halitau ㅡ two

5.1K 525 118
                                    

041220

taufan tengah menonton televisi saat otaknya kembali mengingat kejadian kemarin

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

taufan tengah menonton televisi saat otaknya kembali mengingat kejadian kemarin. "MAMIIIIII!!!" teriak taufan.

maminya yang tengah menyapu lantai ruang tamu menyahut dengan teriakan yang tak kalah keras. membuat taufan sedikit meringis memegangi telinganya. "untung nggak berdarah telingaku."

"mami ada bahan dapur yang abis atau gimana gitu?" tanya taufan.

"enggak ada."

"mami ga mau beli teh sama kopi? biasanya, kan, papi maniak kopi sama teh. takut kurang." kata taufan lagi.

"kenapa, sih? tumben kamu nawarin diri buat beli barang?" tanya maminya sembari berkacak pinggang.

"aku gabut, mam. lagian mau ngapel kakak ganteng." maminya merotasikan matanya.

"cucunya itu, ya? mami tadi lihat dia. emang ganteng, sih." kata maminya sembari melanjutkan kegiatan menyapu.

"jadi mami restuin aku sama dia?" sebuah bantal mendarat dengan tepat di muka taufan, membuat taufan cemberut.

"sejak kapan mami restuin kamu sama dia? lagian emang dia mau sama kamu kalo kamu aja bentukannya kayak cinderbabu gini?" sekarang taufan sedang memakai baju partai dan celana setinggi lutut. rambut acak-acakan dan muka bantal karena belum mandi sedari pagi.

"alah, jangan dijelasin juga aku dah tau." kata taufan.

"kalo dah tau, tuh, mandi! anak perjaka baunya kayak got depan rumah. sana mandi!" akhirnya taufan mengalah.

"aku tidak kuat dengan pembullyan ini." dramatis seperti biasanya.

lima belas menit taufan berkutat dengan acara mandinya, kini dia sudah memakai hoodie yang cukup besar dan celana yang sebenarnya sedikit menyeret. setelan itu milik ayahnya. taufan mempunyai kebiasaan yang susah hilang, yaitu memakai pakaian ayahnya.

entah, itu hobi yang merangkap menjadi kebiasaan katanya.

"mam, taufan mau beli es krim dulu."

"mami mau, yang rasa coklat, ya. awas kalo mencair, mama loakin kamu!" kata maminya sembari memberikan uang dua puluh ribu.

"kalau nggak ada es krim coklat? soalnya es krim coklat pakcik kumar, kan, terkenal banget."

"yaudah, nggak usah kalo ga ada. ambil semua uangnya." kata maminya sembari melanjutkan kegiatannya.

dalam hati taufan berkata, "ya ampun, ga sia-sia semalem ritual penyembahan sama sekte kochenk oren."

taufan keluar dari rumahnya dan berjalan dengan santai. "kak upaan!"

"hai, thorn!" sapa taufan pada tetangganya.

"kak upan mau kemana?"

"mau beli es krim. kamu mau ikut?" thorn mengangguk antusias.

"aku emang mau beli es krim juga. kata bunda, aku lebih baik main keluar daripada di rumah kerjaannya ngotorin, doang." siapa yang satu server dengan thorn?

keduanya bercengkrama sembari berjalan ke arah taman yang tidak jauh darisana. ada berbagai makanan dan minuman yang dijual disana. salah satunya adalah special hot chocolate legendaris tok aba.

setelah sampai disana, taufan dan thorn segera berjalan ke kedai es krim yang ternyata sekarang sedang dijaga oleh sahabat mereka, gopal.

"pal, es krim coklat masih ada?" tanya taufan pada gopal yang asyik bermain game.

"lah, barusan abis. kurang gercep." jawaban gopal membuat taufan dan thorn menghela nafas.

"yaudah, es krim strawberry aja." pesan taufan.

"aku matcha aja, kak!" pesan thorn.

"kamu, tuh, udah hijau-hijau, pesenannya juga hijau. mau cosplay jadi pohon pisang?" tanya taufan dan digelengi oleh thorn.

"mana ada, kak! aku, kan, emang suka warna hijau. soalnya sejuk aja kalau dilihat." taufan hanya menganggukkan kepalanya. tidak terlalu peduli, toh, tidak ada kontribusi dalam hidupnya.

"awas, pake baju hijau ntar disukai sama nyi roro kidul." kata gopal.

"sendirinya juga pake baju hijau." tunjuk thorn pada gopal yang memakai kaus berwarna hijau.

taufan yang tidak tertarik dengan bahasan mereka memilih untuk mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "bukannya itu..."

"nih, ngelamun terus!" kata gopal membuyarkan lamunan taufan.

"hehe. nih, uangnya."

warung depan

taufan berjalan mendekati seseorang yang baru dia temui kemarin. seseorang bermata merah. sepertinya dia baru saja selesai berolahraga. keringatnya tidak berhenti mengalir dari dahinya sampai ke leher, membuat taufan mati-matian menahan teriakannya.

"hai!" sapa taufan setelah berada dekat dengan orang itu. "aku ada minuman, kamu nggak bawa minuman, kan?" tanya taufan sembari menyodorkan sebotol air mineral yang baru saja dia beli di minimarket terdekat.

"makasih." katanya sembari menyambut air mineral taufan.

"habis olahraga?"

"iya." taufan sedikit kewalahan dengan seseorang ini. taufan ingin menjadi lebih dekat dengan orang ini, tetapi orang ini seperti memberi batasan pada taufan.

"oiya, namamu siapa, sih?"

"halilintar." taufan mengangguk-angguk.

"aku taufan." kata taufan, lalu dia melihat ekspresi muka halilintar yang seperti "gue ga nanya nama lo."

karena taufan merasa tidak nyaman, akhirnya dia pamit pulang. "harus coba lagi kapan-kapan!" katanya dalam hati dengan mantap.

"fan!" panggilan itu membuat taufan membalikkan badannya. benar, itu halilintar yang memanggilnya.

dengan masih mengatur nafas dan ekspresi muka, taufan membalikkan badannya. "iya?"

"pasti mau minta id line!"

"kemarin... uangmu kurang dua ribu." dua-duanya diam. lalu muka taufan berubah menjadi merah.

"oh, iya? duh, maaf, ya. aku jarang beli bahan disana, makanya ga tau. besok aku kasihin uangnya. ini es krim mamiku udah mau mencair. bye, halilintar." kata taufan terburu-buru.

"tapi, es krimnya tinggal cone, doang." gumam halilintar.

bersambung.

𝘄𝗮𝗿𝘂𝗻𝗴 𝗱𝗲𝗽𝗮𝗻ㅡ#𝘩𝘢𝘭𝘪𝘵𝘢𝘶 🕊Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin