13. Suka?

656 106 82
                                    

"Serius tadi gue ngakak banget pas Reza ngejar-ngejar Nanda!" Yana terbahak sementara kedua pipinya menggembung karena gumpalan bakso.

Mereka bertiga ini sedang berada di kantin, memilih meja paling pojok untuk tempat makan. Kantin tampak ramai seperti biasa, tapi bagi mereka sepi-sepi saja karena terlalu asik sama dunia mereka sendiri.

Topiknya lucu, membahas drama musikal punya kelompok Reza.

Lia segera memberi gelas berisi air minum untuk Yana gara-gara perempuan bermata kucing itu mendadak batuk lantaran tersedak bakso.

"Makan pelan-pelan dong, Yana." Ujar Lia.

"Tau. Si Yana emang kalo makan kaya preman." Semprot Rachel tanpa sadar diri bahwa dia juga makan seperti itu.

Yana menyudahi minumnya. Ia mendesah panjang, lega. "Makasih, Lia."

"Iya, sama-sama."

"Eh tapi tau gak sih gimana rasanya nahan ketawa sampe perut mules banget? Gila, gue beneran mau ketawa keras disitu tapi kasian nanti sama si Reza." Ujar Yana, kembali ke topik utama.

Rachel terkekeh. "Bukan kasian, tapi lo takut kan kalau dia marah?"

"Udahlah jangan dibahas." Yana menatap Rachel malas. Kalau sudah mengobrol dengan Rachel, pasti ada saja aib yang dia bongkar.

"Emang kenapa kalo Reza marah? Kan marah hal yang manusiawi." Lia  terheran-heran.

"Reza kalo marah gak pernah manusiawi, Lia! Pernah tuh ada kejadian pas kelas sepuluh. Kita berempat sama Surya satu kelompok. Trus dikasih tugas buat makalah. Eh Yana gak sengaja ngehapus naskah-nya padahal Reza udah capek-capek nyari informasi sampe enam halaman. Ngamuklah si Reza. Tau Yana diapain sama dia?"

"Diapain? Diapain?" Lia tampak antusias dengan cerita Rachel.

"Diomelin, abis itu dikeluarin dari kelompok! AHAHAHAHAHA!" Rachel terbahak, tertawa puas sekali.

"Hah? Jadi gimana sama Yana?" Dahi Lia semakin mengerut dalam.

"Yah... untung aja ada Jafran yang mau nampung dia masuk ke kelompoknya." Rachel menjawab.

"Udahlah, gak usah dibahas lagi." Mendesah berat, akhirnya Yana menyuarakan isi hatinya setelah memilih untuk membiarkan mereka berdua larut dalam dunianya.

"Tapi Yana, aku boleh nanya sekali lagi gak? Jawab jujur ya." Lia secara tidak langsung mengambil penuh perhatian Rachel dan Yana.

Kalau cara bicara Lia sudah seperti ini, pastilah pertanyaannya tidak mengenakkan.

Yana menimang sebentar, "Iya."

"Kamu sama Jafran ada masalah apa sih?" Tanya Lia. Baru satu kalimat, tetapi sudah mampu membungkam mulut Yana.

Melihat Yana tak berkutik, Lia melanjutkan ucapannya. "Dari yang aku liat sih, kalian berdua sama-sama suka. Tapi kok pas dia ngejar, kamu ngehindar? Awas loh nanti nyesel."

Bibir mungil milik Yana terbuka sedikit. Lidahnya juga terlalu kelu untuk bersuara.

"Cerita ajalah, Yan, lagian Lia sahabat kita 'kan?" Rachel menyadarkan Yana dari lamunan. Perempuan bermata kucing itu mengerjap beberapa kali, berusaha meneguhkan hati untuk bercerita nanti.

Move OnWhere stories live. Discover now