Bagian 13 - Tamat 1

48.6K 2.5K 181
                                    

I break down, fear is sinking in
The cold comes, racing through my skin
Searching for away to get to you
Through the storm you...

Not alone - Linkin Park

Enjoy  guys... aku bagi dua yah, cuma bisa ngedit segini. Takut kelamaan nunggunya. Doain yang kedua bisa cepat aku edit :(
_______________________________________

Walaupun musim hujan, ini hari yang hangat di Jakarta.  Setelah tiga hari hujan terus turun, hari ini matahari bersinar terang. Tidak terlalu panas, karena sesekali awan mendung terlihat di langit. Aku terus memandangi riak awan yang terlihat berjalan terburu-buru. Aku pecinta hujan, tapi melihat indahnya langit hari ini aku berharap hujan tidak akan turun.

"Mada, kamu suka yang mana?, mau pure white apa mau yang di tambahin aksen warna lain?" ucap Mba ora seraya memperlihatkan dua kebaya yang terpasang di manequin. Dua-duanya memiliki model yang sama, hanya beda di tambahan warna pada daerah leher. Yang satu berwarna pure white, yang lainnya ada tambahan warna gold.

"Yang mana aja mba." jawabku tanpa minat.

"Mada.... ini pernikahanmu, kamu harus memilih gaunmu sendiri." dia berjalan menghampiriku, lalu duduk tepat di sampingku.

"Aku pake yang mana aja, nggak papa." mendengar jawabanku  Mba Ora mendesah kesal.

Sekarang kami sedang fitting kebaya yang akan aku gunakan untuk akad nikah di salah satu butik ternama di Grand Indonesia. Butik ini memiliki koleksi berbagai macam jenis kebaya  yang  akan membuat wanita terasa cantik saat mengenakannya. Di sini nuansa etnik dan modern dipadukan dengan sangat apik.

Dikarenakan terbatasnya waktu, Mba Ora memutuskan aku memakai kebaya yang sudah jadi.  Hanya Kebaya bagian atas saja yang aku butuhkan, karena untuk bawahannya aku menggunakan kain  jarik sidomukti yang sudah turun temurun digunakan keluarga kami. Ibu dan Mba Ora dulu juga menggunakan kain yang sama saat menikah.

"Ya sudah kita nunggu Nara dan Rey saja, menurut mereka bagus yang mana." aku mengangguk mengiyakan.

Iya, akhirnya aku memutuskan menikah dengan Nara. Keputusan yang aku sesali hingga hari ini. Dua minggu lagi kami akan menikah.  Sesepuh keluargaku menentukan hari itulah yang cocok, melihat dari tanggal lahir aku dan Nara. Awalnya keluargaku ingin agar acara ini dirayakan cukup meriah, dengan pesta adat dan resepsi khas Jawa. Yang aku tolak tentu saja. Akhirnya setelah membujuk Bapak dan Ibu,  diputuskan pernikahanku akan diadakan di Kayu Jati, dengan mengundang tak lebih dari lima puluh orang.

"Nah itu mereka datang," aku mendongakkan kepalaku dan menemukan Nara dan Masa Rey berjalan kearah kami.

Mba Ora mulai sibuk menperlihatkan kebaya yang telah dia pilih pada mereka. Aku ikut memperhatikan, tapi dengan pikiran kosong. Tidak ada satupun ucapan Mba Ora yang aku dengarkan.

"Mada..." Mba Ora memanggilku, suaranya terdengar tidak sabar. "Kamu ngelamun terus." aku tersenyum kecil padanya. "Menurut Nara kamu lebih baik pake yang pure white, Mba juga lebih milih yang ini deh. Ini kamu cobain, Nara juga sudah dapat beskapnya."

Aku menerima kebaya yang Mba Ora berikan, dan berjalan ke arah fitting room. Nara mengikuti di belakangku. Saat aku selesai dan keluar, Nara juga melakukan hal yang sama. Dia memandangku sebentar, sebelum akhirnya berjalan meendahuluiku.

"Kamu terlihat cantik memakai itu Mada," ucap Mas Rey, Mba Ora mengangguk menyetujui.

"Beskap Nara juga cocok, oke jadi kita sudah dapat baju pengantinnya." Mba Ora bicara tanpa menyembunyikan kebahagiannya. Aku meringis melihat mereka berdua, heran kenapa mereka begitu gembira dengan pernikahanku.

Unintended ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang