Berjauhan

273 5 1
                                    

Adirata Baswarain

Seminggu sudah aku dan Ann saling berjauhan. Sedikit sekali komunikasi yang kami jalin, mungkin hanya dua kali sehari. Kami terlalu sibuk, perbedaan waktupun menjadi kendala.

Sore ini aku habiskan waktuku diam di cafe dan sesekali menyapa pengunjung, tak ada yang menarik perhatian sejauh ini. Hanya ada mereka-mereka yang sedang asik bersama pasangannya. Yah malam ini adalah malam sabtu, aku rindu Ann.

Sambil mengamati para pelanggan dan sedikit mengecek email atau line dari Ann, tiba-tiba ada keributan di depan yang membuat lamunanku buyar.

Dengan penasaran aku mengangkat kaki mengecek apa yang terjadi. Ternyata hanya anak-anak gadis yang sibuk berkelahi, mungkin ini yang disebut geng nero. Tapi hebatnya mereka hanya adu mulut, dan setelah dilerai oleh pihak kemanan mereka pergi.

"Terimakasih Pak" Ku angkat tangan pada polisi yang sudah menjauh ke parkiran.

Dan kini ada satu gadis yang berdiri melipat tangan dan menatapku tajam. Aku hanya meliriknya sekilas dan meninggalkannya. Bukannya itu salah satu gadis dari anak-anak yang tadi? Sekarang kenapa anak itu malah berdiri di sana bukannya ikut di usir oleh pihak keamanan.

"Jon, tolong kamu pastikan bahwa kejadian ini tidak terjadi lagi!" Jon hanya meng-iya-kan. "Dan, siapa gadis yang duduk di pojok itu?" mataku hanya mengisyaratkan ke arah gadis yang tadi berdiri menatapku tajam itu.

"Ah, itu putri dari keluarga Bronté. Dia seperti Tuan keturunan Indonesia. Namanya Rajni Ratimaya."

"Hmm keluarga Bronté yang terkenal itu"

"Iya, tapi aku dengar katanya dia itu lahir dari Ayah asli Indonesia, dan namanya pun tidak menggunakan nama keluarganya. Dia anak sebelum pertunangan. Ibunya juga sudah meninggal. Kasian sekali dia pasti berat tinggal dengan orang yang tidak menerimanya"

Aku menatap ke arahnya tajam, membuat dia yang sedang menatap ke gadis yang bernama Rajni itu tertegun ketakutan dan menunduk.

"Aku ini cuman bertanya dia siapa bukan menggosipkannya"

"EKHM" suara wanita itu mengagetkanku. "Aku rasa Tuan baru saja membicarakanku? Ya kan?"

"Saya hanya bertanya siapa Anda, dan kalau yang membicarakan itu ya dia pelayan ini" Jawabku dengan wajah datar.

"Dan apa anda mendapat informasi siapa saya, Eh?" Dia menatapku garang.

"Ya, Rajni Ratimaya."

"Bos dan pelayan yang sama, sama-sama tidak tahu malu membicarakan orang lain..."

Sebelum melanjutkan aku memotongnya "Ku beritahu, Aku hanya menanyakan siapa namamu bukan membicarakanmu. Seprtinya kau hanya bertele-tele dan hanya ingin datang kemari menyapaku. Maaf saya sibuk"

Aku pergi meninggalkan dia yang memasanh wajah terkejut tak percaya. Gadis ini sangat berbeda dengan Ann yang baik dan lembut, dia sangat angkuh dan arogan. Aku hanya bicara jujur. Aku tidak membicarakannya  dan hanya menanyakan namanya.

Tiba-tiba hpku bergetar dan dari nadanya ada panggilan dari Line. Pasti Ann.

"Assalamualaikum, Kak Dira"

Suaranya saja melelehkan rasa bete yang tadi mendera.

"Walaikumsalam, Ann. Sedang apa? Belum tidur?"

"Ann baru bangun. Hari ini ada ujian dan sekarang mau solat malam Kak. Kaka bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah, Kaka sehat. Solehnya Ann Kaka ini. Semangat yah buat ujiannya. Kaka hanya membantu doa dari sini untukmu Ann"

"Terimakasih Kak. Ann pun mendoakan dari sini untuk Kaka. Kak, sepertinya Ann akan mengambil kuliah di Jerman dan mengambil kedokteran di sana."

"Jerman yah? Kaka mendukung apapun keputusanmu Ann. Asal itu datang dari hati, bukan sebuah paksaan"

"Iya kak, Ann sudah memikirkannya masak-masak. Lagi pula Ayah dan Bunda sudah setuju. Bunda juga akan ikut Ann ke Jerman, dan mulai lagi mengajar di sana."

"Bagus kalau begitu, Kaka di sini mendukungmu Ann."

"Hmm, itu saja Kak, Ann melanjutkan belajar ya Kak. Kaka jaga diri di sana. Ann sayang Kaka."

"Baiklah, Kaka juga sayang padamu Ann. Love you"

"Me too, Assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Baru dua hari yang lalu dia menelpon dan bercerita tentang keputusannya untuk memilih beberapa Universitas dengan berbagai macam pilihan jurusan. Sekarang ternyata ia sudah memutuskannya lebih matang.

Aku ingat dulu dia selalu bilang bahwa keluarga sehat karena ada yang mengurusnya dengan baik dan itu tugas Ibu Rumah Tangga.

Flashback

"Tante Lia, Ann mau kaya Tante jadi dokter" Ujar Ann yang saat itu masih berusia 6 tahu.

"Ann sadar diri dong, kamu sama jarum suntik aja takut. Hiih" Aku menoyor kepala Ann sampai Ann jatuh. Yah dulu aku memang sangat membenci dia.

"Adirata!! Ibu tidak pernah mengajarkan kamu seperti itu. Minta maaf sama Ann" ancam Ibu.

"Tidak apa Tante, Ann yang berdirinya kurang seimbang. Oh iya Tante, Tante, Tantee itu dokter apa? Dokter gigi atau hewan?"

"Tante dokter Anak sayang, Tante yang merawat anak-anak seperti kamu kalo nakal dan jajan suka sembarangan"

"Hihi, Bunda Ann juga suka merawat Ann. Bunda juga dokter ya Tante?"

"Bunda kamu itu malaikat bukan cuman jadi dokter saja"

"Ann besar gak mau kerja, ahh. Mau kaya Bunda dulu sebelum sakit. Diem di rumah dan mengurus Ann dan Ayah. Supaya semua keluarganya jadi sehat semua"

"Yang ada nanti semua kamu racunin, kali"

"Abang?! Sudah jangan di dengar yah Ann. Cita-cita kamu mau jadi seperti itu? Itu namanya Ibu Rumah Tangga, Ann."

"Ibu Rumah Tangga ya, tapi Ann mau sekolah di Universitas juga Tante."

"Kamu banyak maunya Ann. Berisik."

"Abaaaaang" Bunda menatapku geram.

Flashback end

Aku ingat itu adalah saat aku dan Ann SD. Dan ibu sedang mengantar Ann dan aku pulang sekolah. Karena saat itu Ibu Ann sedang berobat ke luar negri dengan Ayahnya. Aku ingat, cita-citanya adalah belajar dan menjadi ibu rumah tangga.

Ann, andai kamu tahu. Aku selalu cemburu padamu. Semua orang menyayangimu.

Bicara tentang kebencianku dipikiranku, maka akan ada perdebat dengan hati yang telah membelamu.

I'll be Waiting for YouWhere stories live. Discover now