Keberanian dan Penantian

323 1 0
                                    

Adirata Baswarain

Hari belum gelap ketika mobilku sudah sampai di Resto Cafe pertama yang sudah selesai aku bangun. Tabungan yang aku dapat dari usaha dan kerja keras selama ini membuahkan hasil. Restoran dengan dekorasi bunga-bunga berwarna-warni dan pohon-pohon yang tumbuh ini terlihat indah di musim panas seperti sekarang. Dan akan lebih indah ketika musim salju, karena akan benar-benar membawa suasana dingin yang mengantarkan kehangatan dengan hadirnya para tamu dengan keluarga atau pasangannya, pun musim semi daun-daun yang jatuh dari pohon dan wangi musim semi yang khas dari wangi pohon akan membuat suasana lebih mengharu, lain dengan musim hujan semua akan kembali ke dalam dengan suasana yang sama dengan musim panas yang akan membawa nuansa kerinduan pada siapapun yang akan hadir nantinya.

Suasana empat musim, tawa, kebersamaan, haru dan rindu yang menjadi satu. Aku membawa Ann ke sini sekarang, sebelum besok di mulai acara peresmian pembukaan cafe dan resto ini. Aku tau Ann besok akan pulang, jadi aku berinisiatif untuk mengajaknya sekarang. Ann begitu antusias dan ingin segera masuk. Cafe ini memang di desain untuk bisa makan di dalam dan di luar ruangan. Ketika masuk, Ann makin takjub melihatnya. Karena jujur semua ini aku buat karena terinspirasi dari dia, bagaimana pohon-pohon ini dibiarkan saja tumbuh dan tidak ditebang, mengingatkan pada taman malam itu.

Orang yang mendekorasi semua ini adalah salah satu sahabatku yang sekarang sedang menjalani kuliah di jurusan arsitektur Ryan Padji Ramana. Setidaknya meski sekarang aku tidak ada di Indonesia, tapi hubungan antara aku, Ryan, Adrian, dan Andri selalu saling berkomunikasi, memotivasi dan saling membantu sebisa mungkin.

Sekarang dua tahun sudah aku tidak bertemu dengan Antarlina, orang yang aku suka sejak SMP hingga sekarang bahkan aku belum berani untuk mengatakan atau sekedar memberi isyarat. Hanya mata ini yang berbicara mewakili hati, entah jauh dalam hati ini begitu yakin bahwa perasaan ini terbalaskan. Ann begitu cantik, feminin, lembut meski ia orang yang sangat sulit beradaptasi di lingkungan baru karena sifat pemalunya.

Dari tadi aku hanya melihat setiap ekspresi wajahnya saja, menikmati apa yang sulit aku dapat. Dia begitu menikmati suasana cafe ini, aku tahu dia masih malu untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sini, sesekali orang tersenyum ke arahku dan dia tapi Ann hanya menunduk malu.

"Ekhm, gimana Ann? Bagus gak?" Tanyaku membuyarkan pandangannya dan mulai menatapku dengan menunduk malu.

"Eh, i-iya bagus Ka, suasananya meski terbuka tapi tenang. Biar panas matahari menyinar tapi kesejukan dari pohon-pohin di sini bikin suasana gak panas." Sambil tersenyum dan mengedarkan kembali pandangannya pada sekeliling cafe.

"Kamu suka Ann? Kadang aku pikir tempat ini seperti kamu loh. Hehe" pandanganku mengarah padanya menilai seakan menanti bagaimana reaksinya dan memancarkan keseriusan di dalamnya.

"Uh, masa sih? Mirip Ann gimana?"

"Iyah, terbuka tapi tenang dan lembut. Panas tapi menyejukkan. Hijau tapi penuh warna, persis tenang dan pendiam, tapi energik dan ekspresif" berbicara sampai akhir dengan lantang tanpa mengedipkan mata, seakan-akan begitu takut ketika mengedipkan ia akan menghilang dari pandangan.

Dan, dia hanya tersenyum dengan pipi yang memerah. Aku tak perlu mengucapkan berbagai janji untuk membuat dia setia untukku. Seperti aku begitu tahu dan begitu dekat dengannya, tak ada batasan dan halangan. Seperti rasa ini telah terbalaskan tanpa terucapkan. Begitukan cinta kami terlahir? Seakan menatap matanya saja aku tahu dia mencintaiku sebesar aku mencintainya.

Dia berjalan di sampingku mengintari bagian luar cafe yang luas, punggung tanggan kami bersentuhan. Ngeleyar di dalam hati begitu kuat terasa bahkan hanya sebuah sentuhan yang tak disengaja.

Apa aku boleh menggenggam tangannya? Kenapa hati ini begitu sulit di artikan, dan kenapa dengan jantungku? Apa aku sedang terkena gejala penyakit jantung? Kenapa menghandapi dia tak pernah ada teori yang pas untuk aku bisa tenang tanpa dentuman jantung ini? Ah dia cantik selalu cantik.

I'll be Waiting for YouWhere stories live. Discover now