Musim 2 🍁 (Tulip merah dan melati putih)

64 4 3
                                    

Aku melihat kearah luar jendela rumah sakit, kilauan lampu-lampu gedung dan pertokoan nampak menambah suasana malam ini, langit sedikit mendung hanya menyisakan rasa dingin yang membuatku membungkus tubuhku dengan selimut rumah sakit yang tak terl...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku melihat kearah luar jendela rumah sakit, kilauan lampu-lampu gedung dan pertokoan nampak menambah suasana malam ini, langit sedikit mendung hanya menyisakan rasa dingin yang membuatku membungkus tubuhku dengan selimut rumah sakit yang tak terlalu tebal. Aku masih ingat terakhir kali aku melakukan hal yang sama di kostan bersama Winda dan Fatima, memandang kilauan lampu apartemen green city sambil meredam mimpi dan masa depan. Aku tak percaya aku kini melakukan hal yang sama meski ditempat yang berbeda.

Kalau memang sekarang 2020, lantas apa yang terjadi dengan Winda dan Fatima? Sudah lulus kuliah kah mereka sekarang? Bagaimana nasibnya setelah mereka lulus? Dan tinggal dimana sekarang aku sebelum kecelakaan dan koma selama dua hari.

Suara pintu dibuka membuatku mengalihkan pandanganku dari arah jendela, sepasang suami istri muncul bersama Mr. Nugraha, mereka nampak khawatir dan langsung berhambur menghampiriku dengan cepat.

"Bagaimana keadaanmu nak? Mana yang sakit?"

Aku hanya bingung dan mengalihkan pandanganku kearah Mr. Nugraha untuk mencari jawaban, lelaki itu langsung merangkul perempuan setengah baya itu seraya berkata.

"Ini mama Mel" ucap Mr. Nugraha singkat yang kuyakin tak bisa menjawab keherananku, mama siapa? Aku tidak mengenal wanita itu sebelumnya.

"Mama ini, mamanya Ghani yang berarti mama mertuamu nak..

Berhubung kamu masih belum ingat jadi tidak perlu dipaksakan, yang penting kamu sudah sadar saja sudah membuat mama, papa dan juga Ghani senang"

Aku memandang kedua orang tua itu dengan lekat dan seksama, bagaimana mungkin aku memiliki mertua sehangat dan sebaik ini? Sekali lagi aku hanya bisa memukul kepalaku yang mulai sedikit pusing saat mencoba berfikir.

"Sayang jangan lakukan itu..." Mr. Nugraha langsung meraih tanganku untuk berhenti memukuli kepalaku sendiri.

"Berhenti memanggilku sayang...

Kamu pikir kamu siapa? Kamu hanya seorang dosen yang memandang sebelah mata mahasiswanya tanpa mau melihat sisi lain yang dia lakukan.

Kamu hanya seorang yang dengan gampang mengucapkan sesuatu tanpa tahu pengorbanan apa yang orang lain lakukan dibaliknya"

Aku tertegun sesaat, aku sudah hilang akal dengan membentak lelaki itu didepan orangtuanya tanpa mempedulikan kondisiku saat ini. Aku hanya merasa capek dan ingin pulang ke kostan menemui Winda dan Fatima untuk bertanya bahwa, semua ini hanyalah mimpi.

Selanjutnya yang kulihat hanyalah tatapan sedih dari suami istri yang mengaku sebagai mertuaku itu, lalu mereka memutuskan keluar dari ruangan sambil sedikit terisak. Entah sedih mendengar aku membentak anaknya, atau sedih karena melihat kondisiku sekarang yang nampak seperti orang linglung.

Sekali lagi dengan sabar Mr. Nugraha menggenggam tanganku yang langsung aku tepis dengan kasar, namun tatapannya sama sekali tak ada kemarahan disana. Justru tatapan kasih dan sendu yang aku lihat, yang semakin membuatku sadar jika aku pasti sudah gila. Mana mungkin Mr. Nugraha mau memandangku dengan tatapan lembut seperti ini? Selama aku mengenalnya, hanya kemarahan dan tatapan sinis yang selalu menghiasi wajahnya.

Mantan DosenWhere stories live. Discover now