CHAPTER XI

17 8 2
                                        

      Wah.... rasanya lelah mengikuti jam pelajaran, tanpa bolos semenit pun. Lelah dan pegal, itu yang di rasakan Shasha, karena sudah tak terhitung ia melakukan bolos. Malas.

      Alasan mau ujian akhir, Shasha tidak berniat bolos. Kalem sebentar aja. Otomatis, lima anak sekaligus tidak melanggar. Siapa lagi, kalau bukan empat sahabat Shasha dan satu cowok tengil. Niko.

      Tapi, walaupun mereka rajin, tidak membolos. Kelakuan jahil pada guru, tetap mereka lakukan, membuat guru kesal dan tertawa sekelas.

      "Mending kalian bolos, deh. Pusing ibu!" Ujar ibu Lilis sebelum pergi meninggalkan kelas. Guru pengajar sejarah, yang gampang banget buat bahan jahilan.

      Anak-anak tertawa. Nongol lagi, hanya bagian kepala, Ibu Lilis melotot pada murid didiknya. Semuanya menahan tawa.

      "Jam pelajaran terakhir, capek-capek nya orang. Bu Lilis malah melawak." Ujar Shasha, acuh tak acuh.

      "Yang ngelawak tuh, lo. Sha!" Sabrina tersenyum. Lebih tepatnya, menahan tawa.

      Shasha sedang membereskan barang-barangnya, seseorang berdiri tepat di samping meja milik Shasha. Saat mendongakkan kepala, ternyata orang yang berdiri itu.

      "Robi, ada apa?" Tanya Shasha, jantungnya sudah berdetak seribu kali lipat. Ini nih, baru tipe gue, kagak kayak sapa tuh..... Ray. Hufh! Bikin kesal aja, padahal cuman ingat namanya doang. 

      "Pulang bareng, yuk!" Ajak Robi.

      Shasha tidak langsung menjawab, tampak berpikir. Di belakang Robi, ke empat sahabatnya memberi kode berupa gerakan tangan yang melambai, atau menggelengkan kepala. Agar ia tidak menyetujui ajakan Robi.

       Shasha menghiraukan, semua peringatan itu.

      "Iya, tapi....." Shasha menerima ajakan Robi. Ia ragu dengan hal lain.

      Robi mengerti maksud Shasha. "Tenang aja, gue sudah menyuruh Ratu pulang, kok. Santuy."

      Lega rasanya mendengar ucapan Robi. Shasha tersenyum gembira. "Yaudah, ayo!" Shasha sudah selesai membereskan barangnya.

      "Sha!" Panggil Rachel.

       "Gue pulang dulu, ye. Oh, ya gue minta tolong bawa mobil gue. Oke!" Mengedipkan sebelah mata. Melemparkan kunci kontak mobil, Rachel menangkap dengan sigap.

      Shasha berbalik badan. Robi menggandeng tangan Shasha, seraya berjalan keluar kelas.

      "Aih....!" Sabrina menghentakkan kaki, kesal. Ia tidak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya.

      "Shasha memang hebat, kecantikannya tidak ada tandingan-nya." Puji Afifah tidak tau waktu, dan sikon. Menggeleng kecil, menatap kepergian Shasha.

      Plak.

      "Auw, apaan sih. Nafisah!" Kesal Afifah, Nafisah sudah menjitak kepalanya.

      "Lo gak tau? Shasha selingkuh tuh, lo malah memuji dia. Heduuuh." Nafisah menghela nafas.

      "Yaudah nih, siapa yang mau naik mobil Shasha?" Tanya Rachel, meletakkan kunci mobil Shasha di telapak tangan yang di biarkan terbuka.

      "Kenapa gak lo aja, Hel."

      Nafisah mengacak rambut, frustasi. "Mending lo diam deh, Fah. Gimana bisa, Rachel mengendarai dua mobil sekaligus?" Afifah menyengir, lalu meminta maaf. Yang lain sudah memaklumi.

RASA {{Dalam tahap RENOVASI}} ^.^Where stories live. Discover now