Hosh

Hosh

Hosh

Desah napas kasar keluar dari mulutnya, matanya terpejam erat ketika merasakan lelah yang memeluk erat seluruh tubuh. Sekali lagi ia menoleh, memastikan bahwa para bedebah itu tak lagi mengikutinya,

Dan ia merasa lega.

Dengan langkah lunglai, Wei Wuxian berjalan menuju halte bis didepannya, ia tau saat ini sudah sangat terlambat untuk pergi kesekolah, akan tetapi, dirinya tidak bisa terus-terusan bolos atau pihak sekolah tak bisa lagi mentolelir dan berakhir dirinya yang akan dikeluarkan.

Tidak, itu tidak bisa terjadi.

Wei Wuxian merebahkan tubuhnya diatas kursi halte, mengistirahatkan tubuhnya sejenak, sebelum menghadapi sesuatu melelahkan lainnya disekolah nanti.

.
.

Jika dipikir lagi, kenapa kehidupannya yang dulu baik-baik saja bisa berubah menjadi mengerikan seperti ini?

Ia berpikir, kesalahan apa yang pernah ia buat hingga mengalami hal ini?

Wei Wuxian kira, selama ini dirinya selalu berusaha tumbuh menjadi anak yang baik. Bahkan ketika kedua orangtuanya tewas dalam kecelakaan tunggal, ia berusaha untuk tidak merepotkan paman dan bibinya.

Selama ini, Wei Wuxian selalu berusaha menjadi anak yang baik.

Akan tetapi, kenapa mereka tetap melakukan hal itu padanya?

Paman dan bibinya, yang selama ini selalu tersenyum dihadapannya, mengatakan hal-hal yang membuat jiwa polosnya merasa tersanjung, diam-diam membawa lari warisan yang ditinggalkan orangtuanya, dan membuangnya beserta tumpukan hutang yang sangat banyak pada Wei Wuxian.

Selama satu tahun dirinya harus hidup seperti buronan, melarikan diri dari kejaran para debt collector itu,

Melarikan diri dari hal yang tidak seharusnya menjadi tanggung jawabnya.

Ia tak tau takdir macam apa yang sedang dibentuk untuknya, namun apapun itu, sejak dimana ia dicampakkan oleh keluarga satu-satunya, Wei Wuxian tak bisa lagi mempercayai kebaikan seseorang dengan mudah.

Ia, meragukan setiap kebaikan yang semesta miliki.

.
.

"Wei Wuxian! Kau terlambat lagi?!"

Hal yang menyambutnya ketika ia memasuki gerbang adalah teriakan dari guru piket sekolahnya, pria tambun dengan kumis lebat, benar-benar manusia menyebalkan.

"Tuan Liu, setidaknya aku tidak bolos lagi. Jadi, bisakah kau membiarkanku lolos hari ini?" Mohonnya dengan puppy eyes mautnya, hanya berharap jika guru piketnya itu bisa luluh dengan tingkahnya.

Ctas

Satu pukulan dari penggaris membelai betisnya hingga membuat Wei Wuxian memekik, ekspresinya penuh ringisan dengan tangan yang mengusap bagian kebas akibat lecutan penggaris yang cukup keras.

"Kau mencoba bernegoisasi denganku? Aku akan mengirimmu pada Lan Wangji, anak bandel." Dengan tanpa perasaan Tuan Liu menjewer telinga Wei Wuxian menjauhi gerbang.

Chateau de WangxianWhere stories live. Discover now