03. Kejadian Rabu

787 127 21
                                    

Hari Rabu tiba. Gadis yang tengah berjalan menuju kelas itu tampak bersinar bak bintang di tengah malam. Ia selalu memberikan senyuman pada orang-orang yang menyapa.

Lia memasuki kelas dan mengambil tempat duduk disamping Yana seperti biasanya.

"Yan, Rachel mana ya?" Tanya Lia sembari celingak-celinguk lantaran Rachel tidak ada di dalam kelas namun tasnya secara tidak langsung mengatakan bahwa dia sudah datang.

Yana yang sedang streaming MV itu menoleh, "Gak tau, tadi katanya ada urusan bentar." Lia mengangguk paham.

Tak berselang lama dari itu, suara riuh dan bising terdengar dari perpustakaan sekolah, disusul oleh para siswa yang berlarian kearah sana.

"Yana, mereka ngapain sih lari-lari kayak dikejar setan?" Dahi Lia mengkerut.

Yana menyimpan ponselnya ke saku, "Mana gue tau, gue 'kan disini sama elo. Mau ikut lari gak?"

Tanpa mendengar jawaban, Yana segera menarik lengan Lia dan membawanya ikut bersama siswa-siswa tadi.

"Permisi, ada air panas!" Teriak Yana yang seketika langsung membuat kerumunan itu memberinya jalan.

Orang-orang yang tadinya melindungi diri dengan tangan sontak mendesah malas melihat Yana tidak membawa air panas.

"Nares!" Pekik Lia dan Yana kaget saat menyaksikan ditengah kerumunan ada Nares dan Haris dengan wajah yang sudah babak belur.

Disana bukan hanya mereka berdua saja, ada guru BK juga. Tapi yang membuat dahi Lia semakin mengerut dalam adalah kehadiran Rachel diantara keduanya.

"Jangan bilang Rachel yang nonjok?" Lia masih sempat-sempatnya berpikir seperti itu. Bukan tanpa alasan, disana hanya Rachel saja yang tidak lecet sedikitpun yang membuat wajar pemikiran Lia.

Yana tidak mengacuhkan Lia, dia seperti membeku ditempat dengan mata yang terpaku pada tiga orang itu.

Nares tak sengaja menengok Lia, selanjutnya ia mendesah menahan kesal dan membuang muka.

"Kalian bertiga, ikut bapak sekarang!" Suruh pak Hakim sambil menyeret paksa lengan Nares dan Haris membelah kerumunan, diikuti Rachel dibelakang.

Saat Rachel berpapasan dengan Yana, Yana langsung menahan tangannya.

"Berulah lagi dia?" Pertanyaan Yana diangguki oleh Rachel dengan berat. Menimbulkan helaan nafas Yana yang terdengar iba.

***

Diruang BK ini sudah agak lapang, tidak banyak siswa yang berdesakan guna menyaksikan apa yang tengah terjadi pada mereka.

Hanya ada Yana, Lia, Jafran, Haikal dan Reza diluar ruangan untuk menunggu. Walau begitu, suara di dalam ruangan masih kedengaran seperti menggema ditelinga Lia.

Yana dan Lia duduk dikursi panjang depan ruang BK. Sedangkan tiga lelaki itu berdiri, menyandarkan punggung pada dinding dengan tangan yang menyilang di dada.

"Jadi belum ada yang mau cerita?" Pertanyaan pak Hakim tidak mendapat jawaban.

Lia menarik-narik baju seragam Yana, gadis bermata tajam itu akhirnya menyambar tangan Lia dan menggenggamnya seolah memberi ketenangan.

Jangan salah paham dulu, Lia gugup karena sahabatnya, Rachel, juga ikut dalam masalah yang belum jelas seluk-beluknya ini. Ia khawatir Rachel kenapa-napa.

"Rachel gak papa 'kan, Yan?" Tanya Lia.

"Dia gak papa, Lia. Tenang aja, oke?" Lia mengangguk berat.

"Tau gak sih, kita kayak lagi nunggu kabar pasien dari dokter gitu?" Jafran mencoba memberi lelucon, tapi tak ada yang mau menanggapi.

Move OnWhere stories live. Discover now