🍁 열여섯 🍁

11.1K 2.4K 501
                                    




"HEH GOBLOK!" maki Shienna ketika masuk kedalam kamar kakaknya sambil membanting pintu.



Hal yang sangat wajar terjadi. Baru sangat tidak wajar jika Shienna masuk kedalam kamar kakaknya sambil mengetuk pintu dengan sopan. Tidak pernah terjadi, bahkan sangat mustahil untuk terjadi.



"LO HABIS NGAPAIN ANAK PERAWAN LAGI SIH KAMPRET. KOK DEMEN BANGET JADI FUCK BOY."



"WOY JAMET PENGKOLAN. DENGERIN GUE KAGA SIH."



Ten masih saja sibuk akan kegiatannya, mengemasi beberapa barang yang hendak dia bawa untuk pergi. Baik baju atau keperluan kuliah lainya sudah Ten persiapkan jauh-jauh hari kemarin. Kesibukan yang membuat beberapa orang jadi salah sangka.



Shienna baru tersadar akan kegiatan yang tengah kakaknya lakukan, "A', lo mau kemana?"



"KKN."



"LOH LOH, kok cepet banget, perasaan kemarin masih ngurus-ngurus deh, kok udah mau pergi aja."



"Suratnya udah keluar dari lama. Malem ini juga tim gue udah harus pergi."



"Kemana?"



"Yogyakarta."



"A', yang bener aja dong. Lo mau pergi ninggalin masalah begitu aja? Lo enggak kasian sama (Y/n) apa?"



"Walaupun terkadang (Y/n) suka enggak tau diri dan malu-maluin, tapi dia tetep temen gue, cewek yang sayang sama lo, bahkan lo juga yang 'katanya' sayang sama dia. Tapi kok kaya gini jadinya."



"Lo pengecut, lo pecundang! Lo cowok, tapi malah ninggalin," maki Shienna sambil merebut tas milik Ten.



Ten mengembuskan nafasnya pelan, "Na, kalau lo paham dan ngerti posisi gue. Lo pasti tau yang gue rasain."



"Apa yang harus gue lakuin buat bisa ngerasain apa yang lo rasain? Apa gue kudu jadi Dikta dulu rebut (Y/n), baru bisa bikin lo jadi sakit, gitu?"



Ten duduk di pinggiran kasur, memainkan kedua tangannya, menatap lantai dengan tatapan yang sangat-sangat menyedihkan.



"Anggap gue pengecut, karena enggak bisa jagain cewek yang gue sayang, dan malah selametin cewek lain. Tapi tolong untuk berpikir juga, kalau gue pun sama manusia yang punya satu nyawa, jika gue selametin dia nekat, kalau terjadi sama gue juga gimana? Semua hal itu ada resikonya."



"Anggap gue pencundang karena kalah sebelum berperang. Kalah akan perjuangan Dikta sejak dulu sampai sekarang. Sedangkan gue apa? Gue cuman bisa bikin dia sakit hati doang, Na, Gue bahkan enggak bisa kasih apa yang Dikta kasih ke dia."



"Dan dari situ gue sadar, gue pantes enggak buat dia perjuangkan sebegitunya, padahal gue enggak bisa kasih dia apa-apa."



"Saking cintanya gue sama (Y/n), cinta itu malah berubah menjadi toxic, dan sering menyakiti satu sama lain."



Shienna ikutan terduduk didepan kakaknya, sambil menatap lekat lawan bicaranya, "Tapi lo bisa dan mampu A', buat kasih (Y/n), kepastian hubungan."



"Kalau gue kasih kepastian pun, jika masih ada keraguan buat apa. (Y/n) masih ragu akan posisi Krissie, dan gue masih ragu akan posisi Dikta. Kenapa? Karena baik gue dan (Y/n) enggak bisa tegas dalam memberikan sebuah batasan. Terlihat abu-abu dimata masing-masing."



NCT Husband Series 💚 TEN 💚Where stories live. Discover now