Bagian 7 - Hari Bersamanya 1

68K 2.2K 93
                                    


Part ini dan part7-2 sedang aku coba benerin. File back up hilang dan tiba2 di wattpad berubah jadi begini. Yang mau baca... lanjut baca aja.  Part ini garis besarnya hanya saat amada melewatkan hari bareng Nara... enjoy this story guys :))

That xx, what does he have that i don't
Why can't i have you
That xx doesn't love you
How much longer are you going to cry yourself silly?

That XX - G Dragon

Aku bikin part ini sambil dengerin lagunya GD berkali-kali. Part ini dibagi dua yah. Banyak banget soalnya, takut nunggunya kelamaan jd aku upload yang udah diedit aja dulu.

Enjoys....

___________________________________________

"Sudah tiga minggu sejak kejadian itu. Dan yang paling tepat untuk mewakili  perasaanku adalah sulit aku lupakan.  Memang segala hal yang berhubungan dengan Nara selalu sulit aku lupakan. Dia adalah bagian dari banyak hal pertama yang aku lakukan dalam hidupku. Dia pacar pertamaku, dia laki-laki  pertama yang mengajakku menonton bioskop, dia laki-laki pertama yang menggenggam tanganku selain bapak, dan seperti apa katanya kemarin dia adalah laki-laki pertama yang menciumku.

Namun Nara bagiku kini adalah sosok yang harus aku hindari. Dia adalah sosok bahaya bagiku. Dia adalah sosok yang aku harap tidak akan pernah hadir kembali dalam hidupku. Semua itu selalu aku harapkan, entah berapa puluh kali aku berdoa agar harapanku bisa terkabul. Tapi apa yang aku harapkan ternyata tidak berjalan sesuai dengan apa yang aku mau. Karena sekarang aku akan sering bertemu dengannya.

Demi menghindari Nara, tiga minggu terakhir aku tidak pernah menghabiskan weekend di rumah keluarga mas Rey. Walaupun mba Ora pernah bilang Nara tidak pernah ada di sana saat weekend, tetap saja aku lebih baik  mencari jalan aman yaitu dengan tidak datang ke sana.

Mba Ora tentu saja bertanya, aku menjawab bahwa aku sibuk dan ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan kak Dipta. Awalnya dia merasa heran, sesibuk apapun aku,  selama ini aku selalu bisa menyempatkan diri datang kesana. Tapi, tiga minggu memberikan jawaban yang sama membuat mba Ora mulai curiga dan tidak sabar. Akhirnya Minggu ini aku memutuskan datang ke sana.

"Kamu nggak datang lagi, de?" Suara mba Ora terdengar dari seberang sana. Jika mba Ora sudah memanggilku Ade berarti dia dalam kondisi membujuk mode on.

"Datang mba, ini lagi  sama kak Dipta. Sebelum maghrib insyaallah aku sudah sampai sana." Aku tersenyum sambil menatap kak Dipta yang sibuk di balik kemudi.

"Kok sore?"

"Kami mau nonton dulu di GI, ada film yang pengin kak Dipta tonton."

"Oh ya sudah, makan malam di rumah saja yah. Hati-hati kamu. Salam buat Dipta." Mba ora mengakhiri pembicaraan kami, sebelum aku membalas ucapannya.

"Langsung ditutup yah?" tanya kak Dipta.

"Iya, aku heran ini mba Ora takut kehabisan pulsa atau memang mau buru-buru pergi. Sering banget kalau nelpon asal tutup gitu saja" aku bersungut-sungut kesal.

Kak Dipta hanya mengacak rambutku gemas. Dia sudah terbiasa dengan mulutku yang suka mengomentari apapun. Tidak lama kami sudah sampai di GI, suasana bioskop cukup ramai. Selain karena  weekend juga karena ada beberapa film box office yang sedang tayang.

"Nanti habis nonton kita langsung ke rumah mas Rey kan kak?" tanyaku sebelum masuk ke theater.

"Iya, maaf  yah aku nggak bisa lama-lama sama kamu. Hari ini aku ada  jadwal jaga."

"Iya nggak papa, kan dari kemarin kakak sudah nemenin aku."

*****

Sebelum pukul enam sore kami sudah sampai ke rumah mas Rey. Kak Dipta karena harus segera ke rumah sakit jadi dia hanya menyapa orang rumah sebentar, dan langsung berpamitan pergi. Aku mengantarnya sampai halaman depan.

Unintended ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang