11. Friendship

318 65 51
                                    

Heejin berdiri sambil mengamati mereka yang lahap menyerbu makanan di meja panjang. Matanya tak sengaja melirik ke bawah meja, tempat bersemayamnya kaki Hyunsuk yang terluka.

Heejin melihat kaki Hyunsuk yang menyeladang di bawah sana ingin rasanya tertawa melihat penampilan Hyunsuk saat ini. Terlihat keren dari atas namun saat lihat sendalnya, Hyunsuk tampak seperti Kakek-kakek tua.

Tapi lupakan, Heejin tiba-tiba teralihkan pada kursi di barisan pojok yang menampakkan si Soo tampan Junghwan. Ia melahap makanan begitu banyak, membuat pipinya menggembung besar.

Kemudian Heejin duduk di samping Hyunsuk yang masih menyisakkan ruang di sampingnya, ekor matanya terus memandang ke arah Junghwan. Heejin menopang dagunya di atas meja sambil terus mengintip Junghwan dari celah posisi lengan Hyunsuk.

"Hyunsuk, Junghwan itu ... satu kelas denganmu dulu ya,” tanya Heejin samar.

"Tidak.”

Heejin mengangguk, kemudian menebak-nebak kembali. "Aaahh, dia seniormu ya... ?"

Hyunsuk langsung melirik Heejin. "Apa kau bilang?"

Heejin berkedip kebingungan mendengar nada ketus yang Hyunsuk berikan, "Kenapa? Apa aku salah?" tanyanya membelo.

Hyunsuk menghentikan aktivitas dan menatap Heejin tak suka. "Dia itu masih SMP!"

Kepala Heejin langsung terangkat, memasang wajah tak percaya "Kau jangan coba menipuku ya!"

Hyunsuk menghelakan nafas. Meletakkan sumpitnya dengan kasar "Untuk apa aku menipumu, lagi pula kenapa kau menanyakan hal tak penting semacam itu?"

Brak!!!

"Kalian bisa diam tidak?! Tolong di setiap detiknya jangan bertengkar terus!!"

Lagi-lagi Yedam yang harus melerai kedua pertemanan baru itu. Ia sungguh terbisingi karena duduknya di sebelah kanan Hyunsuk. Kali ini Yedam sedang tak ingin mendengar keributan yang Heejin dan Hyunsuk lakukan.

"Makan dan diam!" Baginya, itu sangat menggangu.

"Kalian berdua itu ada apa? Memang selalu berdebat seperti itu ya?" Yoshi yang duduk di hadapan Hyunsuk ikut menimbrung.

"Sudahku duga, pasti kalian terkena kutukan nenek moyang di desa ini," celetuk Jihoon menelan makanannya.

Junkyu yang hendak memasukkan satu suapan itupun tak jadi dan malah menoleh, "Ya Park Jihoon, kau itu selalu mengada-ada."

"Aku tidak mengada-ada! Kita nantikan saja nanti."

Kini para bocil line menoleh heran dari ujung meja, “Eh, ada apa itu?"- Jeongwoo.

"Tak tahu.” Haruto mengedikkan bahu tak acuh, terus melanjutkan kegiatan makannya, ia terlalu lapar untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Tanpa menyerah mencari tahu, Jeongwoo berdiri sambil meninggikan suara "Ada apa? Kenapa kalian serius sekali?" Namun, tak ada yang melanggati, mereka terus bercakap-cakap tanpa terusik akan pertanyaan Jeongwoo.

"Tidak papa, tidak penting," jawab Doyoung lalu menekan pundak Jeongwoo untuk duduk kembali.

"Tidak ada apa-apa. Makan saja, makan!" kata Mashiho di ikuti siulan di bibir Asahi.

Sedikit tentang Asahi, pria itu tak banyak bicara. dia hanya akan bicara ketika ada hal yang menurutnya darurat, selebihnya paling cuma mengeluh akan kehidupan yang membosankan miliknya.

Sedangkan Mashiho dia terlalu pemalu untuk mengeluarkan banyak suara.

"Aish omong kosong! kutukan apa maksudmu? Dia saja yang memang menyebalkan," Hyunsuk melirik sinis gadis di sampingnya.

My Day || Hyunsuk x Heejin [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now