AADJ - 9. Sebuah Kebencian

Start from the beginning
                                    

"Mama sudah masak banyak buat kamu dan papamu, kamu ingin membuat usaha mama masak dari tadi sore sia-sia?" bujuk Anik pada Alan dengan sedikit suara memohon.

"Iya, Alan makan." pasrah Alan tak tega mendengar nada suara dari mamanya.

"Ayo!" ajak Anik.

Alan dan mamanya lantas berjalan beriringan menuju ruang makan. Disana sudah ada Ardana yang menunggu sambil memainkan ponselnya.

"Sudah bosan di kamar?" sindir Ardana menatap Alan.

"Pa, sudah." Sahut Anik melerai agar tak berkepanjangan.

"Kamu duduk, nak." titah Anik pada Alan.

"Iya ma."

Anik mengambilkan makanan untuk suaminya, sedangkan Alan dengan raut muka terpaksa harus makan malam bersama sang papa.

Mereka memakan dengan diam tak ada yang mengawali berbicara. Suasana mendadak hening. Hanya detingan sendok yang terdengar.

"Lan, gimana sekolah kamu." tanya Ardana memecah keheningan pada Alan.

"Ya gitu." Balas Alan masih dalam mengunyah makanan.

"Gitu gimana?Kamu masih suka bolos?"

Alan tak menjawabnya, ia memilih meneguk segelas air putih yang berada di sampingnya.

"Ngga gimana-mana." respon Alan sambil meletakkan gelas.

"Coba kamu contoh kakak kamu. Dia sudah memiliki sebuah caffe besar di Jakarta. Wajar, kakakmu pintar. Sedangkan kamu? Apa yang harus papa banggain dari kamu?" Ujar Ardana seolah membandingkan antara Alan dengan Bayu putra sulungnya.

"Bisa nggak papa gausah bandingin Alan bang Bayu. Alan punya kelebihan sendiri Pa." Muak Alan yang selalu saja dibanding-bandingkan oleh Bayu.

Ardana sejenak diam, meneguk air putih yang berada di sampingnya. Lalu meletakkannya kembali.

"Oh ya, apa kelebihan kamu? Bolos? Tawuran? Balapan?" Balas Ardana dengan nada tidak enak.

'Braaakkkk'

Tanpa enggan, Alan mengebrak meja makan. Ucapan yang keluar dari mulut Ardana sangat menohok hati kecilnya.Tak peduli mamanya dan papanya memandang seperti apa. Alan tengah tersulut emosi.

"Kalau papa nggak suka sama Alan, Alan bisa pergi dari rumah ini.Tanpa harus ngebandingin Alan dengan bang Bayu Alan bisa! Tanpa minta uang dari Papa Alan juga bakalan bisa!" Ucap Alan sedikit membentak.

"Jaga ucapanmu Alan. Begini sikapmu pada papamu sendiri?!" Balas Ardana dengan suara tak kalah membentak.

Tanpa merespon ucapan Ardana, Alan langsungg melesat memasuki kamarnya kembali.

"Alan! Kamu mau kemana?" Sahut Anik melihat putra bungsunya melangkah meninggalkan ruang makan.

****

Alan keluar kamar dengan membawa satu koper berwarna hitam. Sudah tau, dimana tujuannya kemudian. Alan hanya membawa beberapa uang langsung menyeret kopernya.

Alan Alan terhenti ketika seorang wanita menarik lengan kirinya.

"Alan, kamu mau kemana?" Tanya Anik, mama Alan.

Tak mendapat respon.Alan langsung memeluk erat mama, pelukan kasih sayang kepada sang mama. Tak lama kemudian Alan melepaskan pelukan itu. Lalu, meraih tangan kanan mamanya.

"Ma.." Ucap Alan masih mengelus tangan kanan mamanya.
"Alan sayang mama. Mama jangan benci sama Alan ya." Sahutnya kemudian dengan nada memohon.

"Kamu mau kemana Lan?" Tanya mama sekali lagi.

ANTARA ALAN DAN JIHANWhere stories live. Discover now