DUA PULUH TIGA

27 4 0
                                    

Seperti pagi-pagi sebelumnya, pagi ini Azkia sudah kembali bersiap untuk pergi ke Restorannya. Di hari Minggu seperti ini, Restorannya akan mendapatkan banyak sekali pengunjung dan untungnya saja, Azkia libur Kuliah. Hal itu tentu saja dimanfaatkan dengan sebaik mungkin baginya untuk menghabiskan waktu bekerja di Restoran sederhananya ini.

Kondisi Rizki yang sudah membaik, membuatnya kembali melakukan rutinitas biasanya, yakni mengantar jemput Azkia. Sementara Andre, terkadang ia menggunakan waktu senggang untuk bekerja sampingan. Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi, apabila Fathimah mengizinkan Andre untuk mengantar-jemput sang adik. Tetapi batinnya masih belum bisa menerima Andre dengan sepenuh hati. Tentu cukup sulit bagi seorang Ibu menerima anak suaminya sendiri, tetapi dari wanita lain.

"Kia," sapa Rizki di dalam mobil.

"Iya, Mas."

"Sebenarnya udah mau tanya dari dulu, sih. Cuma ngerasa gak enak."

"Aku kurang paham, Mas. Gak enak kenapa?"

"Hmm ... kenapa Tante Fathimah gak bolehin kamu diantar sama Andre? Setahu Mas Rizki, dulu waktu kecil, kan, kalian itu dekat banget, kemana-mana bareng, ya ... gimana, ya? Sekarang, Mas Rizki ngerasa kalian itu seperti dijauhkan."

Azkia mengernyitkan dahinya, berusaha memutar otaknya untuk mengingat segala yang telah dilalui. Dan ternyata, memang ada benarnya yang dikatakan Rizki. Ia seperti dijauhkan dari Kakaknya sendiri.

"Kia," panggil Rizki menyadarkan Azkia kembali.

"Mungkin itu cuma perasaan Mas Rizki aja. Tapi nanti, mungkin aku bakal coba tanya sama orang rumah. Karena emang benar sih, sekarang Mama sering ngelarang Kia buat kemana-mana bareng Abang."

"Iya, memang harusnya kamu coba bicarakan, sih. Siapa tahu memang ada masalah, kan? Ya, kalaupun niatnya itu memang masalahnya disembunyikan dari kamu, ya coba tanya pelan-pelan, kenapa harus ada rahasia diantara keluarga? Apalagi, kalau misalkan itu masalah besar. Ya, mau bagaimanapun juga semua anggota keluarga itu harus tahu menurut Mas Rizki. Toh, kamu juga udah bisa dibilang cukup umurlah untuk memahami masalah, cara menyikapinya kayak gimana kamu juga insya Allah, udah tahu," papar Rizki panjang lebar selama di perjalanan menuju Restoran.

Azkia hanya terdiam mendengarkan. Ia bahkan merasa, memang ada suatu masalah yang mengganjal di sini. Melihat, keharmonisan dan kedekatan antara Andre dan Fathimah terbilang retak dan ada celah diantara keduanya, yang tentunya berusaha disembunyikan sebaik mungkin. Sudah lama Azkia merasakan hal ini, namun seperti tidak ada yang mengerti perasaannya membuatnya bungkam dan memendam berbagai pertanyaan yang ada begitu dalam di hatinya. Dan untuk sekarang, ia mendapatkan seseorang yang mampu mengutarakan kegundahan dalam hatinya selama ini, dan itu cukup membuat Azkia bisa bernapas lega dan melonggarkan dadanya.

Setelah waktu yang cukup lama, akhirnya Azkia sampai di Restoran. Azkiapun turun dari mobil, namun sebelumnya ia pasti akan mengucapkan terima kasih. Walaupun kata itu selalu ia ucapkan setiap kali diantar-jemput oleh Rizki, namun tetap saja, Azkia pasti akan tetap mengucapkan untuk kesekian kali, lagi, lagi, dan lagi.

Mobil yang ditumpanginya tadipun kembali melesat di jalanan Kota Bandung. Melihatnya perlahan hilang termakan jarak, membuat Azkia memutar badannya dan mulai melangkah memasuki Restoran. Dan lihatlah! Restorannya sudah dibuka, tentu saja oleh sang partner, Maya.

"Assalamu'alaikum, Mbak Maya."

"Wa'alaikumussalam," nampak Maya yang tengah membersihkan area Restoran agar tak hanya terlihat rapi dari luar, namun juga bersih di dalam.

"Udah dari tadi, Mbak?" tanya Azkia sembari meletakkan tasnya di atas meja kasir.

"Hmm ... gak juga, sih."

Hijrah Cinta [Hiatus]Where stories live. Discover now