Ayumi menghapus air matanya. Meski masih begitu kecil namun ia mengerti bahwa itu sepenuhnya bukanlah salah ibunya. Ibunya jauh lebih menderita dari dirinya karena dia tau bila malam hari ibunya selalu menangis histeris bahkan menjerit menyesali dirinya. Kadang tak jarang ia menjumpai ceceran darah dari kamar mandi dan westafel pada pagi harinya terutama saat ibunya tidak dirumah. Ibunya pasti telah mencoba menyakiti dirinya sendiri selama ini jauh lebih sakit dari siksaan pisik yang didapatinya dari ibunya yang malang itu.

Apa yang menjadi pemikiran Ayumi kecil menanglah benar belaka. Seperti malam ini Emu dikamarnya terlihat meremas guling yang dipeluknya dengan erat. Dahinya berkerut tanda dia memikirkan sesuatu yang berat. Airmata mengalir dikedua pipi ibu dan anak itu. Kalau Ayumi menangis karena perih sebaliknya Emu menangis mengingat masa lalunya yang malang.

Flashback

Malam itu persis dengan posisinya yang sama seperti itu Emu termenung memeluk guling ditempat tidurnya. Hatinya masih tidak mengerti kenapa ibunya malah menerima keputusan Tetsuya meminangnya karena dia tau lelaki itu sudah mempunyai istri yang setia dan cantik melebihi dirinya yang hanya seorang lelaki walau ia juga manis seperti yang selalu dibanggakan oleh ibunya pada orang-orang. Ia tau orientasinya memang menyimpang. Tapi dia mempunyai orang yang dicintainya. Walau orang itu sudah meninggalkan nya bertahun-tahun lamanya tanpa ada kabar sedikitpun tapi Emu memilih tetap setia karena ia yakin kekasihnya itu pasti pulang suatu saat karena mereka sudah berjanji untuk hidup bersama.

Saking seriusnya ia berpikir, dia tidak menyadari kalau Tetsuya telah memasuki kamarnya dan mengunci pintu itu dari dalam secara perlahan.

" Saat ini tidak ada yang menghalangi ku lagi untuk memilikimu! " Tetsuya yang yang menatapnya penuh nafsu membuat Emu tersadar dan mencoba melarikan diri tapi Tetsuya telah lebih dulu menangkap tubuhnya dan melemparkannya ketempat tidur. Emu menjerit histeris berusaha melawan saat Tetsuya dengan kasar merobek piyama nya dan mengikat kedua tangan pemuda malang itu dengan dasinya. Lalu tanpa perasaan dia mendekat mencengkram dagu pemuda itu lalu menciumnya dengan ganas. Emu mengatup bibirnya kuat tidak memberi akses masuk pada lidah Tetsuya yang membuatnya makin kesal.

" Kau... Ternyata memang tak bisa dilembuti manis! Jangan lupa. Ibumu telah menjual mu padaku. Jadi aku bebas melakukan apapun. Kau milikku sekarang! " Usai berbicara demikian Tetsuya menggigit bibir Emu yang membuat Emu spontan membuka mulutnya. Tak menyia-yiakan kesempatan Tetsuya lansung menginvansi mulut Emu dengan ganas sambil tangannya mengerayangi tubuh pemuda itu dan memasukan jari jemarinya kehole sempit Emu yang membuatnya meringis tertahan. Puas memperkosa mulut manis pemuda itu. Tetsuya akhirnya beralih kemenu utamanya yang tanpa persiapan apapun ia lansung menerobos manhole Emu yang sempit itu hingga membuat Emu menjerit pilu. Dan Tetsuya pun ikut menjerit karena nya. Miliknya dicengkram dengan kuat di dalam sana membuatnya agak kesusahan bergerak karena sempitnya dan kuatnya lubang itu menjepit miliknya. Tapi ia terus menerobos lagi dan lagi hingga akhirnya dia sampai kedasarnya tanpa mempedulikan jerit pilu pemuda manis itu yang makin melemah. Menumpahkan hasratnya berkali-kali tanpa pernah merasa puas hingga pagi tiba walau Emu sudah tidak sadarkan diri karena tak sanggup menahan sakit dan perih yang membuat tubuhnya serasa hancur dan terbelah.

Flashback end.

Lagi-lagi tangisan histeris kembali bergema dikamar itu. Emu dengan kasar terus mengusal-usal tubuhnya dengan kedua tangannya. Dia merasa amat jijik dengan tubuhnya hingga kulitnya memerah dan perih tapi rasa sakit,kotor dan jijik itu tak juga hilang. Sampai akhirnya ia memilih masuk kekamar mandi dengan tertatih. Meraih cutter yang selama ini selalu disembunyikannya dilemari kecil yang terdapat dikamar mandi itu. Mulai menggoreskannya kepergelangan tangannya. Sekali, dua kali ia tidak merasakan apapun hingga akhirnya dia semakin menekan kuat pisau cutter itu pada nadinya dan darah pun mengalir deras. Emu baru merasakan sakitnya dan ia tersenyum merasakan tubuhnya masih merespon tapi pandangannya menjadi buram hingga akhirnya ia terduduk dipinggir bak mandi itu dengan tangan terkulai lemah dikedua sisinya. Sementara dirinya tak ingat apa lagi. Semuanya gelap...

Fragile (End) Where stories live. Discover now