POY 9: Flower Castle♡°

12 1 0
                                    

"Sahabat itu seperti halnya mata dan tangan. Saat mata menangis tangan mengusap, saat tangan terluka mata menangis."

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

Setelah lama berdiam diri, Amberelyn memutuskan untuk berjalan menuju kamar mandi.

Begitu tiba di kamar mandi itu, Amberelyn merasa terpukau. Kamar mandi itu hanya berjarak beberapa meter dari ruangan kamarnya, ya, kamar tamu yang sementara di huni oleh Amberelyn.

Kamar mandi itu cukup luas, kira-kira hanya 8 meter dari ranjang tidurnya dan hanya dibatasi dengan sebuah gorden tipis berwarna biru, senada dengan warna dominan dari Flower Castle.

Hussiana Trumpnant, membukakan tirai gorden itu dan mempersilahkan Amberelyn untuk masuk ke dalam kamar mandi itu.

Di dalam kamar mandi itu, ada tiga orang pelayan dari Flower Castle yang berdiri mengelilingi bak mandi. Bak mandi itu sendiri bercorakkan bunga tulip berwarna biru, ciri khas dari Flower Castle.

Amberelyn menatap aneh. 'Bagaimana cara mandinya, bila ada 4 pelayan di sini? Mandi seperti biasa kan? Meski tanpa shower. Artinya seperti berendam di bath up kan? Aku sangat bingung,' batin Amberelyn.

Seorang pelayan wanita menaburkan bunga tulip biru ke dalam bak mandi yang telah berisikan air hangat itu. Semerbak bau bunga tulip, seketika terhirup dari indra penciuman Amberelyn. Ia pun menutupkan kedua matanya, dirinya merasa begitu relax dengan wangi yang dikeluarkan dari bunga tulip.

Tanpa ia sadari, dua pelayan wanita lainnya berjalan menghampirinya dan membuka satu per satu baju tidur yang ia kenakan. Refleks Amberelyn membuka matanya dan menahan agar baju itu tidak turun melewati dadanya.

"A-apa yang ka-kalian lakukan?" Amberelyn berucap dengan panik dan khawatir yang menyerangnya.

Kedua pelayan yang membuka baju Amberelyn langsung menundukkan kepalanya dan berhenti memegang baju tidurnya.

"Mereka akan memandikanmu, Nona. Itu memang sudah kewajiban mereka," ujar Hussiana.

Amberelyn terlihat menelan saliva nya dengan kasar. 'Bagaimana bisa mereka menelanjangi ku? Apakah memang seperti ini cara mandinya? Tidak bisakah tanpa pelayan-pelayan ini? Tapi nanti aku bisa dicurigai,' batin Amberelyn dengan bingung.

"Baiklah. Maaf sudah mengganggu kerja kalian," tutur Amberelyn sambil menurunkan kedua tangannya dari dadanya.

Kedua pelayan itu dengan cepat menanggalkan pakaian Amberelyn dan membantu Amberelyn untuk masuk ke dalam bak mandi.

Begitu kaki jenjangnya menyentuh air itu, tubuhnya merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan. Wangi dari bunga tulip itu seakan mencoba mendominasi wangi tubuh alaminya itu, yaitu wangi bunga mawar merah.

Tubuhnya serasa dimanjakan oleh tangan-tangan para pelayan wanita itu. Ada yang memijat pundaknya, tangannya dan kepalanya.

Amberelyn hampir tertidur di dalam bak mandinya jikalau Hussiana tidak memanggilnya saat itu. Ia pun segera memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh Hussiana.

'Seperti inikah rasanya menjalani spa? Sepertinya aku harus ke spa setelah aku pergi meninggalkan dunia ini dan kembali ke duniaku yang sebenarnya.'

▪▪▪▪▪

Amberelyn atau lebih tepatnya Nierva, sudah selesai melakukan ritual mandinya. Selama itu, Amberelyn merasa sedikit canggung, karena sebelumnya, ia tak pernah dimandikan oleh siapapun dan ia harus berlagak seperti Nierva yang sesungguhnya.

Kini Amberelyn menatap kembali dirinya di depan cermin itu dengan pakaian kerajaan. Sebenarnya sangat cantik, hingga ia terus bertanya-tanya dalam pikirannya, 'Ini aku kan?'
Tetapi, pakaian yang ia kenakan itu cukup berat. Terbuat dari bahan yang sangat berkualitas, hingga sulit robek kecuali memang tidak di sengaja.

Point of You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang