Alergi

28.4K 2.9K 265
                                    


"Devan kamu harus tanggung jawab!" Ujar Velin sebelum kemudian menyusul suaminya yang tengah membopong Devina menuju mobil. Semua orang kini tengah berdiri di teras rumah mengiringi kepergian Devina yang tadi pingsan.

Devan, Bram, Farina, Selena dan juga Sarah menatap kepergian Devina dengan tatapan macam-macam. Tapi yang jelas, Sarah ingin segera mencakar-cakar wajah tampan Devan.

"Devan jelasin sama papah." Ujar Bram kemudian masuk ke rumah disusul Farina dan Selena

"Pak!" geram Sarah mencekal tangan Devan yang hendak memasuki rumah. Devan menoleh. Menatap Sarah dan juga tangannya bergantian mengkode agar Sarah segera melepaskan tangannya

"Saya gak mau tahu pokoknya bapak jelasin yang sebenarnya dan juga saya bukan istri bapak dan ga akan pernah jadi istri bapak titik!"

Devan hanya mengerutkan keningnya. Ia kemudian masuk menyusul Sarah dan yang lainnya. Kini, mereka duduk berhadapan dengan Sarah yang seakan siap menerkam Devan kapan saja saat wanita itu mau.

"Sarah beneran hamil?" tanya Bram.

Devan berdehem "Itu... "

"Nggak pak!" potong Sarah cepat. "Bapak jangan salah paham saya gak hamil."

"Saya malah seneng kalo kamu beneran hamil." Bram terkekeh. Sarah menjatuhkan rahangnya tak habis pikir. Senang gundulmu. Bisa-bisa kalau terjadi Sarah akan di damprat dari rumah kedua orang tuanya itu.

"Terus gimana kalo keluarga Anggara tahu kakak boongin mereka?" tanya Selena khawatir. Sejak tadi dia hanya menyimak kejadian demi kejadian.

"Emang harus gimana?" tanya Devan balik. "Kalo pun Sarah gak hamil kakak juga bakalan tolak perjodohan ini."

"Hmm." Farina menganggukan kepalanya pelan. Sedang berpikir. "Lebih baik lagi kalau Sarah beneran hamil."

"Setuju" ujar Bram yang langsung membuat Sarah membulatkan matanya lebar. Apa keluarga bosnya itu tak merasa punya dosa dengannya? Seenaknya berbicara seperti itu "Devan kamu hamili saja Sarah."

"WHAT?!"
-

"Pak! Bapak harus tanggung jawab!"

Sekarang mereka tengah duduk di dalam mobil dengan Devan yang menyetir. Setelah lontaran konyol yang orang tua Devan berikan, Sarah benar-benar merasakan kepalanya berdenyut.

"Saya pasti tanggung jawab," ujar Devan. "Besok keluarga saya bakalan ngelamar kamu."

"Bukan itu maksud saya!"

"Kamu maunya apa sih Sarah? Kamu suruh saya tanggung jawab kan? Yaudah ini saya mau tanggung jawab."

Bertepatan dengan ucapannya itu. Mereka baru saja sampai di perusahaan Devan. Keduanya masih terlihat enggan untuk turun karena perbincangan yang memang belum selesai. Diluar sepengetahuan keduanya, seorang wanita cantik rupanya terlihat sedang berdiri lalu menghampiri mobil Devan yang baru saja berhenti.

Tok

Tok

Tok

Devan menoleh kala kaca mobilnya itu diketuk dari luar.

"Kenapa?" tanya Devan setelah menurunkan kaca mobilnya.

"Keluar dulu dong aku mau nunjukin sesuatu."

"Saya masih sibuk." Ujar Devan kemudian menutup kembali kaca mobilnya.

"Jadi maunya apa?" tanya Devan menatap Sarah yang justru sekarang sibuk menatap keluar jendela.

"Itu... "

Tok

Tok

Tok

STRANGE BOSS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang