22. Peringatan

1.3K 124 8
                                    

Mobil menelusuri jalan malam yang sepi. Terdapat empat orang di dalam mobil. Namun, hanya suara mesin mobil yang terdengar.

"Darren!" Suara wanita itu berhasil membuat sang empu memalingkan pandangannya. "Tidak usah ke rumahku. Bawa aku bersamamu," lanjut gadis itu dengan setengah kesadaran.

"Baiklah," balas pria itu datar mengiyakan wanita yang tengah terduduk lemas di sampingnya. "Langsung ke pack house,"

"Baik, Alpha."

*****

Daun bergoyang dihempaskan angin. Cahaya matahari bersinar menembus celah-celah dedaunan. Suara gemricik air menambah suasana tenang. Seorang gadis duduk di bangku taman dengan buku di tangannya.

"Aunty-aunty!" Dengan kaki kecilnya, seorang anak laki-laki berlari mendekati gadis itu.

Gadis itu mengalihkan pandangan. "Hai, Sean! Kenapa kau bisa ada di sini?" Gadis itu meletakkan bukunya lalu mengangkat anak di hadapannya ke pangkuan.

"Sean!" teriak seorang wanita tak jauh dari sana. "Apa Sean mengganggumu? Anak ini, selalu saja pergi tanpa sepengetahuanku."

"Tidak, Sean tidak mengganggu sama sekali. Aku malah senang dia mau menemaniku." Alice mengangkat tubuh mungil Sean, menempatkan anak itu di atas pangkuan.

"Aku akan tinggal di sini beberapa hari. Ken ada urusan bisnis ke luar kota, Jadi aku akan tinggal disini untuk beberapa hari."

"Sebelum kemari aku melihat Anastasia. Apakah di sering ke sini?" Dengan kehati-hatian dan sedirit rasa ragu Keisya melontarkan pertanyaannya.

"Iya, tadi malam sepertinya dia menginap di sini." Alice melihatnya. Tengah malam Darren kembali membawa Tasya di kedua tangannya.

"Memangnya kenapa?" tanya Alice merendahkan nada bicaranya.

"Tidak. Tidak ada apa-apa," jawab Kesya cepat seolah menyembunyikan sesuatu. "Sean, ayo ikut mama. Jangan mengganggu tante Alice."

Anak laki-laki itu menatap ibunya dengan tatapan tidak inggin ikut. "Tak apa. Sean bisa bersamaku hari ini." Mendengar perkataan Alice, sean mengalihkan pandangannya di sertai dengan senyuman.

Keisya berdiri dari duduknya. "Baiklah. Aku titip Sean," ucapnya mengelus kepala Sean pelan lalu beranjak.

"Hai! Kau mau kemana?" Di dekapan Alice, Sean berusaha untuk keluar. Anak itu berusaha berdiri, sembari menatap bagain kursi yang kosong di samping Alice.

"Kau ingin duduk sendiri?" Alice menuruti anak laki-laki itu. Kini Sean telah duduk diam di sampingnya.

Alice kembali melanjutkan aktivitasnya. Buku-buku yang tengah ia baca sungguh menarik. Gadis itu tak puas bila tak menyelanjutkannya saat itu juga.

Detik demi detik berlalu. Alice samakin hanyut dalam cerita di bukunya. Hingga ia tak sadar anak laki-laki yang tadi duduk di sampingnya kini sudah tidak ada. Menyadari hal itu, Alice menutup bukunya dan menyapukan pandangannya ke segala arah.

"Sean!" dengan wajah yang tampak panic, Alice berusaha mencari Sean dengan tenang. Bagaimana bisa dia melupakan keberadaan Sean. Entah apa yang akan dia katakan jika terjadi apa-apa dengan anak itu.

Alice berjalan pelan mengitari kolam. Perasaan tenang langsung ia rasakan melihat anak laki-laki yang ia cari sudah berada di hadapannya. Anak itu berjongkok di samping kolam, melihat ikan ikan koi yang berenang bawah di sana.

"Ikan-ikan!" seru anak itu sembari memainkan salah satu tangan Sean dari permukaan air.

Tak merespon apapun, Sean mengusap-usap wajah dengan kedua lengannya. "Kau mengantuk? Baiklan, kita ke kamar sekarang."

You Are My Luna (Slow Update)Where stories live. Discover now