10. Penerimaan

2.8K 272 7
                                    

Dengan susah payah Jesslyn menelan salivanya. Tatapan dan aura mencekam yang keluar dari pria di hadapannya itu, kini membuat nyalinya menciut entah kemana. Dengan rasa kesal dan sedikit rasa takut ia menarik tangannya kembali.

"Siapa? Temanmu?" tanya pria itu kepada Alice.

Alice mengalihkan pandangannya, menyadari kehadiran Darren yang sudah berada di belakang tubuhnya. "Iya. Teman lama," jawab gadis itu dengan senyuman.

"Oh iya, kenalin dia Darren. Tunanganku." Dengan sangat percaya diri Alice mengenalkan Darren sebagai tunangannya. Ia hanya bermaksud untuk mengejutkan kedua orang di hadapannya.

Satu tangan melingkar tepat di pinggang Alice. Mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Matenya itu, membuat rasa bahagia dan keberaniannya muncul. Walaupun Ia tahu itu hanya permainan Alice sekarang.

Kedua mata Jesslyn terbuka lebar. Ia tidak menyangka sepupunya itu sangat beruntung. Keluar dari hutan terlarang hidup-hidup dan sekarang bertunangan dengan pria yang lebih tampan dan kaya dari pacarnya. 'Bagaimana cewek pembawa sial itu dapat mendapatkan itu semua?' tanya Jesslyn dalam batin.

"Kalau nggak ada yang mau dibicarakan lagi, gue pergi dulu, bay!" Selesai mengatakan itu, Alice segera beranjak dari sana dengan perasaan puas. Akhirnya ia dapat membungkam mulut sepupunya yang gila itu. Ia sangat senang sekarang.

"Mau kemana?" Langkah Alice terhenti. Menatap pria yang masih melingkarkan tangan di pinggangnya. "Pulang?" lanjutnya tak tahu tuhuan.

"Bagaimana kalau kita makan terlebih dahulu? Aku dengar, salah satu stand di sini menjual wafel yang sangat enak." Alice menganggukkan kepalanya. Sudah lama ia ta memakan wafel.


*****

Bel istirahat telah berbunyi lima menit yang lalu. Namun, Nesya dan Syakira masih berdiri di depan pintu toilet.

"Sudah?" tanya Syakira melihat sahabatnya itu keluar.

"Sudah," jawab Nesya singkat. Mereka pun segera bergegas ke kantin, membeli makanan untuk mengisi perut mereka.

Lebih dari lima menit berlalu, tapi bukannya sepi, kantin semakin ramai dengan siswa siswi yang kelaparan.

Hembusan napas berat terdengar dari hidung Nesya. Bukan karena antrean yang panjang. Melainkan kerena tiga cowok yang berdiri di sana. Siapa lagi kalau bukan Agas, Damar dan satu lagi cowok yang paling ia benci, Alvin.

"Kenapa? Ada Alvin ya?" tanya Syakira sedikit menggoda. Gadis itu adalah tempat Nesya untuk menceritakan kekesalahannya terhadap Alvin. "Udah, nggak papa. Ayo!" Dengan sedikit kuat, Syakira menarik lengan Nesya. Membuat sahabatnya itu berdiri tepat di belakang Alvin.

Gelak tawa terdengar. Alvin dan teman-temannya asik bercanda gurau di padatnya antrean. Sementara Nesya hanya diam. Mendengarkan suara cowok dihadapannya itu, membuatnya semakin kesal dan muak. Ingin rasanya ia cepat-cepat pergi dari sana.

"Au!" jerit Nesya tak bersuara. Pria di hadapannya itu menginjak salah satunya. Membuat kaki yang tidak bersalah miliknya berdenyut kesakitan.

Lima menit berlalu. Kini di tangan Nesya sudah terdapat sekantong makanan dan satu botol air mineral. Dengan perasan teramat kesal, gadis itu berjalan menuju kelas bersama Syakira.

"Kenapa asam amat tuh muka?" ledek Syakira melihat wajah Nesya. "Karena ketemu Alvin?" lanjut gadis itu menebak. Ia tahu, Nesya akan kesal jika bertemu dengan cowok itu entah apa penyebapnya.

You Are My Luna (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang