Memutus Jerat Pesugihan #7

Start from the beginning
                                    

"Oke," balasku sambil memijat-mijat kakinya pelan-pelan.

"Coba diceritain, kenapa bisa ampe jatuh gitu. Meja selebar gitu, kok bisa-bisanya?" tanyaku.

"Tadi lagi ngasih makan si Gendut (Kucing), tiba-tiba dari plafon ada angin kenceng, terus ibu ke dorong."

"Hmm ... kok bisa ya, ntar aku tanyain Amir."

Setelah memijat dan mengompres lutut ibu, aku kembali ke kamar. Mengambil ponsel yang diletakan di samping laptop.

[Mir, ibu jatuh dari meja dapur]

Aku menulis pesan Whatsapp. Kutunggu sepuluh menit, belum juga centang dua. Mungkin dia habis begadang, jadi masih tidur.

Agak siang, Amir baru membalas pesanku.

[Kondisinya gimana, Kak?]

[Gak apa-apa, cuman kakinya aja keseleo. Besok mau ke rumah Mang Yana buat diurut]

[Oke, bentar lagi Amir pulang]

*

Aku kembali mengecek kondisi ibu. Ibu sedang berusaha bangkit dari tempat tidur.

"Mau kemana, Bu?" ucapku sambil mengintip dari balik pintu.

"Ambil Wudhu," balasnya sambil duduk di ujung kasur.

Aku langsung membantunya berjalan ke kamar mandi. Perasaanku campur aduk, antara kesal, sedih dan penasaran.

Siapa dalang dibalik semua ini?

Apa ini ada hubungannya dengan komplotan dukun pesugihan itu?

Rasanya aku tak tega melihat ibu kesusahan berjalan seperti itu. Argh ... tau begitu aku meminta Amir membuat 'mereka' semua gila saja.

Menjelang magrib, Amir sudah kembali ke rumah. Dia membelikan plester kain, agar ibu bisa jalan lebih enakan.

"Kerjaan siapa sih, Mir?" tanyaku.

"Jangan tanya sekarang, Amir juga gak tau, Kak." Amir sedikit berlari ke arah dapur dan berdiri di dekat meja.

"Udah tau siapa?"

"Gak ada gambaran sama sekali, Kak."

"Masa sih? Tanya si Belang aja coba. Masa dia gak tau."

"Dari kemaren si Belang ikut Amir."

"Hmm ... pantesan, tau aja tuh orang pas kondisi rumah sepi."

"Ya mangkanya, ngambek tuh dia."

"Ya udah deh. Yang penting gak kenapa-napa. Udah gak usah dipikirin."

Amir masih berdiri di dapur. Sepertinya dia masih kesal dan penasaran.

*

Malam hari, kulihat Amir berlari tergesa-gesa ke luar rumah. Aku yang penasaran menyusulnya dari belakang.

"Kenapa, Mir?"

CERITA AMIRWhere stories live. Discover now