Part 1 [ Go Back ]

Start from the beginning
                                    

Bagi mereka Senna adalah permata dalam keluarga, sumber kebahagiaan dan keceriaan keluarga. Maka dari itu, mereka tak ingin Senna masuk ke dalam dunia hitam mereka.

Hal itu lah yang kadang membuat Senna jengah, sifat keluarganya yang terlalu protektif padanya. Seperti saat ini contohnya, padahal Senna mampu membereskan barang ke dalam kopernya sendiri tapi keempat Kakaknya itu melarang.

Mereka meminta Senna untuk duduk manis menunggu hingga semua barang yang akan di bawa selesai masuk ke dalam koper, meski Senna tahu jika ini di lakukan karena rasa sayang mereka tapi tetap saja rasa jengah dan kesal tetaplah ada. Dalam hal apapun, sesuatu yang berlebihan bukanlah hal yang bagus kan.

"Kak Ken beneran bakalan ikut?" tanya Senna yang sudah berulang kali.

"Kamu gak suka Kakak ikut?" bukannya menjawab, Ken kembali membalasnya dengan pertanyaan.

"Bukan itu maksud Ella, Kakak kan harus ngurus perusahaan disini."

"Kakak bisa ngurus pekerjaan di manapun tempatnya."

Mendengar itu Senna pun hanya bisa mengangguk pelan, memikirkan bagaimana Kakaknya bisa mengurus perusahaan pusat yang nantinya akan sangat berjauhan antara kantor dan rumah. Tak ingin membuat kepalanya pusing hanya karena masalah itu, Senna pun beranjak dari tempatnya dan pergi menuju kamar utama yaitu kamar orangtuanya.

Melihat pintu kamar utama yang terbuka, Senna pun langsung masuk tanpa perlu mengetuk pintu. Gadis berambut panjang itu masuk tanpa menghiraukan kegiatan yang tengah di jalankan orang tuanya, dia tetap berjalan masuk melewati pasangan suami istri yang tengah bermesraan. Lalu Senna pun membaringkan tubuhnya ke tengah ranjang, setidaknya tempat ini mampu membuat fikiran Senna kembali jernih.

Kini tatapan Senna beralih melihat kedua orang tuaku, dia jadi tak habis fikir dengan mereka. Padahal mereka memiliki ranjang yang empuk tetapi mereka memilih meja rias sebagai tempat mesum mereka, meski begitu Senna tak heran karena pemandangan seperti ini sudah biasa baginya ataupun saudara yang lain.

"Ar..," erang Zara saat Arsen tengah bermain dilehernya, aku masih menatap mereka dengan polos.

"Princess?!"

Seketika Senna memberikan senyuman lebar menatap sang Ibu yang terlihat sangat terkejut dan langsung melepas paksa permainan suaminya, kasihan sekali Arsen.

"Hai Mom, hai Dad," sapa Senna dengan nada riang, meski sebenarnya Senna tengah menahan tawa karena melihat raut wajah Zara yang sangat memerah berbanding dengan Arsen yang menatap sang putri kesal.

"Why do you here?" protes Arsen pada Senna.

"Why you're don't lock a door?" balas Senna dengan santai.

"Kau mengganggu saja," rutuk Arsen yang langsung dimarahi oleh Zara.

"Dimana semua Kakakmu, sayang?" tanya Zara yang tengah merapikan pakaiannya.

"Mereka sedang membereskan pakaian Ella, mereka tak mengizinkan Ella untuk melakukan apapun dan Ella bosan," ucap Senna mengadu pada mereka.

"Mereka melakukan itu karena menyayangimu, little girl," ucap Senna sebelum pergi memasuki kamar mandi.

"Ya Ella tahu, rasanya sedikit menyebalkan melihat tingkah mereka yang berlebihan."

"Tak ada yang berlebihan jika menyangkut orang yang kita sayang," balas Arsen yang membuat Senna terdiam.

"Dad.."

"Hm?"

"Apa aku akan bersekolah umum disana?"

𝐋 𝐎 𝐓 𝐔 𝐒  Where stories live. Discover now