03 - Kantin

4.4K 371 0
                                    

Setelah pertemuan malam itu, David semakin gencar mendekati Kirana. Kirana sendiri tidak terlalu mengindahkan pesan-pesan David di handphone-nya.

Seperti saat ini, pesan masuk dari David sudah ada 30 pesan. Benar-benar mengganggu. Kirana langsung mematikan daya ponselnya menghindari David yang terlalu berlebihan menghubunginya.

"Ra, ada apa? Kok lo keliatan bete banget." Tanya Devi yang mengamati perubahan mood Kirana.

"Ngga apa-apa kok Dev, cuma rada ngga enak badan aja."

"Mau ke UKS? Gue anterin."

"Engga usah. Mending sekarang kita lanjut makan aja. Bakso Pak Tri terlalu sayang untuk disia-siakan."

"Cailah, bisa aja." Devi pun mulai meracik kecap dan teman-temannya.

"Dev, tolong ambilin garpu dong."
"Sambel dong Dev."
"Pangsit satu dong Dev."

Kirana yang menyebalkan saat bad mood pun datang.

"Ish, apa lagi apa lagi? Kecap? Sendok? Garem? Cuka? Ngga sekalian minta bikinin es teh sama gue?" Devi kesal bukan main. Di hari pertama periodenya, dia harus menanggapi Kirana yang sedang bad mood.

"Yaelah ga ikhlas banget bantunya." Lagi dan lagi ucapan Kirana membuatnya menghembuskan napas kasar.

"Devi Pratiwi ikhlas kok bantu Kirana Putri." Ucap Devi sambil memaksakan senyuman di wajahnya. Sedangkan Kirana tertawa geli melihat respon Devi.

Poor, Devi.

Di tengah-tengah makan mereka yang tenang, mendadak suasana kantin berubah menjadi sangat gaduh. Siapa lagi biang kerok nya kalau bukan Sean dan Candra. Para siswi dibuat heboh dengan kedatangan mereka.

'omg ganteng banget.'
'gila gila pacar gue.'
'sini gabung aja di meja aku.'
'kamu mau nyamperin aku ya sayang?'

"Mas pacar, aku disini." Dan kini giliran Devi yang bersuara dengan nada yang dibuat-buat.

Entah memang sedang janjian dengan Devi atau bagaimana, Sean berjalan mendekati mejanya. Tidak lupa dengan wajah garangnya.

Alih-alih berkepentingan dengan Devi, kini Sean sudah berada tepat di hadapan Kirana. Mungkin, jika Sean menampilkan ekspresi yang bertolak belakang dengan yang saat ini ia tampilkan, Kirana sudah baper tujuh turunan. Tapi situasi kali ini, berbeda, Kirana merasa terlempar jauh ke Palung Mariana.

"Sejak kapan lo jadi budaknya anak Xavier?" To the point dan sangat pedas kalimat yang Sean lontarkan untuk Kirana.

Kirana yang tidak paham arah pembicaraan itu pun memandang Sean dengan tatapan bingung.

"Ngga usah pura-pura ngga ngerti. Selama ini lo diam-diam mata-matain gue dari balik dinding perpustakaan, karena lo dibayar kan sama anak Xavier?" Ucap Sean yang membuat Kirana semakin tak berkutik.

Saat ini Kirana tidak bisa menggunakan otaknya dengan baik. Di satu sisi ia terkejut karena Sean yang ternyata menyadari keberadaannya selama ini, di sisi lain dia bingung. Apa hubungannya dengan anak Xavier?

"Gue ngga ngerti." Hanya kalimat itu yang bisa Kirana ucapkan.

"Orang kaya lo ngga pantes buat ada disini, dasar penghianat!" Sean membalikkan tubuhnya menjauhi Kirana yang kalut dengan pikirannya. "OH IYA, LEBIH BAIK KALIAN SEMUA HATI-HATI SAMA DIA, DIA BERSEKONGKOL SAMA DAVID." Sean mengeraskan sedikit suaranya sambil berjalan keluar kantin. Membuat seluruh pasang mata di kantin menatap tajam kearah Kirana.

Seketika suasana kantin berubah sangat mencekam bagi Kirana dan Devi tentu saja. Tak sedikit yang mulai membicarakan mereka.

Ini semua diluar kendali Kirana. Ia tidak menyangka semua ini terjadi. Keterkejutan, kebingungan, dan rasa malu mendominasi pikirannya saat ini. Seketika rasa kagumnya pada sosok Sean Adhi Pramono pun luntur dan hilang bersama dengan ucapan Sean yang menyakitkannya.

"Kirana, ikut gue." Devi menarik tangan Kirana keluar kantin.

Devi bingung, apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Kirana tidak menceritakan apapun kepadanya. Apa Kirana belum mempercayainya sebagai sahabat yang bisa ia gunakan untuk curhat? Entahlah, yang terpenting bagi Devi saat ini adalah menyelamatkan Kirana dan meminta penjelasan darinya.

Tibalah mereka di UKS, Devi mendudukkan dirinya di sofa panjang diikuti dengan Kirana.

"Ra, cerita sama gue." Ucap Devi lembut.

"Gue ngga tau apa-apa Dev." Kirana menundukkan kepalanya menatap lantai UKS yang bersih.

"Ra, jujur sama gue. Apa maksud diem-diem lo ngintai Sean? Terus lo kenal David darimana?" Kali ini Devi lebih memperjelas maksud dari kata-katanya. "Gue akan selalu ada di pihak lo, karena gue tau lo ngga bakal sejahat itu. Jadi, apa lo mau cerita ke gue?" Ucap Devi yang terdengar sedikit tegas namun tetap lembut untuk meyakinkan Kirana.

"Maaf Dev, selama ini gue ngga cerita sama lo. Tapi gue minta setelah gue cerita yang sebenarnya, lo jangan marah ke gue ya."

Devi mengangguk tanda setuju, setidaknya.

"Sebenarnya dari awal masuk sekolah ini gue suka sama dia. Tapi gue ngga berani bilang sama lo. Apalagi setelah gue tau lo sering banget cerita tentang dia. Jadi, gue memutuskan buat jadi secret admirer nya aja." Kirana menghembuskan napas dalam-dalam sebelum melanjutkan ceritanya. Ia bahkan tidak sudi menyebut nama orang yang telah menyakiti sekaligus mempermalukannya itu.
"Untuk pertanyaan yang kedua, sebenernya ini semua adalah hal yang ga penting. Gue juga bingung, kenapa David tiba-tiba nge-dm gue waktu itu. Sampe dia ngajak gue ketemuan. Awalnya gue ngga mau, tapi dia bilang ada hal penting yang harus dia omongin. Dan bodohnya gue, gue percaya aja sama dia. Setelah gue menyetujui buat ketemu sama dia, ternyata dia cuma nanyain hal-hal ngga penting. Bahkan, gue sampe harus matiin handphone gue karena dia terus ngirimin gue chat-chat sksd (sok kenal sok dekat)-nya dia." Kirana memejamkan matanya menahan air matanya yang sudah siap lolos kapanpun ia mau.

Devi terkejut sekaligus senang karena Kirana mau bercerita. Setidaknya Devi tahu apa yang harus ia lakukan untuk membantu Kirana.

"Ra, gue seneng banget lo mau cerita kaya gini ke gue. Untuk masalah Sean, gue ngga akan marah. Lo kan tau sendiri gue cuma cerita-cerita doang. Lagian kalo lo ambil Sean gue juga masih ada banyak. Masih ada Candra, Reno, Abi, dan lain-lain." Devi menanggapi ucapan Kirana dengan sedikit candaan, supaya Kirana tidak terlalu merasa tersudutkan. Ya bisa dibilang, itu adalah salah satu ciri khas Devi. "Dan untuk masalah David, gue minta banget sama lo jauhin dia. Walaupun gue tau lo juga udah berusaha untuk itu." Ucapan Devi yang diakhiri dengan senyum seriusnya.

Kirana pun menatap Devi tidak percaya, ia kira sahabatnya itu akan memarahinya atau bahkan sampai membencinya karena masalah ini. Tapi ternyata, Devi memiliki sikap dewasa dibalik sikap tengilnya.

***

Udah nih, gimana? Ngeselin apa masih kurang ngeselin?

Maaf buat typo-nya yaa🙂

Pengagum RahasiamuWhere stories live. Discover now