“Kalo ada yang mau dibicarain sama Nai, nanti aja. Toh dia manyun begitu, gak mau tu diajak bicara sama lo. Males,” ucap Azka sembari membetulkan jaket denimnya.
Ricky mendengkus kesal, lalu menuju ke tengah lapangan. Ia hanya ingin tahu bagaimana ingatan Nai mengani Adimas.

Saga melempar bolanya ke arah Ricky. "Lo udah tahu kan, teknik dasarnya! Jangan bilang lo enggak tahu atau lupa! Kicking, passing, dribbling, shooting, sama heading. Kita betulin dan perbaiki teknik dasarnya dulu sampai lo bener-bener menguasai itu. Kita mulai dari cara lo nendang bola dulu" ucap Saga sembari mengetuk-ngetuk dagunya dengan satu jari. "Eh! Lo coba nendang, tapi sambil jelasin ke gue cara yang bener buat menendang bolanya gimana," ujar Saga lalu memposisikan dirinya.
Apa yang didengar Ricky  membuatnya  malas. Buat apa coba menjelaskan toh Ricky sudah tahu cara yang benar untuk menendangnya. Menurut Ricky, Saga terlalu cerewet.

"Nendangnya pake kaki bukan tangan. Nendangnya pakai kaki yang bagian dalam kalau mau pelan,” ucap Ricky dibuat seolah sedang main-main.
Sembari berkacak pinggang dan memperhatikan cara Ricky mempraktikkan gerakannya agar tepat. Saga mengangguk setelah Ricky melakukannya dengan benar. Mengetahui Ricky yang suka bercanda saat latihan harus bisa membuat Saga lebih sabar.

“Buat kuda-kuda, lututnya ditekuk dikit, jangan banyak-banyak nanti kejungkang, kan? Sama kaki tumpu di sini nih, samping bola,” ucap Ricky sembari menepuk paha kirinya yang menjadi tumpuan.

Para penontonnya hampir tertawa karena tingkah Ricky yang bisa saja membuat Saga marah. Namun bagi Nai ini tak lucu. Biasanya Ricky serius tapi kenapa hari ini lelaki itu malah main-main. Apa karena ada Sora di sini? Sehingga membuat Ricky menunjukkan sikap palsunya. Hanya Nai satu-satunya yang tak tertawa. Bukan hanya karena Ricky yang main-main, juga karena Sora yang hadir. Merusak mood-nya saja.

“Pandangan harus fokus dan lurus ke target. Nah, bahu juga harus rileks. Badan ini harus tegak gak boleh letoy, kalo letoy bukan main futsal namanya tapi mau pargoy,” gurau Ricky sembari membusungkan dadanya.

“Tangan di samping badan, gak perlu kaku banget, cukup biar nggak sampai kena bola aja. Kalau tegap banget nanti bukannya main futsal malah dikira pasukan militer.” Setelah memeragakan gerakan Ricky mulai dengan pemanasan ringan di bagian kakinya. Sebenarnya saat pemanasan ini lah Ricky mengambil kesempatan untuk curi pandang ke Nai. Toh siapa tahu kalo Nai melihat Ricky ceria seperti ini bisa menular padanya.

“Serius dikit bisa?” sentak Saga karena mendapati Ricky yang sesekali menoleh ke arah penonton.


“Oke, sorry. Ini gue serius.” Ricky mulai lebih serius karena Saga benar-benar menatapnya tajam. “Untuk pelemasan otot sebelum nendang bola, pergelangan kaki diputar-putar dulu ke kanan ke kiri.”

“Kalau udah rileks, pandangan fokus ke bola. Kemudian … tending,” jelasnya lalu menendang bola ke arah Saga pelan.

Tepuk tangan menggema di lapangan futsal. Yang sebelumnya sepi menjadi ramai karena tepuk tangan para penonton latihan Ricky sore ini. Hal yang mereka lakukan ini agar Ricky tambah bersemangat, sebagian bertepuk tangan karena lelucon Ricky.

Di sela-sela tepuk tangan, Jey menyenggol lengan Nai. "Itu yang di sebelah lo siapa, sih?" tanya Jey dengan berbisik. Ia penasaran saja karena tak pernah melihatnya. Hal yang paling aneh adalah gaya dan sikapnya menurut Jey mirip dengan Nai.

"Sora,” jawab Nai singkat sembari menoleh pada Jey yang duduk di samping.

Apa yang Jey tanyakan membuat Satya yang sedang asyik menikmati keripik pisang pemberian gratis dari Yeva dan Lia, kini ikut penasaran. Satya ikut-ikutan curi pandang ke arah Sora. Ia sependapat dengan Jey, mirip.

"Dia sekolahnya di mana? Hubungannya sama lo dan Ricky apa?" Satya bertanya dengan berbisik. Tangannya tak henti mengambil keripik pisang gratisan itu. Laki-laki itu duduk satu tingkat lebih rendah dari bangku yang diduduki Nai.
Nai menyipitkan matanya, lalu memukul kepala kedua tetangganya sekaligus teman kakaknya itu. Ia lalu merebut keripik pisang yang dibawa Satya. "Gak usah bisik-bisik gitu, anjir. Sora juga bisa denger,” ucap Nai yang setelahnya menunjuk pada Sora yang duduk di sebelahnya.

Malu, mereka berdua malu. Jey dan Satya hanya bisa tersenyum kecut melihat Sora yang sudah menatap keduanya.
Di sisi lain Ricky masih berlatih dengan Saga, ketika Ricky salah sedikit saja Saga akan memarahinya dengan tegas. Memang benar perkiraan Ricky, Saga itu cerewet banyak aturan pula. Kini ia tinggal melatih lagi teknik heading yang dinilai masih kurang oleh Saga. Terkadang Saga menjitaknya atau tidak menjewer telinga Ricky karena bocah ini kelewat keras kepala dan banyak bercanda.

Sora meringis ngeri. "Kak Saga serem juga, ya. Gak kasihan apa sama Ricky?" Sora bertanya pada Nai. Ia tak suka ketika orang marah-marah pada suatu hal yang kecil. Ia paling benci itu.

Caranya menyembunyikan perasaannya memang luar biasa. Buktinya Nai masih bisa tersenyum pada Sora meskipun aslinya ia kesal. Cemburu ketika sahabat bersama orang lain itu wajar, bukan melulu jika sudah cemburu maka sudah cinta.

"Dia pantes, sih.  Dimarahi begitu, habisnya keras kepala. Gue rasa Ricky kurang fokus, dan main-main aja dari tadi. Dari tatapannya aja cuma kelihatan marah,” ucap Nai sambil menyangga wajahnya dengan satu tangan. Meskipun malas untuk menanggapinya, ia tak bisa cuek pada Sora. Jujur ia merasa takut kalau gadis ini melapor pada Ricky bahwa ia tak sopan padanya.

Satya dan Jey yang bisa mendengar obrolan mereka langsung bertatapan. Kaget dengan apa yang mereka dengar dari Sora. Mereka juga tidak menyangka jika Nai akan meresponnya dengan senyuman. Mereka memikirkannya sebenarnya mana sahabat Ricky yang asli?
"Nai, lo hebat, ya. Lewat tatapan Ricky aja lo tahu gimana perasaan dia," ucap Sora dengan wajah senang. Dua tangannya dibuat mengepal diletakkan di sisi wajahnya seolah membuat pose gemes banget deh!

"Jelas, kan gue sahabatan sama dia cukup lama. Tapi sebagian orang  ada tuh yang bisa  langsung tahu perasaannya dari gesture,” ucap Nai dengan nada yang masih santai. Ia menahan diri mati-matian untuk tidak melengos atau memutar bola matanya jemu.

Handphone Nai tiba-tiba berdering, setelahnya muncul notifikasi chat dari sang mama. Nai langsung memeriksanya.

Mata Ricky terus menatap Nai yang fokus pada handphone-nya. Ia mengira bahwa gadis itu sedang menatap foto Adimas. Bukan! Ataukah justru kembali bertukar pesan pada lelaki itu. Sialan, dia tak bisa membiarkan. Ricky langsung mengisyaratkan untuk meminta istirahat pada Saga. Setuju dengan permintaan Ricky mereka berdua kini berjalan mendekat ke arah bangku tempat duduk.

Ricky berlari kecil menuju tribun dan mengambil botol air mineralnya. Kini ia mendekati Jey yang duduk di samping Nai dan mengusirnya agar berpindah tempat duduk.
“Dih, apa sih lo. Tempat lain masih ada juga,” protes Jey yang tak terima diusir Ricky dengan cara ditapuki wajahnya.

Tetap tak menjawab, Ricky justru  terus mengusik Jey agar berpindah tempat. Pada akhirnya Jey yang merasa terganggu langsung menggeser tempat duduknya dengan perasaan dongkol. Sebaliknya, Ricky justru tersenyum tanpa rasa bersalah.

Sengaja batuk, Ricky lalu menoleh ke arah Nai. Ia menyangga dagunya sembari sesekali mengintip handphone Nai. "Apaan sih, Adimas lagi,” sindir Ricky tanpa tahu pasti isi handphone Nai.

"Adimas?” pekik Nai. “Udah ending. Gak usah dibicaraiin lagi, gak ada season duanya," ucap Nai dingin. Tak mau menghiraukan Ricky sedikit pun, matanya masih fokus pada layar handphone-nya mengetikkan balasan pada sang mama.

"Terus, itu chat sama siapa?" Ricky bertanya dengan mata yang sekali lagi menengok penasaran  handphone Nai.

"Gak boleh gitu, kan privasi." Sora mengingatkan Ricky dengan satu jarinya.

Baik Nai dan Ricky sama-sama mendongak menatap Sora. Nai merasa sedikit senang karena Sora membelanya meski di sisi lain ia juga masih kesal. Berbeda dengan Ricky yang hanya meringis dan menurut yang justru membuat Nai dua kali lipat lebih kesal. Giliran dengan Sora saja langsung menurut?

𝐫𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭 𐀔 ni-ki. ✓Where stories live. Discover now