19. Menyelidik

1.5K 156 4
                                    

Seorang pria membuka pintu sebuah caffe. Pria tinggi berkulit putih tengah berdiri di depn pintu dan melangkah mendekati salah saju meja.

"Sepertinya kau tampak sangat bahagia," ucap seorang pria yang sudah menungguhnya.

"Ya. Aku sangat senang." Pria itu menjatuhkan tubuhnya ke sofa.

"Way? Bukankah kau terjebak hujan?" Ya, pria itu adalah Alano.

"Aku senang akan hal itu. Jika hari ini aku tidak terjebak hujan, mungkin aku tidak akan bertemu dengannya," jawab Alan dengan mengangkat kedua sudut bibirnya.

"Siapa? Seorang gadis?" Galak tawa keluar dari mulut pria di hadapan Alan.

"Aku mengerti sekarang. Ternyata temanku yang satu ini tengah jatuh cinta," ejek pria itu tanpa menghentikan tawanya. "Apa kau akan mengklaim dia sebagai mate-mu?" tanyanya setelah berhenti tertawa.

"Entahlah. Aku belum mengetahui identitasnya. Apakah ia mempunyai kekasih atau tidak," balas Alan setelah menyeruput kopinya yang baru saja tiba. Kopi yang sudah dipesan pria di hadapannya itu untuknya.

"Jika iya, apa kau tidak akan merebutnya?" Alan terawa hambar. Ia tak akan sekejam itu kan?

Kring...

"Hai!" Seorang wanita barus saja datang langsung menjatuhkan tubuhnya dia samping Alan.

"Oh, kau sudah datang," sapa Alan kepada wanita itu. "Lama tidak bertemu."

"Ya, karena kau terlalu sibuk," jawab wanita itu dengan santainya.

"Besok adalah ulang tahun sahabatmu. Apakah kau tidak akan mengunjunginya?" tanya wanita itu yang tidak lain adalah Anastasia.

Alan terdiam sesaat. "Tidak. Besok aku harus ke perusahaan."

Tasya menghembuskan napas panjangnya. "Oke."

*****

Suara gemericik air terdengar. Banyak orang berlalu lalang. Sebuah mobil berhenti tak jauh dari sana. seorang wanita dengan mantel tebal keluar dan menyapu pandangannya. Wanita itu mengangkat kedua bibirnya, melihat seseorang yang ia cari.

"Aku akan pergi sendiri, kau tunggu saja di mobil," ucap wanita itu kepada kedua orang pria yang ditugaskan untuk menjaganya.

"Baik, Nona," jawab mereka patuh.

Wanita itu melangkah mendekati seseorang yang menunggunya. Seseorang yang tengah duduk di bangku depan air mancur.

"Hai!" sapa Alice saat tinggal beberapa langkah sampai di sana.

"Selamat pagi, Nonya Alexandro," ucap gadis itu dengam intonasi sangat hormat.

Mendengar itu, Alice manatap temannya itu tajam. "Kau! Sudah berani mengodaku rupanya," ucapnya di akhiri tawaan.

Alice menjatuhkan badan di bangku yang berhadapan dengan temannya. "Oke, bagaimana kabar diperusahaan? Apakah ada masalah?" tanya Alice to the point.

"Sekarang perusahaan baik-baik saja, tapi waktu insiden kecelakaan yang menimpamu dan Tuan Darren perusahaan hampir di ujung tanduk. Presdir AX Grup datang ke perusahaan," jelas gadis itu menceritakan.

Alice terdiam. Darren benar-benar memenuhi permintaannya. Ia pikir Darren hanya akan menganggapnya sebagai bualan saja. Apalagi ia belum menjadi anggota di keluarga.

"Itu gila! Kau tahu, Predsir AX grup sangat jarang sekali menampakkan dirinya ke publik. Dan aku di sana, aku melihatnya. Itu sulit dipercaya." Emma adalah teman Alice sewaktu masih bekerja di perusahaan ayahnya. Ia sering bertemu dengannya untuk mencari tahu bagaimana keadaan di sana.

You Are My Luna (Slow Update)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora