23 - The Unknown Feeling

3K 222 0
                                    

Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Dua minggu lagi acara wisuda akan dilaksanakan. Satu bulan setengah adalah waktu yang dibutuhkan untuk Sean menyelesaikan skripsinya. Dengan ajaib dan kekuatan yang datang entah darimana, Sean bisa dengan lancar mengerjakan sisa skripsinya tanpa revisi. Bukan hanya Sean yang bingung, bahkan dosbingnya pun sama bingungnya. Sean yang selalu bolak-balik mencarinya untuk revisi, sudah berganti menjadi Sean yang sibuk mencarinya untuk bimbingan bab lanjutan.

Sedangkan Sean sendiri merasa bahwa mood nya akhir-akhir ini sangat bagus, bahkan tak jarang ia kedapatan senyum-senyum sendiri tanpa alasan.

Menakutkan.

Saat ini Sean sedang menunggu giliran untuk sidang. Proses yang sangat cepat dan singkat memang, hingga ia bisa sidang bersamaan dengan Dodit si kutu buku yang memiliki otak encer. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Sean bukan tipe anak yang tidak pintar, hanya saja ia sempat kehilangan arah dan menjadi pemalas untuk awal-awal waktu. Tapi sekarang, ia sudah kembali ke Sean yang semula. Hanya saja tidak se-ambis ketika dia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

"Sean Adhi Pramono."

Begitu mendengar namanya dipanggil ia segera beranjak dari duduknya dan menatap Dodit lama.

"Doain gue ya Dit."

Dodit hanya menganggukkan kepalanya dan mengepalkan tangannya ke atas memberikan semangat kepada Sean.

Setelah menenangkan degup jantungnya dan memberikan semangat kepada dirinya sendiri, Sean memasuki ruang sidang dan memulai semuanya.

—hi, maaf kalau aku rada ngarang di bagian ini. Aku ngga tau pasti urutannya sidang dulu apa gimana. Hihi🙂

*

"Ra, kalo gue liat-liat, Jack kayanya suka sama lo deh." Kata Ayu dengan suara pelan dan gerak bibir yang sedatar mungkin.

Kirana pun dengan refleks melirik malas ke arah Ayu, setelah gadis itu melontarkan topik pembicaraan yang sedikit absurd. Tidak, yang benar; sangat-sangat absurd.

"Lo ngomong apa sih. Ngga usah ngaco." Jujur saja, Kirana masih trauma dengan masalah asmaranya. Makanya selama ini, dia berusaha untuk tidak memiliki hubungan khusus dengan laki-laki manapun. Terkecuali Yamada. Itu pun dalam konteks pertemanan.

"Ih, gue serius. Jujur aja nih ya, sebenernya orang yang suka nitipin surat ke lo itu si Jack." Lanjut Ayu sembari mengarahkan dagunya ke ujung perpustakaan seakan menyuruh Kirana untuk mengikuti arah pandangnya.

Setelah mengikuti arah pandang Ayu, bertepatan dengan itu pandangan mata antara gadis gempal dan pria bernetra biru itu saling bertemu. Membuat Kirana segera memutus arah pandangannya dan beralih menatap Ayu lagi.

Sudah hampir satu tahun ini ia memang sering menerima beberapa surat misterius. Tak hanya itu, ia juga sempat beberapa kali menerima coklat dan minuman dingin di laci mejanya.

"Serius? Tau dari mana lo?" Selidik Kirana ke Ayu. Memang jika di situasi saat ini mereka berdua merasa bersyukur karena tidak ada yang mengerti bahasa mereka, kecuali Yamada dan karyawan di restoran milik Pak Panji.

"Gue sempet mergokin dia beberapa kali nyuruh Kimi buat naro surat itu di meja lo."

"Tapi kenapa gue coba? Salah orang kali dia." Kirana tetap berusaha untuk menampik kenyataan.

Jelas-jelas amplop surat tersebut selalu tertulis For : Kirana , serta isi surat yang sesuai dengan keseharian gadis tersebut. Benar-benar seperti pengagum rahasia. Tapi, ini memiliki kesan terlalu berani dan berlebihan bila diukur dari masa lalu Kirana yang pernah menjadi pengagum rahasia juga. Dulu paling ekstrim, ia hanya berani melihat idolanya dari balik dinding perpustakaan. Memang siapa idolanya? Entahlah, Kirana sangat malas untuk kembali membahas manusia astral satu itu.

Tapi tidak bisa menampik, sekarang dirinya mendadak bernostalgia di dalam pikirannya sendiri. Ingatan-ingatan lama itu mulai terputar di kepalanya. Khayalan berujung indah, telah musnah. Rasa yang terpendam mendadak meluap kala tersiksa. Sejujurnya, masih ada sedikit ruang untuk pria itu di dalam relung hatinya. Namun, ia berusaha untuk mengabaikannya. Mengabaikan setiap malamnya yang terisi oleh mimpi tentang pria yang sudah memberinya cincin itu. Cincin yang melingkar manis di jari tengahnya, mengingat ukuran jarinya yang sedikit menyusut karena berat badannya yang juga sedikit menurun.

"Oh ya, kalo misalnya dia suka lo beneran, terima aja kali Ra, lumayan Mama lo dapet mantu orang Perancis."

Kirana mendelikkan matanya tajam ke arah Ayu. Lagi dan lagi, bisa-bisanya gadis itu melontarkan kalimat yang tak terduga.

"Iya-iya ampun. Tau deh yang masih gagal move on." Lagi, lagi dan lagi Ayu mencari masalah.

"Ayu! jangan bikin gue diemin lo lagi ya!"

"Iya-iya maaf-maaf. Janji ngga ulang lagi."

———————— * * * ————————

Hi, sebelumnya aku mau minta maaf banget karena udah menghilang buat beberapa waktu.

Dan juga, terima kasih karena aku juga kaget ngeliat reads nya yang udah mencapai 1000+ 😭✨

Jujur, ini cerita ter-niat aku sejauh ini. *i want to cryy

Inhale exhale,
Okay, intinya terima kasih banyak atas eksistensi kalian, aku ngga akan sampai sini kalau bukan karena dukungan kalian😊💛

Sehat-sehat ya dimanapun kalian berada. Jangan lupa untuk tetap mematuhi protokol kesehatan.

Luvv,
Azliana Astari🍯

Pengagum RahasiamuWhere stories live. Discover now