dia berteriak saat rasa sakit menjeratnya. Selang beberapa detik kemudian, dia tidak lagi beteriak, tetapi jatuh dalam lingkaran yang dibuat Gema. Cahaya yang melingkupi lingkaran itu juga menghilang bersamaan dengan sang wanita yang juga menghilang. Kertas hitam yang dijadikan senjata untuk melawannya pun lenyap menjadi debu setelah api membakarnya habis.

"Sekarang sudah baik-baik saja," ucap Gema yang akhirnya buka suara.

"Dapatkah dia kembali lagi?" tanya sang wanita sedikit gemetar.

"Seharusnya tidak. Jika dia kembali lagi atau ada makhluk yang mengganggu, panggil saya," ucap Gema memenangkan si wanita.

"Baiklah, terima kasih."

Gema berlalu meninggalkan rumah itu dengan lega. Ia menatap rumah itu selama beberapa saat. "Yah, rumah ini akan terus didatangi makhluk," gumamnya.

Gema kembali ke rumah. Ibunya menunggu kepulangannya dengan cemas. "Kamu baik-baik saja?" tanya ibunya sesaat Gema memasuki rumah.

"Aku baik, kok, Bu. Semuanya berjalan lancar," jawab Gema dengan seulas senyum.

***

Gema bangun saat sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela. Dilihatnya jam yang ada di samping tempat tidur. Tepat pukul tujuh pagi. Gema beranjak dari kasurnya secara tidak sabaran lalu bergegas menuju kamar mandi.

"Bu, aku berangkat." Gema mencomot sebuah roti lapis sebelum berlalu meninggalkan ibunya di meja makan yang hanya bisa menggeleng melihat putranya.

Gema Adelio, seorang remaja SMA biasa yang ceroboh dan pelupa. Namun, yang membuatnya sedikit berbeda dengan remaja lainnya adalah dia yang seorang pemburu makhluk. Bisa disebut juga pemburu setan atau pemburu hantu.

Pagi ini, Gema berlari lebih santai dari biasanya, sebab, akan ada pentas musik dan seni di sekolahnya. Inginnya tidak datang, lebih baik berbaring di rumah sembari menikmati waktu istirahat. Akan tetapi, seseorang ikut serta dalam pentas tersebut. Gema tidak ingin melewatkan penampilannya.

Seorang gadis remaja duduk dibalik piano. Nada-nada yang muncul saat jari-jemarinya menekan tuts piano itu membuat takjub. Pun termasuk Gema.

"Aku gak tahu dia siapa, tapi permainan pianonya yang terbaik," gumam Gema dibalik kursi penontonnya.

Netra Gema membola kala melihat seorang anak kecil melintas di depannya. Lebih tepatnya seorang hantu anak kecil. Gema ingin bertindak, tetapi melihat anak kecil itu tidak melakukan apa pun, dia diam saja di tempatnya. Gema melihat sekeliling, mengecek apakah ada makhluk lainnya di sana atau tidak.

"Kenapa ada banyak makhluk di sini?" tanya Gema heran saat melihat kumpulan makhluk yang tersebar di ruangan itu.

Selesai penampilan gadis itu, selesai pula Gema yang menjadi penonton di sana. Dia beranjak dari tempatnya kemudian meninggalkan ruangan itu dan lebih memilih duduk santai di pinggir lapangan. Sebuah kerutan tipis tercipta di dahi Gema. Seorang makhluk perempuan sibuk mengganggu seorang siswa. Gema mendekat padanya kemudian membentuk lingkaran penjerat makhluk. Namun, dia berhasil kabur. Gema mengikutinya hingga berakhir di Kedai Teh Senja.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Senja ramah.

"Apakah Anda melihat hantu wanita yang masuk?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Tidak, tidak ada siapa pun di sini," jawab Senja.

"Saya lihat dia masuk ke kedai teh ini. Tidakkah Anda tahu?" tanya Gema penuh selidik.

"Sudah saya katakan tidak ada siapa pun di sini."

"Baiklah, saya akan tinggal sebentar. Buatkan saya teh!" perintah Gema sebelum mendudukkan diri di kursi.

Senja berlalu meninggalkan Gema kemudian kembali lagi ke tempat di mana Gema berada. Dia meletakkan gelas berisi teh itu lalu menyodorkannya pada Gema.

"Anda roh pikiran 'kan? Tidakkah Anda berbohong pada saya?" tanya Gema penuh selidik setelah menyesap tehnya.

"Kamu hebat dapat mengetahuinya, tapi sudah saya katakan tidak ada yang datang selain kamu di sini," jawab Senja serius.

"Baiklah, kali ini saya percaya. Saya hanya tidak ingin dia mengganggu manusia dan berbuat kekacauan, mengingat penerus pelindung makhluk belum ada."

Senja mengernyitkan dahi. "Sepertinya kamu ketinggalan informasi, seorang penerus penjaga makhluk sudah ada. Sekarang, kamu tidak perlu khawatir lagi, sebaiknya kamu pulang."

"Syukurlah jika sudah ada, maka, saya permisi." Gema beranjak dari tempatnya kemudian meninggalkan Kedai Teh Senja.

"Dia seorang pemburu makhluk yang hebat," ucap Senja pada wanita yang dikejar Gema tadi. Dia mengangguk setuju.

🍃Selesai 🍃

Kedai Teh Senja [KumCer] ✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum