Bagian 13 - Tamat 2

49.4K 2.6K 242
                                    

Enjoys guys....

_________________________________________

"Amada..." aku menemukan Nara di depanku, saat itu nafasku serasa berhenti. Untuk apa dia ada di sini.

Dia melangkah mendekatiku, matanya menatap tangan Kak Dipta yang masih memegang tanganku erat. Aku memandangnya penuh antisipasi, melihat mereka berdua  bergantian. Mengingat terakhir kali mereka bertemu, saat Kak Dipta menghajar wajahnya hingga babak belur. Aku tidak mau kejadian yang sama terulang lagi.

"Kalian bicaralah, aku tunggu di mobil," ucapnya begitu berada di hadapan kami.  Dia membalikkan tubuhnya tanpa menunggu jawabanku.

Apa itu tadi. Aku memandang kepergiannya dengan rasa terkejut yang tidak bisa aku tutupi.

"Pergilah bersamaku," dia kembali bicara. "Kita bisa melewatinya bersama, kawin lari memang terdengar gila. Tapi aku sendiri akan gila jika harus hidup tanpamu. Percayalah padaku, Mada. Waktu akan mengobati semuanya, kita akan baik-baik saja."

Percayakah aku padanya?, apa semuanya akan baik-baik saja?, lalu bagaimana Bapak dan Ibu?, beranikah aku mengambil resiko?. Aku memandangi fragmen wajah pria di depanku, pria yang selama ini menemani hari-hariku. Ucapannya penuh janji manis yang selalu aku harapkan keluar dari mulutnya. Dia mempercayaiku, dia masih mencintaiku.

"Mada..." dia memanggil namaku, masih menunggu jawaban.

Aku mencintainya, aku membutuhkannya.
"Mada..."

Drttt....drttt... handphoneku berbunyi, terburu-buru aku mengangkatnya. Ternyata dari Mba Ora.

"Iya mba."

"Kamu dimana de, Mba di kamar kamu kok kamu nggak ada?"

Aku bicara dengan menatap  Kak Dipta, "Aku lagi di luar Mba, sebentar lagi aku masuk."

"Oh ya sudah jangan lama-lama, sebentar lagi Ibu mau ketemu kamu."

Kak Dipta masih menunggu jawabanku, sedang aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku ingin berlari bersamanya, meninggalkan semuanya. Kali ini saja aku ingin menjadi orang yang egois tanpa mempertimbangkan perasaan orang di sekelilingku.

"Aku menunggu jawabanmu dan akan berada di sekitar sini. Hubungi aku, Oke?", akhirnya dia berkata, seperti biasa begitu memahamiku. Saat aku bingung dia dengan sabar menenangkanku dan tidak memaksakan kehendaknya.

Aku mengangguk, melihat tubuhnya yang berbalik dan menjauh pergi.

Setelah mobil Kak Dipta menjauh, Nara keluar dari mobilnya dan mendatangiku. Langkahnya tegas dan cepat, dengan ekspresi wajah yang begitu datar.

"Kamu masih bertemu dengannya?" tanyanya begitu berdiri di depanku.

"Ini pertama kalinya kami bertemu sejak aku memutuskan menikah denganmu."  jawabku ketus.

"Apa yang dia katakan, apa dia mengajakmu pergi dari sini?" suaranya terdengar sinis.

Aku memilih tidak menjawab pertanyaannya. Berdebat denganya sekarang adalah hal yang paling tidak ingin aku lakukan. Kepalaku sudah mau pecah. Jika bisa aku ingin sendiri dan menangis sepuasnya. Kami sama-sama terdiam, dia masih berdiri di tempatnya. tapi, aku bisa merasakan matanya yang terus memperhatikanku.

"Ini... " dia menjulurkan kotak beludru berwarna putih tulang dengan hiasan  vintage. Detail bunga-bunga kecil memenuhi bagian atasnya. "Ini perhiasan mamaku, dia ingin agar menantu wanitanya memakai ini saat menikah. Pakailah besok pagi."  Saat aku tidak juga menerimanya, dia meletakkannya di telapak tanganku.

Unintended ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang