Dia

2.2K 23 0
                                    

Adirata Baswarain

Kamu tahu rasanya menyukai seseorang yang tidak seharusnya kamu cintai? Menahannya dan memebenamkannya jauh kepenjuru hati paling dalam. Dalam dan sangat dalam sampai perasaan itu tenyata memiliki tempat nyaman di dalam hatimu itu, saking nyamannya bahkan kamu lupa bahwa ada kenyataan yang mulai mencabik-cabik relung hati terdalam itu.

Melupakan, dan mencoba meninggalkan. Jangan sarankan itu, karena aku sudah mencobanya berkali-kali dan tetap tidak bisa. Aku mencoba menutupi perasaan itu dengan menjalin hubungan dengan orang lain, dan hasilnya nihil.

Saat ini aku menjadi laki-laki pengecut yang selama 9 tahun memendam perasaan ini padanya. Maki aku sebagai laki-laki paling pengecut dan pecundang jika kalian tidak tahu seperti apa permasalahannya.

Sambil mendengarkan lagu Animals Maroon5 aku menatapnya intens, seperti mewakili.

"Kak Dir, lagi apa? Kok kakak gak masuk kelas?" Tanyanya membuyarkan lamunanku.

"Hmm.. apa de?" Tanyaku pura-pura tak mendengar apa yang ia katakan.

"Ah.. kaka nih denger musiknya kekencengan jadi gak denger. Kok kaka gak masuk kelas?" Ulangnya diantar kata-kata yang memberi kesan cerewet.

"Oh.. engga di kelas lagi remidi ulangan harian kemaren de, kaka gak kena remidial jadi yaa nyantai deh" ujarku.

"Oh pantesan"

"Kamu sendiri? Ngapain di sini bukannya masuk ke kelas?"

"Abis dari wc tadi wc di bawah rusak jadi pake wc yang di lantai ini deh" ujarnya diiringi kecutan di bibirnya, disambut aku yang hanya ber-oh-ria menurutku dia hanya bosan dengan pelajaran di kelasnya.

"Sebenernya sih bete di kelas, pelajaran akuntansi sukses bikin ngayal uang yang bejibun dan sukses bikin ngantuk" jujurnya dan membuatku tertawa melihat ekspresi wajahnya yang menggemaskan.

"Udah sana masuk kelas de, kalo pergi lama-lama nanti gurunya curiga, kalo kamu ngantuk bilang aja gurunya suruh ganti metode belajarnya biar gak bikin ngantuk." Saranku yang ia sambut dengan anggukan pasrah dan menjauhkannya dariku.

Ia kini berjalan menjauhiku, hanya berjalan ke kelasnya yang berada di lantai 1 saja. Rasa-rasanya hati ini takut sekali seakan ia melangkah jauh benar-benar jaub dan tak kembali.

Dia sosok perempuan yang anggun, keibuan, dewasa dan manja yang selalu ia tutupi. Gadisku, yang menyukai hal-hal manis ini menjadi primadona di sekolah, sejak kami masih di sekolah dasar. Ia kami selalu bersama, karena ibuku selalu berusaha menyamakan sekolah kami meski dia dua tahun di bawahku. Ibuku itu selalu lebih mengutamakannya dari pada aku sendiri.

Awalnya ketika aku SD aku sangat membenci dia, bahkan aku tidak segan-segan selalu mengusilinya sampai membuat ia menangis. Ketika aku SMP dan dia masih SD, tidak ada dia yang membuat aku senang mengusilinya, tidak juga ada dia yang selalu ku perhatikan untuk mencari ejekan apa yang akan aku sematkan padanya. Saat itu aku sadar, aku merindukannya dan mulai menyayanginya.

Permasalahan tak cukup semudah itu, mengingat bagaimana kehidupanku yang hanya berkutat dalam kehidupannya karena Ibuku. Bukan untuk menjadikan aku dan dia sepasang yang dijodohkan,tentunya.

•••

"Assalamualaikum, bu?"

"Walaikumsalam, abang kok tumben udah pulang? Kamu ke atas mandi terus makan sini bareng Ibu" sambutnya sambil menerima tanganku dan mencium tangannya lembut dan singkat.

"Iya bu, biasa kelas XII kan lagi sibuk mau ujian praktek dan siswa-siswa yang belum lulus ujian tengah semester dan kuis-kuis harus ngulang ujian." Ceritaku pada Ibuku yang selalu aku sayangi sambil berlalu menuju kamarku.

I'll be Waiting for YouWhere stories live. Discover now