11.

21.1K 1.9K 112
                                    

"Ish kak lepasin!"

"Bicara dengan nada tinggi lagi, kakak pastikan akan menambah hukumanku baby" Ancam Austin yang membuat Darel mengumpat.

Perasaan dia hanya Berbohong untuk masalah kecil, Tapi dia sudah di hukum? kenapa semau kelaurganya alay! Cekek dia sekarang cekek.

Sekarang dia harus menerima hukuman yang di berikan Austin di rantai di tempat tidur yang ada di dalam ruangan milik Austin. Di Rantai oyyy di Rantaii!!.

Berbohong saja dia di Rantai gimana kalo kesalahan yang lain, Astagfirullah lama lama Darel gadaikan saja nih kakaknya.

Memang untuk ruangan Austin sendiri lengkap dengan fasilitas yang memadahi. Kamar mandi, bahkan ada dapur, jangan lupakan ruangan untuk Austin istirahat yang sekarang menjadi tempat di mana darel di rantai. jika di lihat lagi ini seperti apartemen mini yang mewah.

"Kak janji deh ga bohong lagi "pinta darel dengan puppy eyes nya. Sedari tadi dia mencoba  agar Kakaknya ini melepasnya, tapi tak ada yag mempan.

Sementara Austin sudah tak tahan dengan wajah menggemaskan adiknya itu namun, dia tak akan goyah dia tak mau adiknya berbohong meski itu hal yang kecil.

"Kalau begitu nikmati hukumanku baby kakak akan melanjutkan kerjaan kakak" ucap Austin lalu beranjak pergi keluar kamar.

"Oy kak lepas dulu oyy!" Darel memanggil kakaknya, tapi Austin tetap Austin. Dia seolah tuli melanjutkan langkahnya.

" Punya kakak laknat amat. ini gimana ceritanya gw di Rantai kek gini, Di kiranya gw sapi yang mau di kurban" gerutu darel. Lama-Lama dia gadaikan saja kakaknya tuh, oh sekalian saja sama Daddy-nya biar sepaket.

Tapi darel urungkan dia tak mau jadi anak durjana.

Ya ampun udah kek narapidana dia, Duh kesel juga kalo punya keluarga protektif. Sayang sih sayang tapi salah dikit di hukum. Emang yah Orang tampan banyak cobaannya, Jadi Darel hanya harus sabar.

Serasa lelah menggerutu, Darel memutuskan untuk tidur. Lagipula tak ada yang bisa di lakukan nya selain tidur ck.

_________________

Memijit pelan kerutan di dahinya. Austin menghela nafas dia sangat marah saat mengetahuj jalang itu menampar adiknya.

Bahkan keluarga maupun dirinya, tak pernah main tangan atau fisik pada Darel. dengan seenak dada datarnya jalang itu menyakiti adiknya, jangan harap dia hidup tenang.

Tak seperti yang lainnya, Austin lebih suka menyiksa lawan perlahan dengan cara merusak nya dari mental  hingga berujung gila atau pun bunuh diri.

Austin menghela nafas pelan dia harus menyelesaikan dokumen yang menumpuk di depannya. Sebenarnya bisa saja dia menyuruh asistennya, tapi entah kenapa hari ini dia semangat untuk mengerjakannya sendiri.

Setelah  beberapa saat akhirnya austin selesai dengan dokumen nya.  lalu ia beranjak menuju kamarnya.

Dilihatnya darel yang sedang terlelap. Austin tersenyum, lelahnya seperti terangkat melihat wajah damai adiknya dan bibir plum yang sedang bergerak seperti mencari sesuatu.

Austin menyentuh pipi gembul darel. mengelus sayang pipi berisi itu, namun  saat jari kelingking Austin tak sengaja berada di sudut bibir darel.  dirinya kaget saat melihat darel melahap jari kelingkingnya dan mengemutnya.

Austin tak bisa tak menahan senyum saat melihat jarinya di hisap rakus oleh adiknya. namun segera di tarik pelan karna takut ada kuman dan bakteri yang berada di jarinya.

Dan itu membuat darel bergerak gelisah mencari sesuatu. karna serasa tak menemukannya darel mengemut jarinya sendiri.

Sungguh kebiasaan yang membuat orang yang melihatnya menahan gemas.

Darel ✔ Where stories live. Discover now