"Kalo gitu alesannya, ya, jelas ketahuan bohongnya, dong. Emang lo pikir Kak Sean gampang dibohongi. Logikanya enggak ada, tuh, luka di badan lu, kalo alesannya jatuh." Serin menyilangkan tangannya di depan dada, mempermasalahkan Nai yang selalu menyembunyikan perasaannya. Memang kenapa jika orang lain tahu perasaannya pada Ricky?

"Tadi lo bilang mau les desain kue, ya?" Haina bertanya, lalu di jawab anggukan oleh Nai. "Nah, gue yakin tuh nanti Ricky bakal jelasin semua. Btw, dia sering jelasin ke lo, kan? Kalo dia habis bareng sama orang lain?" Haina kembali bertanya melihat Nai yang terlihat belum lega.

"Iya, dia selalu begitu. Sama laki-laki, pun, dia jelasin ke gue. Padahal gue gak butuh juga penjelasannya," jawab Nai setelah sembari memandangi jalan di depan sekolah yang sepi.

"See, dia gak mau lo salah paham. Kamu itu spesial buat Ricky. Kalo emang suatu saat dia ninggalin lo, jawabannya, dia berada di pilihan yang sulit antara mau tetep sama lo atau pilihan lainnya." Haina menepuk-nepuk pundak Nai agar Nai mempercayai bahwa sebenarnya Ricky juga sama sayangnya seperti Nai menyayangi Ricky.

"Kita lihat, kok, secinta-cintanya Ricky ke perempuan lain dia lebih peduli sama Nai," ucap Yui sembari berkacak pinggang.

Mendengar suara klakson motor yang dibunyikan berapa kali, Haina langsung menoleh. Ia menempuh jidatnya. "Gue duluan, ya, kayaknya Dio udah kelamaan nunggu. Kalian tungguin Nai dulu sampai dijemput sama kakaknya," pamit Haina sembari terkekeh. Sebelum pergi ia menepuk pundak Nai agar mempercayai perkataannya. Setelahnya Haina melambaikan tangan dan berlari ke arah Dio yang menunggunya.

Serin mengacungkan jempolnya pada Nai. "Bilang aja ke Kak Sean kalo lo suka sama Ricky, kan siapa tahu Kak Sean kasih tahu ortu lo, Nai. Terus bisa, tuh dijodohin." Serin memberikan saran yang paling konyol, membuatnya mendapatkan pukulan dari Yui hingga membuat Nai tersenyum kembali.

Di sore hari yang terasa hangat ini, Ricky masih menemani Sora berjalan-jalan, entah mengapa ia ingin memastikan Sora aman dan tersenyum seperti sekarang. Namun, ia merasa bersalah juga pada Nai karena tak segera mengabarinya tadi.

Satu benda menyita perhatiannya, sebuah gelang yang mungkin akan bertambah cantik ketika Nai yang mengenakannya. Ia mendekat ke arah gelang yang dijual itu, meninggalkan Sora yang masih membeli gelato.
"Ini berapa, ya, Kak?" tanya Ricky pada si penjual. Ia menunjuk ke arah gelang couple berwarna minimalis dengan ornamen yang lucu mirip kesukaan Nai.
"30 ribu aja, kak." Si kakak penjual menjawab sembari mengeluarkan gelang tersebut dari etalase kaca yang digunakannya untuk meletakkan gelang-gelang jualannya.

Mendengarnya Ricky langsung mengeluarkan tiga lembar uang sepuluh ribu dari kantong seragamnya. "Saya beli, ya, kak." Ricky menyodorkan uangnya, lalu menyimpannya di dalam tas sekolah.

"Ricky!" panggil Sora, lalu menghampirinya dengan dua cup gelato di tangannya. "Ciee ciee, beli gelang couple buat siapa, tuh." Sora menggoda sambil menyenggol lengan Ricky. Ia tersenyum malu-malu, mengira gelang itu untuknya.

“Ada deh,” jawabawab Ricky sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal dengan sesekali meringis, jawabannya membuat Sora makin penasaran. Pipinya memerah ketika membayangkan Ricky memberikan gelang itu untuknya. Berpasangan gelang dengan Ricky, bukankah suatu yang romantis.

Handphone Ricky di saku kemeja seragam bergetar. Buru-buru ia mengambil dan menghidupkan layar kunci handphone-nya siapa tahu dari Nai. Namun, tertera nomor tak di kenal mengirimkan sebuah foto. Pengirim itu menunjukkan foto di mana terlihat Adimas sedang berbincang dengan Nai yang ditemani oleh Haina. Jujur saja melihat itu membuat hatinya sakit tanpa ia tahu alasannya.

𝐫𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭 𐀔 ni-ki. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang