Latar Belakang

406 90 57
                                    



Adalah keluarga Darmana, keluarga sederhana, bukan keluarga cemara. Para saksi betapa dunia memiliki sisi yang begitu kejam. Terdiri dari seorang kepala keluarga yang bernama Darmana, Istrinya Dewi Santika, dan dua orang anak perempuan. Si sulung asmanya Bia Darmana dan si bungsu, Ziana Darmana.

Gambaran pada sinetron bahwa keluarga miskin hidup harmonis dan keluarga kaya selalu cekcok tampaknya tidak berlaku pada kehidupan nyata. Faktanya mayoritas runtuhnya rumah tangga berdasarkan faktor ekonomi, yang berkembang menjadi kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, pertengkaran yang terjadi secara terus-menerus, atau pun alasan perceraian lainnya yang dilegalkan oleh Undang-Undang Perkawinan. Umumnya merupakan kombinasi dari semuanya.

Naas, tak lepas dari segala fakta yang ada. Darmana hanyalah seorang buruh pemelihara ternak sapi milik juragan Bahar. Orang terkaya sekaligus kamituwo di desa Sidomakmur. Sebuah desa di salah satu sudut Jawa Timur. Ketika hiburan adalah angan, bermimpi adalah kemewahan yang tabu. Seakan tak berhenti hanya dengan ketiadaan kesempatan untuk bahagia, rotasi bumi membawa mereka semakin terperosok dalam gelapnya masa kelam.

Pengelompokan naluri berdasarkan sosiologi Islam yang dikemukakan oleh An-Nabhani (2003) terdapat tiga jenis, yakni: naluri mempertahankan diri, naluri melestarikan jenis, dan naluri beragama. Bagaimanakah cara kerja naluri mempertahankan diri yang Tuhan ciptakan untuk keluarga Darmana?

"Nak kita ini hanya bidak-bidak dalam catur, garis terdepan yang akan mati duluan." –Darmana.

.

"Ibu melakukan ini karena terpaksa Zia, tolong jangan hakimi ibu." –Dewi Santika.

.

"Mentari esok pagi adalah hal yang paling ingin kuhindari." –Zia.

.

"Jadilah orang yang dibutuhkan, jangan jadi pecundang." –Bia.

**

Glossarium:

Kamituwo: kepala dusun.

Note:

Dalam tulisan ini saya akan mencoba untuk meminimalisir memasukkan unsur agama ke dalam cerita, karena saya sadar diri tidak se-expertitu di bidang agama. Saya hanya memberikan unsur berbau agama sebagai tambahan untuk identitas tokoh saja. Untuk pengenalan karakter, saya harap cuplikan percakapan di atas cukup menggambarkan bagaimana sifat dari para tokoh di cerita ini. Latar tempat saya ambil dari desa di Jawa Timur, namun bukanlah nama desa yang sebenarnya dan bukan lingkungan masyarakat suatu wilayah tertentu. Saya hanya mengambil isu-isu sosial yang sering saya dengar di masyarakat/ saya baca pada berita-berita, artikel, jurnal, maupun media sosial. Apabila ada kesamaan nama karakter, tempat, dan kejadian saya mohon maaf sebesar-besarnya. Jika ada kesalahan pemahaman serta penulisan, saya akan sangat senang bila dikoreksi dengan cara yang baik. Kata mama "jangan melakukan hal yang kamu tidak suka bila diperlakukan demikian". Terimakasih^^.


Tokoh:

Darmana (38)

Dewi Santika (37)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewi Santika (37)

Dewi Santika (37)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bia Darmana (18) 

 Ziana Darmana (14)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 Ziana Darmana (14)

 Ziana Darmana (14)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rudinmeter (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang