abstrak VII

3.2K 480 59
                                    

Ada yang mau nampar Wangji?

.

.

Plak!

Suara tamparan yang cukup keras terdengar dilorong supermarket yang untungnya sepi.

Wei Wuxian tergugu memandang Wangji yang tak juga bergeser meski tamparan keras telah ia layangkan dengan sepenuh hati.

Apa-apaan itu?

Dirinya sama sekali tidak pernah menyangka jika pria dingin itu bisa menci- ah tidak, jangan sebutkan atau Wei Wuxian akan muntah saat ini juga. Bagaimana manusia kutub itu bisa melecehkannya seperti barusan?

"Apa kau masih waras?" Pekiknya marah, sebelah tangannya bahkan mendorong bahu Wangji dengan refleks namun tidak sampai membuat jaraknya bergeser walau sesenti.

Pria itu mendekat pada Wei Wuxian yang terlihat panik dan memundurkan tubuhnya terburu-buru,

"Tidak."

Jawaban dingin Wangji menimbulkan kerutan dalam didahi Wei Wuxian. Pada saat ini dirinya benar-benar tidak bisa memahami Lan Wangji.

Kenapa pria itu rasanya sangat berubah?

Wei Wuxian terlonjak ketika tanpa ia duga Lan Wangji telah mencekal tangannya dan menarik tubuhnya hingga menabrak dada keras itu, lebih mengejutkan ketika wajah mereka hampir tak berjarak, "kewarasanku hilang sejak aku melepaskanmu pergi." Bisiknya didepan bibir Wei Wuxian yang terkatup rapat.

Mata pemuda Wei mengerjap beberapa kali, "a apa?"

Wangji tersenyum, ia mengikis jarak mereka hendak mengecup kembali bibir yang amat ia rindukan, namun Wei Wuxian telah lebih dulu memalingkan wajahnya.

Ia memberontak kecil lalu mendorong Wangji menjauh, "perhatikan sikapmu, Dokter Lan." Ujarnya dingin, "apa kau masih belum memahami apa yang kukatakan waktu itu? Lupakan semua yang pernah terjadi. Sekarang, kita tidak lebih dari orang asing."

Wei Wuxian berbalik pergi mebinggalkan Wangji, namun lagi-lagi oria itu menahannya, pria Lan mencengkram lengannya, "satu kesempatan lagi." Pinta Wangji, iris emas itu menatap sendu pada Wei Wuxian, ia berharap sekali saja mantan kekasijnua itu mau memaafkannya dan memberinya sati kesempatan lagi saja.

Meski kelihatannya memang sangat sulit, bahkan hampir tidak mungkin.

Wei Wuxian melepas cengkraman Wangji perlahan, iris abu-abunya menatap Wangji dengan lekat, selama beberapa detik, seolah tengah menggali sesuatu dari sana.

Memang tampak menyedihkan, dan cukup membuat hatinya mencelos,

"Apa dimatamu aku begitu mudah?" Tanya Wei Wuxian.

"Dimasa lalu, aku memberikan segalanya padamu tanpa berpikir. Aku tidak pernah peduli pada perasaanku sendiri karena semua yang kupikirkan hanya tentangmu saja. Aku selalu mendukung setiap keputusanmu, meski itu bertentangan dengan milikku."

"Dan sekarang, setelah semua yang terjadi antara kau dan aku, aku beryanya-tanya, apakah aku memang semudah itu? Sampai kau bisa datang dan pergi sesukamu."

Chateau de WangxianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang