Ray menggandeng tangan Shasha. Mami yang menyuruh, karena pada dasarnya Ray anak yang menuruti kata orang tua. Mau tak mau Shasha juga menurut, bagaimana tidak. Ray bukan menggandeng tangan Shasha, tapi mencengkeram tangan Shasha agar tidak lepas.
"Sakit b*g*!" Umpat Shasha.
Ray tidak menanggapinya, setelah mengumpat Shasha sadar. Kini genggaman Ray tidak sekuat sebelumnya. Wajah Shasha terus bertambah kusut, hari ini benar-benar sial!
Ekspresi Ray tetap datar. Menyembunyikan jantungnya yang seakan tengah tergantung di tepi jurang curam. Tangan ini, tak pernah sekali pun menggenggam yang bukan mahrom-nya, tangan Shasha yang pertama. Rasa gugup tak dapat di pungkiri.Dengan sangat pandai, Ray berhasil menutupi rasa aneh ini, hingga hanya dirinya sajalah yang mengetahui. Tentu saja, Allah pun juga tahu.
Shasha merasakan kehangatan tangan Ray menjalar menghangatkan tangannya, karena terlalu lama terkontaminasi dengan udara malam. Dingin.
Setelah berpamitan pada seluruh keluarga. Ray mengajak Shasha menuju lantai dua, tempat kamar Shasha berada. Ray sudah tidak menggenggam tangan Shasha lagi.
Kamar Shasha di hias sebagaimana mestinya kamar pengantin. Menandakan di dalam ada sepasang kekasih yang baru saja mengucapkan janji suci sebuah pernikahan.
Sepasang kekasih, memiliki arti orang yang saling mencintai dan saling menyayangi satu sama lain. Sedangkan mereka, T-I-D-A-K!
"Kalian, sudah mau istirahat, ya??!" Tanya Mami, menghentikan langkah keduanya.
Ray mengangguk.
Shasha diam, tak menjawab.
Mami mengangguk, tersenyum penuh pengertian. "Ya sudah, sana. Besok Shasha juga mesti sekolah, jang-"
"Ciecie....bilang aja, sudah kebelet membuat malaikat kecil yang mengemaskan. Iya, kan?!" Ujar Asrof, sembarangan. Adik sepupu Ray, umurnya lebih tua setahun dari shasha.
Tuh kan, bahas itu lagi! Batin Shasha mengeluh, pasti akan bertambah banyak mengucapkan hal itu. Hufh! Menyusahkan sekaligus menyebalkan. Oya, juga M-E-N-J-I-J-I-K-K-A-N!
Ctak! Mami menjitak jidat keponakannya, yang sudah berkata vulgar di depan umum.
"Kasihan, Shasha jadi kaget! Lagi pula Shasha masih sekolah, setelah wisuda baru Mami tunggu hasilnya." Ujar Mami ada maksud terselubung.
Shasha tersenyum kecut. Tak terbayang. Semuanya sudah tak waras, pileass deh!
"Jaga bicara lo, Asrof!" Kesal Ray.
Asrof meminta maaf, tapi wajahnya menahan tawa. Tidak serius. Ray dan Asrof, mereka sepupu yang tidak pernah akur sejak kecil. Waktu kecil, mereka sering berebut mainan, ketika sudah besar sering cekcok karena berbeda pemikiran, untungnya tidak saling tonjok. Dibalik itu semua, Ray maupun Asrof akan sangat sedih jika keduanya lama tak berjumpa dan lama tidak membuat satu sama lain kesal. Mereka saling menyayangi.
Mami meleraikan. "Sudah, Shasha pasti sangat lelah."
Ray mengangguk patuh.
Lelah dengan kemunafikan ini. Batin Shasha.
"Gue masuk duluan." Ujar Shasha.
"Iya sana masuk, sayang." Mami mempersilakan menantunya.
YOU ARE READING
RASA {{Dalam tahap RENOVASI}} ^.^
RomanceAku percaya Tuhan Maha adil, begitu pula dengan perasaan ini. Aku selalu memikirkan nya! Dan, kini aku mulai mencintainya!!! Tak pernah terlintas dalam benak ku, kejadian malam itu mengubah dunia ku. Meruntuhkan gunung es...
