ʀʏᴏᴍᴇɴ ꜱᴜᴋᴜɴᴀ

18.8K 2.3K 389
                                    

[Name] duduk dibawah pohon dipinggiran bukit. Matanya menerawang pemandangan dibawahnya, betapa indahnya.

Kembali kemasa lalu dimana [Name] berumur 6 tahun.

[Name] kecil berlari masuk kedalam hutan dibukit rendah dekat rumahnya. Matanya berbinar melihat apa dia temukan setelah masuk lebih dalam, sampai tidak sadar dia sudah diberada dibalik bukit. Hamparan ilalang menyambut, hembusan angin menerbangkan anak rambut hitamnya.

Dia berlarian diantara ilalang, yukata selutut yang tadinya bersih kini kotor terkena tanah dan debu. Tidak perduli ia menyukainya. Pandangannya tertuju pada seorang pria diatas pohon didekatnya. Penasaran, gadis kecil itu berlari kearahnya.

Dua matanya mengamati pria yang sedang memakan apel.

"Ada apa bocah?" Tanya pria diatas pohon.

"Paman, apa yang kau lakukan diatas? Cepat turun, paman nanti bisa jatuh!"

Orang yang disebut paman itu tertawa, lalu turun menghampiri gadis itu. Berjongkok di depannya kemudian menatap wajahnya.

"Wah paman punya empat mata, keren!" [Name] menyentuh wajahnya.

Dengan cepat pria itu melepaskan tangan gadis itu dari wajahnya, "Apa kau tidak takut? Bisa saja aku ini monster yang makan manusia."

"Tidak, paman keren! Paman juga kelihatan baik, jadi aku tidak takut."

"Siapa namamu?"

"Yamashita [Name], paman?"

" Panggil aku Sukuna, sedari tadi kau menatap apel ini, kau mau?"

[Name] mengangguk, Sukuna memberikan apel baru padanya. Dan gadis kecil itu menerima dengan senang hati.

[Name] berlarian diantara ilalang; tertawa, tersenyum, melambaikan tangan kepada Sukuna yang sedang mengawasinya dibawah pohon. Tangan mungilnya berusaha menutup cahaya matahari yang mengenai wajahnya, tetapi tidak lama gadis itu kelelahan dan berlari duduk dipangkuan Sukuna.

Dahi Sukuna membentuk kerutan, bingung dengan anak perempuan ini. Tetapi dia hanya diam, menepuk-nepuk puncak kepalanya sampai [Name] tertidur.

Kebersamaan mereka bedua berlanjut sampai usia [Name] menginjak delapan tahun. Dia sering pergi bermain dengan Sukuna dibelakang bukit bermain dihamparan ilalang. Aktivitas yang menurut gadis kecil itu menyenangkan. Jiwa-jiwa berpetualang sedang meluap-lupa, dengan adanya Sukuna dia merasa memiliki teman yang bisa diajaknya bermain menelusuri bukit rendah itu. Sepertinya juga Sukuna menikmati kebersamaan mereka, seperti memiliki seorang anak, pikirnya.

"Paman, aku sekarang berusia delapan tahun. Apa aku sudah bisa disebut dewasa?"

Sukuna tertawa keras, "Kau membuatku tertawa bocah."

"Bagaimana cara menjadi dewasa? Niisan bilang padaku untuk menjadi dewasa harus menikah."

Sukuna makin tertawa keras mendengar apa yang dikatakan bocah disebelahnya. "Kalau begitu aku akan menikah dengan paman agar bisa dipanggil dewasa!" Lanjut [Name] berapi-api khas anak-anak pada umumnya.

Dia terkejut, Sukuna sedikit tersipu mendengar perkataan gadis ini. Ia menatap [Name] yang mulai mengucek kedua matanya dan mulai menguap. Sukuna menepuk-nepuk rerumputan disebelahnya, dengan gerakan lambat anak itu tertidur disebelahnya dengan tangan Sukuna sebagai bantalan kepalanya.

[Name] berlari ketempat biasa untuk menemui Sukuna. Gadis itu akan mengucapkan salam perpisahan pada Sukuna. Karena hari ini dia akan pindah ke Kota bersama keluarganya.

Dia mendongak menatap pohon. Tidak ada, dia berlari masuk kedalam ilalang, bisa saja jika Sukuna itu bersembunyi disana. Tidak ada juga.

Wajah yang biasanya ceria kini menjadi murung. Dia mungkin tidak akan bertemu dengan Sukuna lagi, tidak bisa mengucapkan salam perpisahan kepada teman bermainnya.

Dengan berat hati ia berjalan turun bukit. Wajah sedihnya tak bisa ia tutupi. Terlihat jelas kecewa karena teman satu-satunya tiba-tiba menghilang.

Dibalik pohon yang berada jauh dibelakang, Sukuna menatap gadis kecil itu berlari turun. Dengan ekspresi sedihnya Sukuna berbalik dan kembali ketempatnya, dibawah pohon dibelakang bukit.

Kembali kemasa sekarang.

[Name] merasakan suatu dorongan untuk pergi ketempatnya bermain dulu. Dengan cepat dia bangkit dari posisi duduknya. Kakinya berlari masuk kedalam hutan. Dadanya yang terasa sesak ia abaikan, yang ada dipikiran dan hatinya ia pasti akan bertemu lagi dengannya.

Beberapa kali ia terjatuh, celana jeansnya kotor terkena tanah basah. Begitupun juga dengan bajunya, sekali lagi dia bangkit dan berlari.

Sampailah dia dibalik bukit dengan pemandangan yang masih sama. Tumbuhan ilalang disana dan juga bunga-bunga lainnya. Dia berlari kearah ilalang dan berdiri ditengah-tengahnya. Kedua matanya menatap keseluruh wilayah itu, kedua matanya mulai berair. Matanya mulai kabur karena air mata yang tiba-tiba saja keluar.

Dia menatap pohon yang menjadi tempatnya tidur; bermain, bersendau gurau bersama Sukuna. Hatinya menghangat, kakinya seakan ditarik. Ia berlari lagi kepohon itu.

Kali ini dia menemukannya, Ryomen Sukuna. Dia menemukan teman masa kecilnya lagi, seorang raja kutukan yang selalu menemaninya dari kecil.

Tangannya memegang lengan kirinya yang terasa nyeri, pandangan matanya tertutup air mata yang mulai keluar membasahi pipinya.

"Aku menemukanmu...hiks," dia mulai terisak, air matanya sudah mengalir deras.

Sukuna membuka matanya, mendudukkan diri. Menatap gadis kotor dengan luka goresan di lengannya. Mengingat kembali kenangannya yang lalu.

"[Name]..."

Gadis itu mengangguk, berjalan kearah Sukuna. Ketika ia berada didepan Sukuna, dia langsung memeluk erat pria yang sama sekali tak menua itu, masih terlihat sama seperti ketika ia bertemu dengannya. Hidup dalam keabadian.

"Aku menemukanmu Sukuna...aku menemukanmu, aku merindukanmu..."

[Name] meremas kimono Sukuna erat, ia benar-benar merindukan Sukuna. Ia menyadarinya saat mulai dewasa, alasan kenapa dia menunggu lama hanya untuk bertemu dengan Sukuna lagi. Karena ia memang mencintainya.

Sukuna membalas pelukan [Name], ia juga menunggu bertahun-tahun untuk bisa bertemu dengan gadis kecil yang dulu membuatnya tersipu karena candaannya ini.

"Bocah kenapa kau sekarang jadi cengeng?"

"Berhenti menyebutku bocah, aku sudah dewasa. Dasar kutukan menyebalkan!"

Sukuna tertawa, lalu menenggelamkan wajahnya dipundak gadis itu. Menghirup aroma parfum yang gadis ini gunakan, membiarkannya menjadi candunya.

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐖𝐇𝐄𝐄𝐋 | 𝐉𝐮𝐣𝐮𝐭𝐬𝐮 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang