Terlalu banyak plot twist di kehidupan ku yang begitu miris.
***
Suaranya sangat familiar di telinganya. Seperti ... Ansyah langsung mendongak dan menatap orang itu untuk memastikan. Dan ternyata benar dugaanya.
"Aya," cicitnya. Ansyah tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan cinta pertamanya di sini.
Tanpa aba-aba ia langsung memeluk tubuh perempuan itu. Ada rasa rindu yang ia rasakan saat ini.
Perempuan itu tidak membalas pelukan Ansyah sehingga membuat Ansyah melepaskan pelukannya.
Eve menatap kedua sejoli itu bingung. Ada hubungan apa perempuan itu dengan Ansyah? Apakah perempuan itu kekasihnya?
Sepertinya dia bukan orang Landon. "Ansyah, ayok. Eve udah laper nih," ucap Eve membuat kedua orang itu menoleh.
Ansyah mengangguk. "Ayok!"
Perempuan yang bernama Aya itu hanya bisa memandang punggung Ansyah dengan tatapan sendu.
Ansyah masuk ke dalam Cafe bersama Eve. Tangan Eve masih ia genggam dan itu membuat Eve tersenyum senang.
Mata laki-laki itu sedang menelusuri cafe ini. Cafe ini sangat ramai sampai ia bingung harus duduk di mana. Namun tiba-tiba matanya bertemu dengan sosok yang sangat familiar. Dia adalah ....
"Arsyah," panggil Ansyah begitu keras sehingga seluruh orang yang ada di cafe menatapnya.
Eve yang melihat itu lansung mencubit perut Ansyah sehingga sang empu mengadu kesakitan.
"Kenapa harus teriak sih?"
Ucapan Eve tidak digubris oleh Ansyah. Ansyah terus berjalan mendekati saudara kembarnya, Arsyah Geo Ragil.
Pria bernama Arsyah memeluk tubuh abang kembarnya. Sudah satu tahun ia tidak bertemu dengan Ansyah. Dirinya sedang sibuk mengurus perusahaan Ayahnya.
Arsyah dan Ansyah di pisahkan oleh orang tuanya karena orang tuanya sudah bercerai.
Orang tua mereka bercerai saat mereka masih berumur lima belas tahun. Waktu itu Arsyah dan Ansyah sedang duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Arsyah yang harus ikut dengan Ayahnya ke Belanda dan Ansyah ikut dengan Bunda nya ke Jogja.
Sungguh itu adalah moment paling menyakitkan yang paling Ansyah rasakan.
"Lo ada di sini juga? Lagi ada project atau gimana?" tanya Arsyah kepada saudara kembarnya.
"Muka kalian mirip. Eve jadi bingung ngebedainnya."
Arsyah menoleh ke arah Eve. Ia menatap Eve dari atas sampai bawah. Ternyata selera Ansyah berubah dari Aya yang dewasa ke bocah cilik seperti orang yang ada di depannya ini.
"Syah, selera lo berubah, ya." cetus Arsyah.
Satu alis Ansyah terangkat. Arsyah berdecak pelan. Ternyata saudara kembarnya ini tidak pernah berubah. Selalu dingin seperti es.
"Ck! Masa lo gak ngerti juga sih? Cewek yang ada di samping lo itu pacar lo kan?"
Ucapan Arsyah sukses membuat Ansyah mendelik. "Bukan," katanya singkat.
Eve yang mendengarnya pun menekuk wajahnya. "Calon, Kak. Do'ain aja, ya."
"Sayang, orangnya nggak bisa ke kejar. Terus ini gimana ponsel sama dompetnya?" Tiba-tiba ada seorang perempuan datang dan langsung duduk di samping Arsyah.
"Kalian ada hubungan apa?"
Pertanyaan yang di lontarkan Ansyah sukses membuat perempuan yang ada di depannya menoleh.
"Kita anu, anu kita emm-"
"Tunangan. Sorry belum sempet ngabarin lo sama Bunda. Sebenernya sehabis dari sini kita mau ke Indonesia untuk minta restu dari Bunda," potong Arsyah.
Entah mengapa perasaan Ansyah biasa saja mendengarnya. Malah ia turut senang mendengar bahwa saudara kembarnya sudah tunangan.
"Kapan kalian melaksanakan pernikahan?" tanya Ansyah.
Tidak ada lagi rasa marah maupun rasa dikhianati. Dari awal ia sudah tahu bahwa cinta pertamanya itu tidak ada rasa dengan dirinya.
Dari sorot matanya saja ia sudah tahu siapa yang perempuan itu cinta.
"Dua bulan lagi. Oh, ya Bunda ada di sini?"
Ansyah mengangguk lalu ia mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan saudara kembarnya. "Selamat bentar lagi married."
"Ihh! Kok Eve di kacangin sih!" timbrung Eve yang sudah mulai kesal karena sedari tadi dirinya tidak diajak bicara.
"Terus kapan lo nyusul. Udah punya calon atau belum? Atau cewek di samping lo ini lagi yang bakal jadi calon, lo? " tanya Arsyah.
Ansyah tersenyum getir. "Bukan dia. Eve udah gue anggep adek," ucapnya lalu merangkul Eve.
Eve yang diperlakukan seperti itu pun tersenyum senang. Eh dia baru sadar. Apa katanya tadi? Adek? Jadi Eve hanya dianggap adek, gitu?
"Jangan bilang lo belum bisa move on dari calon bini gue?" tuduh Arsyah.
Ansyah yang mendengar itu sontak memutar bola mata malas. "Gue udah nemu calonnya," kata Ansyah.
"Sayang ini gimana sama ponsel dan dompetnya? Apa kita laporkan ke pemilik cafe aja?" tanya Aya kepada kekasihnya itu.
"Dompet?" cicit Ansyah. Aya mengangguk lalu menyerahkan dompet dan Ponsel milik seseorang yang tertinggal di meja cafe.
Ansyah meraih dompet dan ponsel itu. Betapa terkejutnya dia saat membuka ponsel yang entah siapa pemiliknya.
Di dalam ponsel tersebut terdapat foto wallpaper yang ia yakini adalah foto dari pemilik ponsel itu.
Dalam foto itu terdapat perempuan manis dengan pipi chubby yang tersenyum ke arah kamera.
Dia tahu siapa perempuan itu. Bahkan nama perempuan itu ada di dalam hatinya.
"Kalian nemu benda ini di mana?" tanya Ansyah kepada kedua orang yang ada di depannya.
Mereka saling menatap satu sama lain. Baru kali ini mereka berdua melihat Ansyah begitu kepo dengan orang lain.
"Tadi pemilik ponsel sama dompet itu duduk di tempat kamu. Terus tiba-tiba dia pergi pas aku dateng ke sini. Mungkin dia lagi buru-buru," jelas Aya.
Jangan kejadian beberapa tahun lalu ada sangkut pautnya dengan mereka berdua?
Jadi ....
"Kalian pernah ketemu sama perempuan ini sebelumnya?" tanya Ansyah.
"Beberapa tahun lalu kita emang sempet ketemu sama dia di pantai. Emang ada apa sih Syah? Jangan-jangan lo naksir lagi sama si cewek itu," tebak Arsyah yang melihat tingkah aneh dari seorang Ansyah.
Huftt. Jadi selama ini Juli salah paham padanya? Dia mengira Arsyah adalah dirinya?
Mengapa dia tidak berfikir sampai situ. Ketika semuanya sudah rumit seperti ini mengapa ia baru menyadarinya.
Ansyah mengusap wajahnya kasar. Eve yang melihat itu hanya bisa bingung dan tidak tahu harus apa.
"Lo kenal sama tuh cewek?" tanya Arsyah.
Ansyah mengangguk lesu. "Dia cewek yang gue suka, Ar," lirih Ansyah.
"Lah, bagus dong kalau gitu. Jadi mending lo aja yang balikin tuh ponsel," ucap Arsyah.
Apakah Tuhan sedang baik dengannya? Atau ini adalah jalan untuknya agar bisa kembali dengan Juli?
Sungguh ini adalah moment yang selalu ia tunggu. Semoga dengan ini ia bisa bertemu dengan perempuan istimewa nya.
Tbc
Rah🌹
YOU ARE READING
Juli [On Going]
Teen FictionAku Juli sedangkan dia Maret. Kita bertemu di bulan Juli. Ceritanya singkat, namun membekas. Itulah kisah dari perempuan biasa yang bernama Julia Putri Maharani dengan pria dingin bernama Pratama Juliansyah. Bertemu dengan sosok pria dingin seperti...
![Juli [On Going]](https://img.wattpad.com/cover/234775412-64-k829674.jpg)