Abstrak IX

2.4K 413 63
                                    

Holaaa~

Ada yang masih ingat cerita ini??
Butuh sekian purnama buat nulis ini lagi wkwkwk

Dah lah, happy reading~

.
.

Shock.

Itulah yang Wei Wuxian rasakan ketika dirinya sampai disekolah tempat putranya belajar.

Melihat mantan sialannya yang memangku puteranya diatas ayunan dengan senyuman membuat hatinya diremas.

Apa-apaan ini? Kenapa Lan Wangji sialan itu bisa sampai kemari?!!!

Dengan langkah terburu-buru ia menghampiri dua orang yang seolah asyik dengan dunia mereka, "A Yuan." Panggilnya lembut, ia merentangkan tangannya untuk meraih Sizhui kedalam gendongannya lalu menatap sengit pada Lan Wangji, seolah bertanya, apa yang kau lakukan dengan puteraku, brengsek?

Oh, tentu kalimat itu terbaca sangat jelas dari ekspresinya.

Wangji tersenyum, satu hal yang dulu sangat ia sukai, mungkin juga sampai saat ini-ekhm.

Ia berdiri dari ayunan yang semula ia duduki dan beralih pada Wei Wuxian yang tanpa sadar mundur perlahan, "aku hanya menemani puteraku, apa itu salah?"

Puteramu pantatku! Makinya dalam hati.

"Berhenti mengatakan omong kosong dan pergi sana!"

"Mama jangan marahi papa." Sizhui dalam gendongan Wangji mencoba merayu sang mama, tangan mungilnya menarik-narik pakaian Wei Wuxian disertai mata yang dibuat sememggemaskan mungkin, hampir membuat ibu muda itu luluh.

Tapi untuk kali ini, Wei Wuxian tak akan mengalah. Maka dengan ceoat ia merebut Shizui kedalam gendongannya.

"A Yuan, bukankah mama sudah bilang jangan memanggil orang asing dengan sebutan papa?"

Orang asing.

Ekspresi Wangji seketika membeku mendengar kalimat itu.

Ya, Wangji akui jika dirinya telah melakukan kesalahan besar, akan tetapi, tetap saja, ada bagian dirinya yang tak bisa menerima perlakuan Wei Wuxian padanya, dengan menyebutnya orang asing, itu cukup menohol hatinya.

"Wei Ying-"

"Kita pulang." Ujarnya tanpa menghiraukan Lan Wangji.

Sizhui dalam gendongannya memberongak, merengek ingin kembali pada gendongan papanya, tangan mungilmya menggapai-gapai udara kosong ingin merai sang papa yang menatap mereka sendu.

"A Yuan! apa kau akan melanggar perjanjianmu dengan mama?!" Suaranya dibuat naik, dan itu cukup membuat Sizhui yang sebelumnya tak pernah dibentak mulai menangis.

"Mama jahat, huwaaaaa~" dan tangisannyapun pecah.

Seketika kedua orang dewasa disana panik, ditambah Wei Wuxian yang merasa sangat bersalah karena sudah membentak putera tersayangnya.

Ia tak bermaksud begitu, dirinya hanya,

Hanya tak bisa mengontrol diri ketika berada didekat Lan Wangji.

"Sayang, maafkan mama, mn? Mama salah, jangan menangis." Ia mencoba menenangkan Sizhui yang kini sudah sesegukan.

Kepala mungilnya menggeleng dengan tubuh semakin meronta ingin pelukan papanya.

"Yuan hiks ingin papa, mama tidak hiks sayang Yuan lagi hiks."

Bocah itu terus saja menangis, tak peduli dengan apapun yang Wei Wuxian lakukan, sampai-sampai membuat dirinya frustasi.

Chateau de WangxianWhere stories live. Discover now