05. Class Room

519 95 136
                                    

Please Voment Cuseyeo

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Please Voment Cuseyeo ....

Happy Reading!
.

.

.

.





Waktu menunjukkan pukul 14:30 menandakan sebentar lagi lonceng kebubaran akan dibunyikan. Khususnya untuk murid kelas 10 satu persatu pergi meninggalkan kelas sambil membawa beberapa lembar kertas. Habis mengerjakan tugas, sang guru meminta untuk langsung menyetorkan ke ruangannya. Baru kemudian boleh berlanjut pulang.

Namun itu hanya berlaku pada murid yang menyelesaikannya lebih cepat, tidak dengan pemuda di ujung sana yang hanya memejamkan mata seraya memijat pelipisnya sambil membolak-balikan halaman buku, dengan ekspresi bodoh.

Hyunsuk sangat benci pada pelajaran berhitung semacam ini. Baginya, Matematika adalah penghancur sel otaknya di dalam kepala, jika terus di paksakan pasti akan jebol. Namun Hyunsuk masih berusaha berjuang untuk menulis deretan angka menyebalkan itu di meja, sedikit demi sedikit.

Sungguh payah hidupnya, hanya karna tugas semacam ini membuatnya menjadi pulang terakhir. Kertas yang seharusnya sudah penuh akan coretan pun tampak masih kosong dan jernih.

Decitan suara kursi terdengar dari sudut lain, itu adalah Heejin.

Setelah menyetorkan hasil tugasnya, gadis yang sedang minum susu pisang itu kembali lagi ke kelas karena ada bukunya yang tertinggal. Buku sudah di ambil seharusnya tinggal pulang, tapi Heejin di hentikan dengan satu hal yang membuat nuraninya bergerak. Ia mendapati Hyunsuk sebagai murid yang tertinggal.

Heejin memutuskan duduk kembali di bangkunya, menopang dagu memandang ke arah Hyunsuk. Entah Hyunsuk tak melihat kedatangannya, atau karena orang itu memang sengaja mengabaikan kehadiran Heejin di sana.

Heejin tersenyum remeh. Kali ini Hyunsuk berhasil menyita perhatiannya, pemuda itu tampak lesu mengerucutkan bibirnya. tangannya setia menggenggam pensil kemudian berakhir menjatuhkan dahinya membentur meja.

Heejin's pov

Aku tidak tahu, hanya untuk sekedar bersandar di meja dia harus membuat bunyi sekeras itu pada kepalanya. Oh baiklah, tempurung Choi Hyunsuk kan memang mahal, di pastikan itu awet.

Aku melepas tas gendongku lalu berjalan menghampirinya. Aku ingin tahu seberapa kesulitannya Hyunsuk. Aku sengaja memasang ekspresi tak percaya, membungkam mulutku sendiri. Berniat mengajek.

"Astaga ... Kenapa kau bodoh sekali Hyunsuk," sapaku.

Bak seorang guru aku terang terangan mengomentari kertas jawabnya. "Satu soal pun belum kau temukan jawabannya? Dan, kenapa kertas ini masih kosong? Kau harus memperhitungkan semuanya di sini," ucapku menunjuk selembar kertas yang tersedia.

My Day || Hyunsuk x Heejin [SUDAH TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora