Musim 1 🍁 (Dia adalah dosen pembimbingku)

113 4 7
                                    

Namanya Ghani Nugraha, kami biasa memanggilnya Mr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya Ghani Nugraha, kami biasa memanggilnya Mr. Nugraha. Dia adalah dosen ekonomi makro di semester 4 lalu, pernah juga menjadi dosen produk jasa bank di semester 5. Umurnya diakhir 20 tahunan. Mungkin 28, mungkin juga 29. Yang pasti dia masih muda untuk dosen yang yang ada dikampus negeri dan favorit seperti kampusku.

Sewaktu mendapat kabar dari akademik bahwa mr. Nugraha yang akan menjadi dosen pembimbingku, aku langsung ciut seketika. Bagaimanapun aku masih sedikit dendam dengan dosen yang satu ini. Di semester 4 aku harus mengulang mata kuliah ekonomi makro dengan alasan keterlambatanku di kelasnya yang sudah melebihi batas maksimal, meski nilaiku 100 disemua ujiannya. Dia paling marah kalau ada mahasiswa yang terlambat di kelasnya, kuakui pada saat itu aku memang sering terlambat beberapa menit karena harus mengejar bus atau menunggu ojek online saat pulang dari mengajar les matematika sebelum masuk mata kuliahnya di jam 2 siang.

Abian, adalah murid lesku yang tiba-tiba merubah jadwal belajarnya tepat di semester 4, alasannya jadwal di kelas 3 SMA lebih padat yang membuatnya harus mendur beberapa jam dari jam biasanya. Sebenarnya jam masuk kelas Mr. Nugraha bertepatan dengan berakhirnya waktu mengajar, hanya saja butuh waktu untuk mencapai ke kelas dalam waktu 10 menit. Alhasil aku selalu telat beberapa menit di kelasnya yang membuatku harus mengulang di semester berikutnya.

Alasanku tidak bisa mundur dari mengajar les tentu saja karena biaya, aku butuh uang untuk membayar semester tahun ini. Uang beasiswa dari lembaga yang kuajukan beberapa tahun lalu selalu telat beberapa minggu, sementara itupun tidak cukup untuk membeli buku dan biaya studi lapangan. Benar-benar kehidupan kampus yang luar biasa, disaat yang lain bisa kongkow ke café setelah kelas berakhir, aku harus buru-buru ke toko fotokopi untuk bergantian dengan koh Aliong untuk menjaga tokonya. Atau dihari sabtu minggu menjaga toko laundry milik ibu kost, jadi aku sudah biasa mengerjakan jurnal sambil dikejar-kejar mahasiswa yang mau mengambil hasil fotokopi dan skripsi mereka.

Aku biasa kembali ke kostan setelah toko tutup jam 9 an, tinggal di lantai dua toko bersama kedua teman kamarku Winda dan Fatima, anak semester 2 dan 4 jurusan Akuntansi di kampus yang sama. Mereka biasanya tengah mengerjakan laporan keuangan saat aku tiba di kamar sambil membawa beberapa makanan untuk kubagi bersama. Kami menikmati makan malam tepat jam 10 sambil memandang kerlip lampu apartemen Green city dari atas balkon kost. Yaitu apartemen yang berdiri tak jauh dari kampus yang biasa digunakan oleh para mahasiswa kalangan atas sebagai tempat tinggal mereka, atau para pekerja yang kantornya tak jauh dari sekitaran Margonda. Biasanya para mahasiswa elit yang membawa mobil ke kampus yang menambah macet kota Depok di pagi dan sore hari, (padahal jarak dari apartemen dan kampus hanya beberapa kilo saja, bisa dilalui dengan jalan kaki atau naik ojek online).

"Mbak kok malah melamun sih, aku tanya...."

Aku mengerjapkan mataku sekilas, aku tengah melamun sambil masih memandang kelip lampu apartemen Green City. Mamandang balik Winda untuk memintanya mengulang pertanyaannya yang kuabaikan barusan.

Mantan DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang