14. Rumah

2.1K 188 4
                                    

"Alice!" Gadis itu berjalan mendekati Alice. "Kenapa lo bisa ada di sini?" ujar wanita itu tak percaya. Sedangkan Alice hanya memandangnya sekilas lalu mengalihkan pandngannnya seolah tak memperdulikan gadis di hadapannya sekarang ini.

Merasa tak digubris, gadis itu mulai emosi sekarang. "Pengawal! Usir dia dari sini!" beberapa bodyguard mendekat. Menyadari majikannya akan diusir dari sana oleh orang-orang itu, dengan sigap Asher berdiri di depan Alice dengan meregangkan kedua tangannya. Berusaha menghalangi para Bodyguard itu menyentuh dan membawa Alice keluar. Bukan karena ia tak bisa bela diri, tetapi ia hanya sendirian sekarang.

"Eh, ada apa di sana? kenapa sangat ramai?"

"Apakah akan terjadi keributan?"

"Bukankah dia nona besar "Keluarga Berta? Kenapa ia ribut dengan adiknya?"

"Apa romor tentang Keluarga Berta yang membuang nona besarnya itu benar?"

"Bukankah gadis itu bukan putri kandung Keluarga, karna itu ia diusur setalah kedua orang tanya tiada?"

Bisik para tamu undangan terdengar jelas di ruangan itu. Berbagai rumor tentang masa lalu Alice bermunculan kembali setelah hampir terlupakan oleh waktu.

Asher menatap pria di hadapannnya yang bersiap melayanhkan pukulan ke arahnya. Seperti yang Asher duga, pria itu mengarahkan tangan tangan ke arahnya. Namun, sebelum menyemtuh wajahnya, dengan sigap Asher menahannya serta menendang tubuh pria itu.

Serangan demi serangan dapat di tahan oleh Asher, tapi tidak saat pukulan yang tak diguga dari samping. Pria itu terjatuh dan menyebapkan kaca matanya terjatuh.

"Nona!" panggil Asher dengan tenang.

"Iya," jawab Alice singkat.

"Apakah anda membantu menemukan kaca mataku?" tanya pria itu masih sangat tenang.

"Sekarang?"

"Miopiku cukup tinggi. Jadi sekarang aku tidak bisa melihat apapun." Alice terdiam terheran-heran. Bagaimana pria di hadapannnya itu bisa tetap tenang di saat kondisinya seperti itu?

"Tuan-tuan, kita bisa bicara baik-baik. Jangan sembarangan mendekati Nona," ucap Asher memperingatkan.

Kedua bodyguard yang masih dalam keadaan baik-baik sana, tersebut tak memeprdulikan ucapan Asher. Mereka memukul dan menepis pria itu hingga terjungkal.

"Mohon ikut dengan kami." Salah satu bodyguard melangkah mendekati Alice.

Masih dengan posisinya, Asher menangkap salah satu tangan bodyguard itu. Pria itu mencengkram tanagn itu sekuat tenanga. "Kakak bilang, bahwa aku tidak bolah membiarkan siapapun mendekati Nona," ucap Asher dengan tatapan tajam.

"Pria ini." Salah seorang bodyguard mendekat, berniat untuk membantu tamannnya.

Melihat itu, Asher meraih kepala pria yang tangannya masih ia cengkram. Menarik rambutnya dan membenturkannnya ke kepala bodyguard yang akan mendekat itu hingga mereka berdua tegeletak di lantai.

"Siapapun yang mendekat lagi. Akan berakhir seperti mereka," teriak Asher memperingatkan.

setelah beberapa menit mencari, Alice akhirnya menemukan dimana kacamata Asher terjatuh beberapa meter di hadapannnya. Lebih tepatnya di bawah wanita yang menjadi tantenya itu.

Krakk...

Alice terlambat. Kacamata itu sudah di tendang oleh wanita paruh baya itu hingga retak. "Beraninya kau menyebabkan masalah di rumahku! Jangan perpikir akan pergi hari ini," ucap wanita itu dengan amarahnya.

You Are My Luna (Slow Update)Where stories live. Discover now