24. Lembar Baru

495 53 28
                                    

Hari ini rencananya Lia dan Yana akan mengunjungi rumah Rachel. Setelah 3 hari jadwal kegiatan mereka bertabrakan, akhirnya ada waktu luang juga yang mereka punya.

Rachel bilang bahwa dia sudah menyiapkan banyak camilan dan membersihkan ruang karaoke pribadinya yang nanti akan digunakan bersama. Gadis itu terlihat sangat antusias. Dia bahkan tidak kehilangan senyumnya sejak 3 hari lalu.

Lia menatap pantulan dirinya didepan cermin berbentuk persegi panjang yang ada di kamar. Seperti biasanya, penampilan Lia selalu sederhana namun terkesan elegan karena dia yang memakainya.

Dress merah muda selutut, yang di bagian pinggang dihiasi semacam kulit yang melilit hingga menampilkan bentuk yang sempurna. Slingbag berwarna hitam kecil yang senada dengan flatshoes yang dia pakai. Tidak lupa, polesan makeup tipis di wajahnya, bahkan sekarang dia seperti tidak memakai polesan apapun. Karena kecantikan Lia alami.

"Ada kak Nares tuh dibawah, nungguin dari tadi," Yuna menyembulkan kepala dibalik pintu kamar.

Menyadari tampilan kakaknya yang rapih, Yuna memilih untuk masuk.

"Mau kemana? Date ya?" Tanya Yuna.

Lia menoleh sembari tersenyum, "Mau main ke rumahnya Rachel, nih!"

"Udah baikan? Kapan?" Yuna sedikit kaget, pasalnya Lia belum cerita apa-apa padanya belakangan ini.

Lia memang sempat menceritakan sedikit masalahnya pada Yuna, beruntung adiknya sedang dalam mode dewasa, jadi ia memberikan solusi yang dapat Lia pahami dengan baik.

"Udah, beberapa hari lalu. Kamu mau di bawain apa nanti? Biar kakak beli."

Tawaran Lia sudah pasti sangat menggiurkan bagi si gadis Shin, "Terang bulan aja rasa coklat kacang. Yuna dari semalem pengen beli itu soalnya tapi Andi nggak peka."

Jemari Lia sontak menyentil pelan dahi adiknya, "Jangan kebiasaan ngerepotin orang ah, apalagi Andi masih ditanggung orang tuanya dalam artian belum bisa menghasilkan uang sendiri."

Yuna merotasikan bola mata, "Andi kadang suka bawain makanan, kan, kesini? Tabungan Andi juga banyak, hasil dari olimpiade-olimpiadenya."

"Tapi tetep aja, terang bulan murah kok. Kecuali kalau kalian lagi jalan berdua, itu lain cerita."

"Iya deh, kak, Yuna ngerti."

"Omong-omong si Nares beneran udah lama nunggu? Perasaan dia baru lima menit lalu bilang mau berangkat," Lia membereskan beberapa barang-barang yang berserakan di kasur.

"Engga, barusan nyampe, Yuna ngomong gitu biar kakak gercep aja sih hehe."

"Kebiasaan kamu, Yun."

Tidak berselang lama, Lia turun kebawah. Disusul oleh Yuna dibelakangnya. Sebenarnya Yuna hanya ingin menggoda Lia saja, sekaligus ingin sedikit menyaksikan bagaimana cara mereka berinteraksi.

"Kamu beneran gak papa kan anter aku?" Tanya Lia begitu dia sudah melihat Nares yang terduduk di sofa.

Nares langsung memusatkan perhatian penuh pada Lia, sempat terpesona sebentar sebelum Yuna tertangkap menertawainya, "Gak papa, Lia. Lagian aku gabut di rumah, sekalian nanti mau nongkrong bareng yang lain."

Move OnOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz