chapter 3

89 9 85
                                        

Everything that was destroyed and hurt was beyond repair. It only depends on time again whether the wound will heal or it will become even more widespread and painful.

# FRAGILE #

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

# FRAGILE #

Hiro terdiam menatap si gadis kecil yang tertunduk sendu itu. Air matanya sudah tidak mengalir lagi karena hatinya juga sudah sangat lelah memikirkan hal yang menimpa ibunya itu. Ia hanya tidak mengerti kenapa sang ibu malah tega mengambil keputusan seperti itu. Mengakhiri hidupnya sendiri meninggalkannya sendirian begitu saja. Tak terjangkau oleh otak kecilnya akan hal yang telah menimpa ibunya tersebut. Keduanya terdiam lama.

" Apa Ayumi tau kenapa Oka-chan sampai seperti itu? Oka-chan panya masalah? " Hiro dengan hati-hati bertanya kepada gadis kecil itu. Ayumi menggeleng.

" Ayumi tidak tau Ji-chan. Awalnya Oka-chan baik-baik saja. Tapi paginya... Paginya Oka-chan, hiks... " Dia menangis lagi. Sakit hatinya membayangkan sang ibu terbaring tak berdaya dengan tangan berlumuran darah.

" Shhh.... Diamlah! Jangan menangis lagi. Oka-chan sudah tidak apa-apa. Dia sudah ditangani dan sekarang dia sedang tidur. Ayumi tenang saja. Oka-chan akan sembuh sebentar lagi. Dia itu sangat kuat! " Hiro mendekatkan tubuhnya dan memeluk gadis kecil itu mengelus bahunya dengan lembut.

" Emu... Anakmu begitu pengasih dan bijaksana. Dia begitu tulus menyayangimu. Harusnya kau bersyukur memiliki anak sebaik ini, bukannya malah menelantarkannya. " Kata Hiro dalam hati sambil terus membelai rambutnya dan menenangkan gadis kecil itu. Ayumi sendiri yang merasa kelelahan menangis akhirnya tertidur dalam pelukan nyaman Hiro. Tanpa ragu Hiro menggendong gadis kecil itu, membaringkannya disofa yang ada dikamar rawat ibunya. Menyelimutinya dengan hati-hati.

" Tidurlah dengan nyaman gadis kecil, kau sudah banyak menderita saat jaga. Tuhan akan menjaga tidurmu! " Hiro membelai sekali lagi rambut gadis kecil itu sebelum kemudian beranjak keranjang yang lebih besar lagi menghampiri seseorang masih betah terlelap di ranjang rumah sakit itu. Diambilnya tangan yang tidak terlilit infus itu dan mengelusnya pelan.

" Aku harap kau bisa sedikit saja mengerti akan perjuangan yang dilakukan anakmu, Emu! Kau boleh tidak mencintai ayahnya tapi jangan sia-siakan anakmu. Dia itu darah dagingmu yang tidak berdosa. Dia sangat mencintaimu dengan tulus! " Kata Hiro pelan.

" Kau bisa mengadopsinya kalau kau memang menyukainya! " Perkataan sarkas itu membuat Hiro menatap kearah tempat tidur dan Emu ternyata sudah membuka matanya. Dan tersenyum sinis padanya.

" Kau sudah bangun Emu? Apa kau... "

" Sudahlah Hiro-san! " Emu memotong pembicaraan Hiro dengan ketus.

Fragile (End) Where stories live. Discover now