love

1.7K 243 48
                                    

Holaa~
Maapkan karena bukannya bayar hutang chapter tapi malah nulis cerita lain ㅠ.ㅠ

Anggap aja ini pemanasan sebelum kembali tempur lanjutin yang lain yes. Dah lama gak nulis jadi rasanya kaku banged huhu

Wes lah, happy reading~

.
.

"I, Lan Wangji, take you Wei Wuxian, to be my wedded partner. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish ‘till death do us part. And here to I pledge you my faithfulness.

Seketika janji suci terucap dari kedua mempelai yang saling berhadapan diatas sebuah altar, dengan disaksikan oleh ratusan pasang mata yang turut bersuka cita atas pernikahan keduanya.

Lan Wangji menggenggam erat tangan Wei Wuxian, menarik pemuda itu agar lebih dekat hingga tak ada jarak yang tersisa. Wei Wuxian tidak bisa menahan senyumnya, merasakan debaran di dada pasangannya yang terasa seperti hendak mendobrak dada pria itu.

“kau gugup?” Wei Wuxian memberi usapan kecil di bagian dada kiri Wangji, merasakan debaran itu langung dibawah telapak tangannya. Wangji mencondongkan wajahnya hingga berbisik ditelinga Wei Wuxian, “aku terlalu bahagia.”

Wei Wuxian tertawa kecil, ia hanya menurut saat Wangji meraih wajahnya, mengikis jarak mereka perlahan-lahan. Bahkan suara riuh tepuk tangan dan siulan menggoda mereka abaikan. Keduanya hanya ingin menyempurnakan janji suci mereka dengan sebuah ciuman.

Napas Lan Wangji terasa hangat diwajahnya, Wei Wuxian hampir saja bisa merasakan tekstur lembut bibir Wangji saat sebuah suara melengking terasa menusuk telinganya-

Kriiiiiiing!

Brak

“ah! Pinggangku!”

Wei Wuxian mengerang begitu tubuhnya terjungkal dari tempat tidur hingga menghantam lantai yang keras dan dingin. Kepalanya langsung celingukan mencari sumber suara yang telah mengganggu mimpi indahnya bersama Lan Wangji kemudian segera mematikan alarm di ponselnya dengan rasa jengkel yang luar biasa.

Ah, padahal itu adalah mimpi yang luar biasa menakjubkan. Mengingat bagaimana tampannya Wangji dalam balutan tuxedo putih seperti itu sukses membuat jantung Wei Wuxian berdebar heboh. Tanpa sadar ia sudah tersenyum hingga cekikikan, merebahkan kepalanya di atas tempat tidur sembari meremas selimutnya gemas, “kyaaa~” berakhir dengan teriakannya yang teredam bantal .

Wei Wuxian sepertinya memang sudah gila.

.
.
.

“na na na~”

sepanjang langkahnya Wei Wuxian bersenandung ceria, ia menyapa setiap orang yang ditemuinya sampai tukang kebunpun tak terkecuali.

Itu karena ia merasa sangat bahagia, mimpinya semalam membuat moodnya naik hingga ke level maksimal.

Wei Wuxian memutar tubuhnya masih dengan senandung kecil dari bibirnya, ia tak peduli pada orang-orang yang memperhatikan tingkah anehnya bahkan tak sedikit yang tersenyum-senyum karenanya.

Jangan lupakan fakta bahwa Wei Wuxian merupakan seorang ‘bola energy positif, sang happy virus’, seseorang yang bisa menularkan kebahagiaan dimanapun ia berada, setidaknya itu yang dikatakan Jiang Yanli, kakak kesayangannya.

Sesampainya didepan sebuah pintu, Wei Wuxian membenahi penampilannya dan mengecek tas bekal yang ia bawa, “aman.” Ia menggumam kecil.

Tok tok tok

“Lan Zhan~” Wei Wuxian melongokkan kepalanya melalui celah pintu yang ia buka sedikit, iris abu-abunya menemukan sesosok pria yang tengah duduk diatas ranjang dengan sebuah buku ditangannya.

Pria itu mendongak kemudian tersenyum kecil, “Wei Ying.”

“hehe.”

Wei Wuxian masuk dan menutup pintu, ia meletakan tas bekalnya di atas meja dan langsung memeluk Wangji dengan erat, “aku sangat merindukanmu.” Suaranya teredam, ia mengubur wajahnya di dada bidang Wangji dan tidak ingin lepas dari pria itu karena ya tuhan, demi apa Wei Wuxian sangat merindukan kekasihnya ini.

Wangji membelai kepala Wei Wuxian lembut, “aku juga. Bagaimana kabarmu?”

“seminggu ini aku merasa sangat lelah karena tidak bisa menemuimu. Jiang Cheng terus menerus menekanku untuk melakukan semua pekerjaan agar aku bisa selesai lebih cepat, meskipun sangat menyebalkan tapi aku harus berterimakasih karena akhirnya aku bisa bertemu denganmu skarang. Tapi tetap saja aku merasa lelah. Untung saja semalam aku mendapatkan mimpi yang indah, jadi rasanya energiku kembali terisi dengan cepat.”

Sementara Wangji hanya menyimak saja curhatan kekasihnya, ia sudah mengubah posisinya menjadi berbaring dengan beralaskan dada  Wangji sebagai bantal, “mimpi?”

“mn.” Wei Wuxian mengangguk, jarinya bergerak permukaan dada Wangji, menggambar pola-pola abstrak disana.

Chateau de WangxianOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz