14 - Mata-Mata Harimu

3.5K 279 2
                                    

Suasana di meja makan kediaman keluarga kecil Pratama terasa sangat tenang. Makanan di piring masing-masing pun sudah habis. Makan siang kali ini terasa berbeda, karena anggota keluarga lengkap memenuhi meja makan.

"Ma, Pa, Kirana mau minta izin. Nanti sore boleh ngga Kirana jalan-jalan sama Devi? Bete banget liburan di rumah terus." Kata Kirana.

"Mau jalan kemana?" Tanya Papa Kirana.

"Hm, kalo diizinin sih ke yang dekat-dekat aja Pa, paling nonton di Mall."

"Sama siapa aja?"

"Sama Devi doang, kok. Gimana? Boleh ya Pa. Please." Pinta Kirana sambil menyatukan kedua telapak tangannya.

"Tanya aja sama Mamamu."

Kirana kini beralih menatap Mamanya.

"Ma, ya-ya-yaa."

Dita terlihat seperti sedang menimang-nimang keputusan.

"Ngga usah belanja, pulang sebelum jam 8. Paham?"

"YES! Thank you so much Ma, Pa."

Kirana pun tersenyum dengan lebar. Sangat berbanding terbalik dengan Karen, adiknya yang memberengut kesal.

"Kak Kirana aja dibolehin jalan-jalan, aku mah boro-boro." Ketus Karen.

"Kamu masih kecil ya, baru masuk SMP. Bahaya." Kata Kirana.

"Terus aja, tinggi aku udah 152 sentimeter, jadi aku bukan anak kecil lagi." Sahut Karen.

"Anak gede itu kalo malam-malam mau ke kamar mandi, ngga pernah minta dianterin." Timpa Kirana.

Kirana dan Karen adalah saudara bak musuh. Dan hanya ada satu jurus andalan Karen.

"Ma, Kak Kirana tuh Ma. Ngajak ribut terus." Karen mengadukan Kirana kepada Dita. Sedangkan Dita hanya bisa menghembuskan napasnya kasar.

"Udah-udah, kalian bisa ngga sih sehari ngga ribut. Pusing kepala Mama." Kata Dita dengan nada yang cukup tinggi.

Seketika suasana meja makan itu sangat senyap. Hanya terdengar helaan napas masing-masing.

"Kirana minta maaf Ma."

"Karen juga minta maaf Ma."

Dita tetap diam.

"Udah, sekarang kalian nyuci piring. Biar Papa yang ngerayu macan." Kini suara Papa Kirana yang mendominasi.

"Terimakasih, Pa." Ucap Kirana dan Karen bersamaan. Setelah itu, mereka segera mengambil piring-piring kotor dan pergi ke arah wastafel dekat dapur.

Kini hanya tersisa Dita dan suaminya. Dita menatap tajam suaminya.

"Macan kan artinya Mama Cantik."

"Ngga usah gombal." Dita berbicara seketus yang ia bisa. Tapi tetap saja, lengkung senyum di bibirnya tidak dapat menipu bahwa ia sangat menyukai gombalan yang diberikan suaminya.

"Jadi makin sayang deh."

"Ah Papa mah, padahal tadi Mama mau ngasih sedikit pelajaran buat duo K itu." Dita mencebikkan bibirnya.

"Lain kali aja Ma, pasti Papa bantu."

*

Sang surya pun sedikit demi sedikit mulai turun. Jam analog di nakas pun sudah menunjukkan angka 16:00. Kirana juga sudah siap dengan kaos putih oversize yang dimasukkan ke dalam celana kulot jeans bewarna biru muda, tak lupa sneakers putih dan sling bag hitam andalannya.

"hape, dompet udah masuk. Oke siap!"

Kirana pun turun dan menemui Devi yang sudah sampai sepuluh menit yang lalu.

Pengagum RahasiamuWhere stories live. Discover now